Sarah dan Safira adalah kakak beradik. Sepeninggal kakaknya, Safira diwasiatkan untuk mengurus dan menjaga anak-anak serta suaminya Sarah. Awalnya, Safira mengira kakak ipar yang menjadi suaminya itu sangat mencintai kakaknya hingga bersikap dingin kepadanya. Namun, ternyata tidak demikian, di sebuah buku harian milik Sarah, Safira menemukan jika selama hidupnya Sarah tidak mendapatkan cinta dari Dion, sebab sang suami mencintai wanita lain. Safira bertekad untuk mencari wanita itu sebab, secara tidak langsung wanita itu penyebab sakit hingga meninggalnya Sarah. Ketika semuanya terungkap, Safira terkejut ternyata dialah wanita yang dicintai oleh Dion.
Lihat lebih banyak"Aku tidak akan bisa mencintaimu seperti aku mencintai Sarah," ucap seorang laki-laki yang ada dihadapanku.
Aku tersenyum mendengar pernyataan laki-laki itu, dia pikir aku akan menangis di pojok kamar dan menyesali keputusan orang tuaku."Bang, asal Abang tau aku juga terpaksa menikah denganmu, andai saja Kak Sarah tidak meninggal dan berwasiat jika aku harus mengurus Abang serta Zyona dan Zyan aku tidak akan mau menikah dengan Abang!"Laki-laki itu langsung pergi meninggalkanku sendirian di rumah yang cukup besar ini. Dia Bang Dion, suami dari kakakku yang meninggal dua bulan lalu, sebelum meninggal karena kanker, Kak Sarah berpesan padaku jika aku harus mengurus anak kembar dan suaminya, Abah dan Umi menganggap itu sebagai wasiat agar aku menikah dengan kakak iparku dan jadilah, kakak ipar jadi suami.Bukannya aku tidak mau atau menyesal, aku sangat menyayangi kedua keponakan kembar yang usianya baru lima tahun itu, anak-anak yang masih sangat butuh belaian kasih sayang seorang ibu, oleh karena itu aku mau menikah dengan Bang Dion, tapi dengan Bang Dion sendiri aku memang tidak menyukainya sejak awal sebelum kak Sarah dan dia menikah.
"Tante!" panggil dua orang anak yang langsung menghampiriku.Kupeluk kedua anak kembar itu dan menciuminya bergantian."Tante, mulai sekarang Tante yang akan antar kami kesekolah kan!""Iya, Zyona, kan Bunda udah di surga," ucap Zyan."Tante sekarang gantiin Bunda buat jagain kalian," ucapku."Ayo tante kita berangkat kesekolah!" ajak Zyona dan Zyan menarik tanganku.Kedua malaikat kecil yang ditinggalkan Kak Sarah yang membuatku mau menikah dengan bang Dion, kedua anak kembar yang belum mengerti kemana Bundanya pergi.Sampai di sekolah banyak ibu-ibu yang berbisik-bisik sambil sesekali melirik kearahku. Aku tahu jika mereka pasti tengah membicarakanku yang menikah dengan kakak ipar sendiri."Mbak, nganter Zyona dan Zyan?" tanya seorang ibu-ibu."Iya, Bu," ucapku sambil tersenyum ramah."Bukannya Mbak ini adiknya Alm Ibu Sarah?" tanya ibu itu lagi."Iya, Bu, saya adik dari Bundanya si kembar Zyona dan Zyan," ucapku yang masih tersenyum."Bukannya Mbak sudah menikah dengan pak Dion?" tanya seorang ibu yang lainnya."Iya Bu, sekarang saya istri bang Dion," ucapku masih tersenyum."Berarti Pak Dion turun ranjang ya," ucap ibu itu sambil tertawa."Bukan Bu, Bang Dion itu pelit, jadi dia menikahi aku untuk mengurus kedua anaknya, lumayan kan dapat baby sitter gratis," ucapku ketus.Ucapanku sukses membuat ibu-ibu itu berhenti tertawa dan membicarakanku.Sepertinya mereka sadar sedari tadi aku mendengar obrolan mereka yang mengatakan jika aku ingin harta yang dimiliki bang Dion. ******Hari mulai sore, aku dan si kembar sedang asyik bermain. Menyenangkan sekali melihat si kembar tertawa gembira, seolah tidak terjadi apa-apa. Tiba-tiba si kembar berlari menghampiri seseorang."Ayah!" teriak si kembar bersamaan."Assalamualaikum, Zyona, Zayn," ucap Bang Dion."Waalaikumsalam."Zyona dan Zyan langsung memeluk Ayahnya. Bang Dion pun membalas pelukan si kembar. Terlihat begitu manis pemandangan ini, keluarga kecil itu tampak saling menyayangi.'Kak, kamu lihat itu? Kenapa kamu tega meninggalkan mereka'"Ayah, kok gak salam sama Tante?, biasanya kalo sama Bunda, Ayah selalu salam dan cium pipi Bunda," ucap Zyan."Aku Tante kalian, bukan Bunda jadi gak di cium," ucapku menjelaskan."Tapi kata Tante, Tante yang gantiin Bunda, berarti Ayah juga harus cium Tante," ucap Zyona.Anak-anak itu tidak mengerti pemikiran orang dewasa, yang mereka tahu aku ini pengganti Mamanya.Dengan terpaksa aku mencium tangan Bang Dion dan dia mencium keningku. ********Malam menjelang, aku berada di dalam kamar bersama Bang Dion. Tak ada kata yang kami ucapkan walau kami berdua didalam kamar, bang Dion asyik dengan pekerjaannya, dan aku sibuk dengan ponselku."Tidurlah sudah malam," ucap Bang Dion mengambil bantal yang ada disampingku.Aku segera beranjak dari tempat tidur, mengejar Bang Dion yang keluar dari kamar."Ini kamarmu Bang, aku yang harusnya pergi dari kamar ini," ucapku sambil berlalu.Aku segera pergi menuju kamar si kembar, perlahan-lahan aku membuka pintu karena malam sudah larut dan si kembar sudah terlelap.Kupandangi kedua bocah itu, anak-anak yang manis. Aku melihat ke meja ada foto mereka bersama Kak Sarah, tanpa sadar air mataku menetes.Walau aku terlihat tegar tapi aku begitu sedih, lebih tepatnya marah. Aku marah dengan keadaan ini, aku marah pada Kak Sarah yang seenaknya menyuruhku mengurus keluarganya."Aku tidak sanggup kak," ucapku sambil memeluk foto Kak Sarah.
Aku terus menangis tanpa suara hingga aku tertidur."Fira, Safira!" Seseorang memanggilku.Perlahan aku membuka mata dan terkejut dengan apa yang ada dihadapanku."Jangan lari!""Kak Sarah, Apa aku mimpi?" tanyaku."Anggap saja begitu," ucap kak Sarah.Aku langsung memeluk wanita yang ada di depanku dan menangis."Fira, maafin Kakak, karena sudah membuat kamu sedih dan marah, tapi Kakak yakin kamu mampu merawat anak-anak dan Mas Dion," ucap kak Sarah sambil mengelus pipiku."Tapi Kak, Bang Dion terlalu dingin dan sulit sekali untuk aku bisa akrab dengannya.""Butuh waktu Fir.""Aku tidak menyukainya juga!""Lagi-lagi hanya soal waktu."Kak Sarah tersenyum dan lama kelamaan menghilang."Jaga Zyan dan Zyona untuk kakak," ucap kak Sarah sebelum menghilang.Setelah mengucap salam aku langsung masuk ke dalam rumah tidak mencium tangan Bunda seperti biasanya. Beliau yang tengah duduk di teras pasti bingung melihatku. Aku sedang marah padanya. Akhir-akhir ini beliau pilih kasih. Sekarang aku merasa di anak tirikan. Ralat, aku memang anak tiri. Namun, perlakuan bunda membuatku merasa sebagai anak kandung.Masuk ke dalam kamar dan berganti baju. Duduk di pinggir ranjang sambil bermain game di ponsel. Pintu kamar terbuka, aku melirik malas melihat siapa yang masuk."Kamu kenapa, Zyan?" tanya Zyona, kembaranku."Gak apa-apa, lagi bete aja," jawabku asal."Bete sama Bunda?" tanyanya lagi."Hu'um," jawabku yang masih fokus pada game."Alasannya?" tanya Zyona lagi.Aku tidak menjawab pertanyaan Zyona. Aku pun tidak mengerti kenapa marah d
Bunda," ucapku seraya memeluk bunda yang sedang duduk di teras."Kamu itu bukannya salam malah langsung peluk, ada masalah di sekolah?" tanya bunda.Beliau memang begitu mengerti dengan anak-anaknya. Bukan hanya sekedar sebagai seorang ibu, beliau juga adalah sahabatku. Aku tidak pernah menyembunyikan sesuatu darinya. Sekalipun aku sembunyikan beliau selalu bisa menebaknya."Bunda, aku tuh sebel banget sama temen di sekolah yang selalu gangguin," rengekku."Bully?" tanya bunda."Bukan, dia tuh kayak caper sama aku," ucapku sambil manyun.Bunda hanya tersenyum dan membelai lembut kepalaku. Beliau selalu melakukan hal itu saat aku sedang marah. Sebenarnya beliau bukan ibu kandungku. Beliau adalah Tante yang artinya adik dari ibu yang melahirkanku. Saat usiaku lima tahun ibuku meninggal dan ayah Menikah dengan Ta
kiri dikit, Yah," ucap Zyona."Kanan, Yah," ucap Zyan."Yang benar yang mana sih kalian ini?" tanya Bang Dion."Itu sudah benar, Bang," ucapku yang sedari tadi melihat mereka.Bang Dion segera turun dari tangga yang sedari tadi aku pegangi. Untung saja si kembar kecil sedang tertidur jadi aku bisa membantu suami memasang foto keluarga kami. Terlihat dalam gambar aku tengah menggendong Abiandra dan Bang Dion menggendong Abisatya. Sementara Zyona dan Zyan berdiri di depan kami. Foto keluarga yang bahagia.Abiandra dan Abisatya, nama bayi kembar kami yang sekarang berusia Sembilan bulan. Bang Dion yang mencarikan nama-nama indah itu.Kupandangi foto keluarga kami yang bersebelahan dengan foto keluarga sebelumnya. Di mana belum ada aku dan si kembar kecil. Di sana hanya ada kak Sarah, Bang Dion, Zyona serta Zyan.
Rumah di dekorasi sedemikian rupa untuk acara pengajian tujuh bulanan kehamilanku. Walaupun baru tujuh bulan, tapi perutku sudah sangat besar. Maklum saja bayi yang aku kandung ada dua orang."Ade bayi, lagi apa?" tanya Zyona mengelus perutku.Bayiku menendang dan itu dirasakan oleh Zyona, Anak itu tertawa girang."Gerak-gerak, Bunda," ucapnya sambil mencium lembut."Zyan, ayo ke sini!" teriaknya begitu melihat saudara kembarnya melintas.Kedua anak berwajah serupa ini memelukku, kepalanya tepat berada di perut. Mereka mendengarkan suara adik-adiknya yang masih berada di rahimku."Ada suaranya?" tanyaku.Zyona dan Zyan hanya senyam-senyum. Sepertinya mereka mendengar suara perutku yang keroncongan karena belum sempat makan. Umi menghampiriku dengan membawa sepiring nasi lengkap den
Melihatmu bahagia, aku juga bahagia, Fir," ucapku melihat wanita cantik yang tengah duduk tidak jauh dari tempatku.Dia hanya tersenyum mendengar apa yang aku ucapkan barusan. Wajahnya pucat, tapi entah kenapa terlihat sangat cantik dan berbeda. Mungkin pengaruh kondisinya sekarang. Dia tengah hamil. Seandainya, ah aku tidak mau berandai-andai. Ini takdir dan harus kujalani. Seperti ucapanku barusan bahagia melihatnya bahagia. Cinta itu tidak harus memiliki."Makasih, Haikal," ucap Safira."Untuk apa?" tanyaku bingung."Untuk semuanya. Kamu sudah membantu banyak hal hingga aku menjadi seperti sekarang.""Tidak, Fir. Itu semua karena kamu menyadari perasaanmu sendiri. Aku merasa kurang ajar saat bicara kalau aku masih mengharapkanmu waktu itu.""Tidak apa, di situ aku mulai sadar akan perasaanku terhadap bang D
Si kembar dan bang Dion terlihat begitu senang karena janinku kembar. Tak sabar rasanya membagi kabar bahagia ini kepada Abah dan Umi. Setelah dari dokter kandungan kami langsung menuju rumah mereka.Sepanjang perjalanan si kembar terus berbicara kalau adik-adik mereka akan diajak bermain sesuai jenis kelamin mereka. Padahal dokter belum bisa menebak jenis kelamin bayi dalam kandunganku."Adik yang cowok akan aku ajak bermain tembak-tembakan," ucap Zyan antusias."Main bola juga," timpal bang Dion."Yang cewek akan aku pakaikan jepitan dan gaun. Terus main putri-putrian," ucap Zyona.Mereka semua berharap bayi ini kembar sepasang seperti Zyan dan Zyona. Tidak memikirkan perasaanku saat ini yang tengah bingung harus bagaimana. Bisakah nanti berbagi kasih sayang dengan ke empat orang anak? Aku takut tidak bisa berbuat adil.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen