All Chapters of Turun Ranjang: Chapter 21 - Chapter 28
28 Chapters
Bab 21
Kian hari hubunganku dengan Bang Dion semakin hangat dan romantis. Tak jarang dia pulang dengan seikat bunga di tangannya. Atau membawakan makanan kesukaanku. Rumah tanggaku sekarang seperti pada umumnya. Atau mungkin lebih bahagia daripada pengantin baru. Beberapa bulan sudah berlalu sejak malam pertama kami. Setelah itu banyak malam-malam panjang yang kami habiskan berdua. Memadu cinta dan berbagi kehangatan. ****** Selepas mengantar si kembar ke sekolah aku kembali pulang, Bang Dion masih belum berangkat ke tempat kerja karena pulang larut semalam. Bukan mabuk-mabukan seperti dulu. Tapi dia rapat di luar kota untuk pembukaan cabang restoran miliknya. Aku segera masuk ke kamar untuk membangunkan Bang Dion karena hari sudah siang. Kupandangi wajah tampan Suamiku itu. Polos sekali dia. Perlahan kuguncang tubuhnya. "Bang, bangun!"
Read more
Bab 22
Ditemani Bang Dion untuk kontrol ke dokter. Dia suami siaga yang selalu ada buatku saat di butuhkan. Si kembar juga ternyata siap memiliki adik. Teringat beberapa hari lalu saat aku mengabarkan kehamilan ini kepada mereka. **** Gerimis mulai turun, anak-anak bersiap untuk bermain hujan. Sebelum mereka bermain aku sudah memberikan minuman hangat supaya mereka tidak masuk angin. Kami segera berlari ke teras untuk menikmati hujan yang turun membasahi tubuh. Kami berkejaran sambil bercanda. Senangnya melihat anak-anak bahagia. Mobil bang Dion berhenti di garasi. Dia langsung berlari ke arahku. Aku dan si kembar terdiam. Takut bang Dion marah seperti waktu itu. Namun, kenyataannya dia ikut bermain bersama. Setelah setengah jam mandi hujan, kami masuk ke dalam rumah dan membersihkan tubuh serta berganti baju. Aku segera membuatkan minuman hangat untuk kami berempat. Tujuan
Read more
Bab 23
Si kembar dan bang Dion terlihat begitu senang karena janinku kembar. Tak sabar rasanya membagi kabar bahagia ini kepada Abah dan Umi. Setelah dari dokter kandungan kami langsung menuju rumah mereka. Sepanjang perjalanan si kembar terus berbicara kalau adik-adik mereka akan diajak bermain sesuai jenis kelamin mereka. Padahal  dokter belum bisa menebak jenis kelamin bayi dalam kandunganku. "Adik yang cowok akan aku ajak bermain tembak-tembakan," ucap Zyan antusias. "Main bola juga," timpal bang Dion. "Yang cewek akan aku pakaikan jepitan dan gaun. Terus main putri-putrian," ucap Zyona. Mereka semua berharap bayi ini kembar sepasang seperti Zyan dan Zyona. Tidak memikirkan perasaanku saat ini yang tengah bingung harus bagaimana. Bisakah nanti berbagi kasih sayang dengan ke empat orang anak? Aku takut tidak bisa berbuat adil.
Read more
POV Haikal
Melihatmu bahagia, aku juga bahagia, Fir," ucapku melihat wanita cantik yang tengah duduk tidak jauh dari tempatku. Dia hanya tersenyum mendengar apa yang aku ucapkan barusan. Wajahnya pucat, tapi entah kenapa terlihat sangat cantik dan berbeda. Mungkin pengaruh kondisinya sekarang. Dia tengah hamil. Seandainya, ah aku tidak mau berandai-andai. Ini takdir dan harus kujalani. Seperti ucapanku barusan bahagia melihatnya bahagia. Cinta itu tidak harus memiliki. "Makasih, Haikal," ucap Safira. "Untuk apa?" tanyaku bingung. "Untuk semuanya. Kamu sudah membantu banyak hal hingga aku menjadi seperti sekarang." "Tidak, Fir. Itu semua karena kamu menyadari perasaanmu sendiri. Aku merasa kurang ajar saat bicara kalau aku masih mengharapkanmu waktu itu." "Tidak apa, di situ aku mulai sadar akan perasaanku terhadap bang D
Read more
Bab 24
Rumah di dekorasi sedemikian rupa untuk acara pengajian tujuh bulanan kehamilanku. Walaupun baru tujuh bulan, tapi perutku sudah sangat besar. Maklum saja bayi yang aku kandung ada dua orang. "Ade bayi, lagi apa?" tanya Zyona mengelus perutku. Bayiku menendang dan itu dirasakan oleh Zyona, Anak itu tertawa girang. "Gerak-gerak, Bunda," ucapnya sambil mencium lembut. "Zyan, ayo ke sini!" teriaknya begitu melihat saudara kembarnya melintas. Kedua anak berwajah serupa ini memelukku, kepalanya tepat berada di perut. Mereka mendengarkan suara adik-adiknya yang masih berada di rahimku. "Ada suaranya?" tanyaku. Zyona dan Zyan hanya senyam-senyum. Sepertinya mereka mendengar suara perutku yang keroncongan karena belum sempat makan. Umi menghampiriku dengan membawa sepiring nasi lengkap den
Read more
Ending
kiri dikit, Yah," ucap Zyona. "Kanan, Yah," ucap Zyan. "Yang benar yang mana sih kalian ini?" tanya Bang Dion. "Itu sudah benar, Bang," ucapku yang sedari tadi melihat mereka. Bang Dion segera turun dari tangga yang sedari tadi aku pegangi. Untung saja si kembar kecil sedang tertidur jadi aku bisa membantu suami memasang foto keluarga kami. Terlihat dalam gambar aku tengah menggendong Abiandra dan Bang Dion menggendong Abisatya. Sementara Zyona dan Zyan berdiri di depan kami. Foto keluarga yang bahagia. Abiandra dan Abisatya, nama bayi kembar kami yang sekarang berusia Sembilan bulan. Bang Dion yang mencarikan nama-nama indah itu. Kupandangi foto keluarga kami yang bersebelahan dengan foto keluarga sebelumnya. Di mana belum ada aku dan si kembar kecil. Di sana hanya ada kak Sarah, Bang Dion, Zyona serta Zyan.
Read more
Zyona
Bunda," ucapku seraya memeluk bunda yang sedang duduk di teras. "Kamu itu bukannya salam malah langsung peluk, ada masalah di sekolah?" tanya bunda. Beliau memang begitu mengerti dengan anak-anaknya. Bukan hanya sekedar sebagai seorang ibu, beliau juga adalah sahabatku. Aku tidak pernah menyembunyikan sesuatu darinya. Sekalipun aku sembunyikan beliau selalu bisa menebaknya. "Bunda, aku tuh sebel banget sama temen di sekolah yang selalu gangguin," rengekku. "Bully?" tanya bunda. "Bukan, dia tuh kayak caper sama aku," ucapku sambil manyun. Bunda hanya tersenyum dan membelai lembut kepalaku. Beliau selalu melakukan hal itu saat aku sedang marah. Sebenarnya beliau bukan ibu kandungku. Beliau adalah Tante yang artinya adik dari ibu yang melahirkanku. Saat usiaku lima tahun ibuku meninggal dan ayah Menikah dengan Ta
Read more
Zyan
Setelah mengucap salam aku langsung masuk ke dalam rumah tidak mencium tangan Bunda  seperti biasanya. Beliau yang tengah duduk di teras pasti bingung melihatku. Aku sedang marah padanya. Akhir-akhir ini beliau pilih kasih. Sekarang aku merasa di anak tirikan. Ralat, aku memang anak tiri. Namun, perlakuan bunda membuatku merasa sebagai anak kandung. Masuk ke dalam kamar dan berganti baju. Duduk di pinggir ranjang sambil bermain game di ponsel. Pintu kamar terbuka, aku melirik malas melihat siapa yang masuk. "Kamu kenapa, Zyan?" tanya Zyona, kembaranku. "Gak apa-apa, lagi bete aja," jawabku asal. "Bete sama Bunda?" tanyanya lagi. "Hu'um," jawabku yang masih fokus pada game. "Alasannya?" tanya Zyona lagi. Aku tidak menjawab pertanyaan Zyona. Aku pun tidak mengerti kenapa marah d
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status