Semua Bab Kelana Nirbatas: Bab 21 - Bab 27
27 Bab
Bab 21 - Kandidat Kuat
Dirgantara Andromeda yang tak diduga mengumumkan perubahan sistem pemilihan raja dan ratu Ospek, memberikan kejutan kepada para kandidat yang berminat, dua orang yang Arsha tahu sebagai peserta yang berminat antara lain adalah Niskala dan Shania. Arsha memang tak bisa melihat mereka berdua, tapi ia sangat yakin bahwa mereka pasti sedang memperhatikan dengan seksama.    “Voting akan tetap berjalan seperti tahun-tahun sebelumnya, namun tahun ini sumbangsih dari hasil voting hanya akan berpengaruh sebesar empat puluh persen dari keseluruhan nilai, enam puluh persennya akan didapatkan dari poin!” seru Dirga.   “Poin?”   “Maksudnya?”   “Poin apa?”   Bisikka
Baca selengkapnya
Bab 22 - Hipotesis
Para anggota kelompok dibawah pengawasan Celine ditinggalkan dengan kebingungan oleh sang ketua acara begitu saja, Celine yang terlihat seperti mengetahui sesuatu juga memilih untuk tak memberi tahu apa-apa kepada mereka.   “Calon raja?” gumam Arsha dalam hatinya.   Arsha yang juga tak mengerti maksud perkataan Dirga, lebih memilih untuk tak mencari tahu kepada pendamping kelompoknya. Pada akhirnya Arsha lebih memilih untuk fokus kepada acara Ospek yang akan segera berlanjut ke tahap berikutnya.   “Kak, maksudnya calon raja itu apa, ya?” tanya salah satu anggota kelompok.   “Iya, Kak, tadi Kak Dirga ngomongin apa, sih?” sambung anggota yang lain.   “Udah, u
Baca selengkapnya
Bab 23 - Sejarah Baru
Ruang aula yang perlahan terisi penuh oleh para peserta, menjadi pertanda dimulainya acara selanjutnya. Sebelum pemberian materi oleh para pembicara yang merupakan tokoh-tokoh penting di UNSUF, Rafiq sang ketua divisi acara kembali hadir untuk memberikan beberapa penjelasan sebelum para peserta mulai mendengarkan pembicara yang sesungguhnya.    Rafiq berdiri di atas panggung, di hadapan para peserta. Di atas panggung juga terdapat meja panjang dengan beberapa kursi di belakangnya. Dirga yang merupakan ketua panitia terlihat duduk di salah satu kursi yang disediakan di sana, ia tampaknya akan menjadi salah satu orang penting yang akan menjadi pembicara.   “Selamat pagi, selamat datang bagi para peserta yang telah hadir, saya akan memberi beberapa susunan dan peraturan sebelum kita melanjutkan acara,” salam Rafiq. &
Baca selengkapnya
Bab 24 - Anugerah
Antariksha Bumisakti termenung di tengah-tengah ruangan besar berisi banyak sekali orang kebingungan, matanya membulat sendirian dengan detak jantung berdebar tak karuan. Seorang perempuan yang duduk di sampingnya juga tak kalah bingung, ia seketika langsung memperhatikannya dengan tatapan tak percaya. Reaksi yang diterima kedua orang itu sangat kontra dengan para peserta lainnya yang mengerumuni mereka, ketika orang lain yang tak tahu apa-apa hanya mampu saling melihat satu sama lain sembari bertanya siapakah sosok Antariksha Bumisakti yang baru saja disebut oleh Pak Ali, orang-orang yang mengenal sosok aslinya mungkin sekarang sedang terdiam dan bertanya tentang hal apa yang Arsha lakukan sehingga mampu menarik perhatian seseorang sepenting itu. “Sha, kamu…,” ujar Niskala. 
Baca selengkapnya
Bab 25 - Terima Kasih, Antariksha
Ratusan pasang mata kini terpaku kepada Arsha yang baru saja mengatakan hal yang tak terduga, ia yang sedari awal berdiri berdampingan bersama Pak Ali, ternyata menjadi satu-satunya orang yang menentang dan tak menerima keputusan dari Rektornya sendiri, kendati keputusan itu sangat menguntungkan dirinya pribadi.   “Tidak adil? Kenapa kamu berpikir begitu, Nak?” tanya Pak Ali.   “Dalam ruangan ini, saya memiliki dua orang teman perempuan, keduanya sangat ingin menjadi ratu bahkan sebelum acara Ospek ini dimulai. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan jika ada orang lain yang juga sangat menginginkan posisi raja. Meskipun saya tidak mengenalnya, pasti di salah satu sudut ruangan ini ada yang telah mati-matian mempersiapkannya dengan penuh semangat. Saya tidak bisa begitu saja datang dan mengambil apa yang baru saja ingin mereka per
Baca selengkapnya
Bab 26 - Pita Merah Muda
Langkah kaki Arsha melambat seiring tubuhnya yang mendekat dengan ketiga orang yang ia kenal, pandangannya lebih sering tertuju ke bawah, langsung ke arah sebuah amplop merah muda dengan pita. Ia masih menggumamkan tentang kemungkinan isi dari amplop bersangkutan, sekaligus mencoba menerka dari mana asalnya. Arsha yang terlihat seperti orang kebingungan, berhasil menarik perhatian Rawa yang tak sengaja melihatnya. Langkah kaki yang tak dihitung jumlahnya, tiba-tiba mencapai sebuah titik di mana ia akhirnya sampai ke tujuannya. Kini bukan hanya Rawa, namun juga Rhea dan Niskala yang menyadari keberadaan Arsha, Rawa yang telah lebih dulu tertarik pusat perhatiannya, tanpa basa basi langsung menyapa Arsha, tentu saja dengan caranya. “Woi, anak ilang? Lagi nyari mama?&rdqu
Baca selengkapnya
Bab 27 - Malaikat Pelindung
Setelah beberapa jam mendengarkan, acara pemberian materi akhirnya berakhir bersamaan dengan suara panggilan untuk istirahat sore menjelang petang. Tepat pada pukul lima sore, mereka semua kembali bubar untuk sekadar makan cemilan dan ibadah sore bagi yang menjalankan.    Arsha telah berpisah dengan Niskala yang juga kembali ke kelompoknya, ia kini sendirian menuju sekumpulan orang yang tak lain adalah anak-anak asuh dari Celine. Pendamping kelompok yang terlihat riang itu juga terlihat menyadari keberadaan dari Arsha.   “Eh, Arsha, sini-sini,” pintanya dengan gestur tangan yang mengundang.   “Iya, Kak,” angguk Arsha.   Celine mulai kembali menjalankan perannya. Tidak seperti pendamping kelompok pada umumnya, C
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status