Semua Bab Bride For the Matchmaker : Bab 11 - Bab 20
33 Bab
Halu vs Kenyataan
"Akang Prabu! Aku datang." Aura sampai harus menutup telinga saat seorang gadis berteriak memanggil editornya dengan suara kencang. Kemudian , Aura mengelus dada untuk menenangkan diri setelah mendapat kejutan. "Nah,ini dia solusinya. Perkenalkan, ini Lilis. Lilis, ini Aura. Duduk dulu, Lis." Prabu menunjuk kursi yang ada di samping kanannya. "Akang sudah nunggu lama? Lilis nggak telat, kan?" Aura mendengkus mendengar nada bicara Lilis yang dibikin manja. Sepertinya, gadis itu tahu apa yang dipikirkan Aura. Itu karena pandangan mata Lilis begitu tajam, seolah berkata, "Apa maumu? Berani sama aku?" Mata Lilis menyipit, kemudian alisnya berkerut hingga hampir menyatu. "Kamu ngetawain aku? Apa ada yang lucu?"
Baca selengkapnya
Misi Paket Super Kilat
"Aden nguntit ya? Hayo, ngaku! Saya laporin Ndoro lho. Aden ketahuan pergi dari rumah," cecar Aura karena Cakra masih belum mau menjawabnya. Tangan Cakra mengusap tengkuk kemudian menoleh ke kanan selama lima detik, sebelum kembali memandang Aura. "Siapa juga yang nguntit? Kardus penyok sudah jadi bukti yang kuat. Tidak perlu meninggalkan rumah untuk tahu ada yang nggak beres."Terus, kok tahu saya kehilangan kendali troli? Hayo, jawab!" desak Aura yang malah makin penasaran."Kamu tadi denger jawaban saya nggak? Kardus-kardusnya sampai penyok gitu. Pasti ada sesuatu dengan troli." Cakra menjawab dengan setengah membentak, untuk menyakinkan Aura kalau dia hanya sekadar menduga, tanpa ada di tempat kejadian."Oh, iya, ya. Tadi Aden sudah bilang. Saya kembali ke kama
Baca selengkapnya
Mengantarkan Diri pada Poppy
"Terus, kenapa kamu nggak mulas-mulas? Bukannya dari tadi kamu yang bawa paket itu?" Alis kiri Hans terangkat. Seperti tersadar, wanita itu pun setengah melempar paket ke atas meja Bos. "Bos, saja yang ngirim!"Dari bola kristal, Cakra perhatikan Hans tertawa geli, saat karyawannya melarikan diri secepat mungkin. Ini tandanya tugas Rista sudah berhasil, sekarang tinggal melangkah ke rencana selanjutnya. Cakra mengucapkan terima kasih untuk sepupunya itu sebelum menutup panggilan video. Sekarang, hanya dia satu-satunya penonton di sini.Terlihat Hans meraih paket yang terbungkus kertas cokelat itu, kemudian melangkah ke luar kantor. Pandangan pria itu berkeliling, mengamati ruangan yang penuh paket."Dro!" panggil Hans pada pria yang sedang menunduk.
Baca selengkapnya
Campur Tangan Orang Luar
Tubuh Cakra condong ke depan, hingga gambar yang ada di bola kristal semakin jelas. Apa yang terjadi di sana jadi lebih menarik, mungkin ini yang membuat Mbok Minah menyukai sinetron. Drama kehidupan yang seringkali terjadi di masyarakat, seperti yang sedang menimpa Hans. Cakra sendiri sudah terlalu sering menjadi korban dari drama itu. Dia sampai lupa sudah berapa kali dilabrak, hanya karena menjodohkan orang. Sekarang gantian dia yang menonton drama Hans. Cakra menggosok-gosok kedua tangan dengan penuh semangat.Cakra menyipit ketika melihat tangan Poppy yang meremas tangan Hans, secara sambil lalu. Wanita itu sudah kembali fokus pada pria yang masih emosi."Lepaskan! Dia ini calon suamiku!" bentak Poppy, kali ini lebih tegas.Perlahan-lahan pria itu melepaskan H
Baca selengkapnya
Bertahan dengan Satu Wanita
Benang merah dengan warna cemerlang terlihat, ketika pria itu menyugar rambut. Ini berbeda dengan warna benang Hans yang terlihat suram. Cakra mengulurkan tangan ke arah Aura, yang dengan sigap menyerahkan tablet padanya. Dia mencari ke dalam data pelanggan, sementara Aura beramah tamah.  "Silakan duduk. Apakah rencana hari ini berjalan dengan lancar?" Aura menarik Cakra hingga terduduk di sampingnya. "Justru karena rencana hari ini sukses, maka saya datang ke sini," jawab Hans yang tersenyum lebar. "Apa Pak Hansel yakin mau menggunakan jasa kami? Mengingat sikap keras Pak Hansen, ketika menolak cara kerja biro jodoh Sepasang," sambar Cakra dengan berterus terang. "Sebentar, sebentar. Kenapa saya jadi bingung ya? Hansel? Hansen? Ini bukannya klien kita Pak Hans ya, Den?" Aura menatap Cakra, yang sayangnya tidak menampakkan ekspresi berbeda. "Anda memang layak mendapatkan predikat makcomblang jitu. Yang peka dengan kebutuhan jodoh
Baca selengkapnya
Memata-matai Dila
"Sudah hampir jam sepuluh. Kok Pak Hans belum muncul juga?" Aura tidak memperhatikan pintu masuk, tapi malah fokus ke arah etalase, yang berisi donat aneka toping."Kalau kamu mau donat, beli saja," ucap Cakra yang mengeluarkan uang berwarna merah sebanyak satu lembar."Ini dibelikan semua? Donat semua atau dicampur brownies? Boleh pilih kue yang lain?" tanya Aura dengan antusias berlebih.Sesaat setelah Cakra mengangguk, gadis itu langsung melesat menuju kue yang diincarnya."Maafkan, saya agak terlambat. Tadi motor sempat mogok kehabisan bensin. Rupanya ada salah satu karyawan yang lupa mengisi, setelah keliling antar paket."Cakra mempersilakan Hansel duduk di seberangnya. Matanya menyipit, ketika melihat benang takdir pri
Baca selengkapnya
Bonus untuk Pelanggan Baru
"Eh, i… iy… iya, saya mau beli brownies kukus dan bolu pisang lagi."Cakra menyadari kedua orang yang ada di hadapannya sama-sama gugup. Ini merupakan perkembangan yang menarik. Untuk hari ini, dia hanya harus lebih jeli lagi dalam mengamati."Kalau begitu, mari saya bantu." Dila melenggang, mendahului Hansel untuk mengambil nampan. Sedangkan pria yang lebih tinggi 20 cm dari Dila, mulai mengekor dengan kebingungan."Perkembangan pesat tuh, Den. Sayangnya aku ketinggalan kejadiannya. Gimana tadi ceritanya?" Aura buru-buru duduk, kemudian mencondongkan tubuh mendekat.Aroma melati segar terhidu Cakra, membuatnya menelan ludah. Apalagi saat memperhatikan bibir Aura, yang baru saja dibasahi. Ini membuat gairah pria itu terpancing.
Baca selengkapnya
Prosopagnosia
Cakra menggiring Hansel dan Aura menuju warung mie ayam, yang berada tak jauh dari toko roti Dila. Setelah memesan tiga porsi, Cakra pun mulai angkat bicara."Bisa dipastikan itu prosopagnosia.""Maksud Aden? Prosopagnosia itu apa sih? Sejenis roti?" tanya Aura yang menelengkan kepala ke arah Cakra.Cakra pun memandang Hansel yang menggeleng. Ternyata mereka berdua tidak ada yang mengetahui tentang istilah ini."Prosopagnosia itu suatu kelainan. Jadi, pengidapnya mengalami kesulitan mengenali wajah orang lain. Bahkan ada yang tidak bisa mengingat wajahnya sendiri," terang Cakra, yang tidak mendapatkan respon dari pendengar. Mungkin mereka masih mencerna penjelasan ini."Terus, bagaimana caranya Dila mengenali orang lain?" tan
Baca selengkapnya
Tidak Mau Kalah
Tanpa curiga, Aura mencondongkan tubuh dan semakin dekat. "Apa itu, Den?""Suara," jawab Cakra dengan singkat. Namun, sampai beberapa detik selanjutnya, Aura baru bereaksi."Suara? Bagaimana bisa? Bukannya Pak Hansel tidak pernah berbicara dengan Dila sebelumnya?" Aura memundurkan tubuhnya hingga bersandar di sofa. Pandangannya menerawang ke atas, lalu bersedekap."Suara? Jelas-jelas bukan itu penyebabnya. Pasti ada yang lain. Ayolah, Den. Jangan bermain teka-teki lagi. Aden tahu sendiri kalau otakku nggak nyampai," rengek Aura yang membuat Cakra terpana.Gadis itu terlihat sepolos anak kecil, yang perlu diberi permen untuk menenangkannya. Namun, bila sudah seumur Aura, apa yang harus dilakukannya? Apakah sebuah ciuman bisa membuat gadis itu kegirangan?
Baca selengkapnya
Sebuah Undangan
Leher Aura terjulur untuk mengintip isi piring Cakra. "Itu sudah mau selesai. Aden pinter deh makannya.""Kalau aku melarangmu pergi? Apa kamu akan tetap keluar dengan Oppa?" Cakra memaksakan keberuntungannya."Kalau gitu, aku ambil waktu istirahat. Pergi dulu ya, Den," pamit Aura yang melambaikan tangan, bak putri kecantikan.Hal ini membuat Cakra geram. Semakin lama Aura menjadi semakin cerdas, kalau bersama dengan Oppa.Dia pun beranjak hendak mengikuti diam-diam, tapi gawainya berdering. "Halo, selamat malam, Pak Hans," sapa Cakra dengan ramah. Padahal, saat ini dia sedang dilanda kepanikan level tinggi."Selamat malam, Pak Cakra. Saya dengar dari Hansel, kalau Anda merekomendasikan sebuah pesta. Saya sangat menghargai us
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status