Semua Bab Mahligai Skandal: Bab 31 - Bab 40
69 Bab
Harga Diri
Arloji berdetak di tangan Aini. Dara berdarah Aceh itu duduk tenang di sudut ruangan memperhatikan papan tulis di depannya. Keterkejutan yang tidak bisa dianggap biasa. Dia merasa belum pikun, atau lupa diri. Jelsa-jelas dia masuk di gedung A. Tapi, dia sempat ragu. Bagaimana tidak? ke mana pak Ismuha, bukannya hari ini beliau ya? pikir Aini bingung. Aini menepis segala perasaan aneh dalam dirinya. Ia memusatkan perhatian belajarnya karena itu tujuan ia datang ke kampus. Aini juga tau? siapa Victor di kampus ini. Semua bisa dilakukan pria itu. Mungkin, sebaiknya enjoy saja? toh, bukan urusannya lagi?Satu jam telah berlalu, Aini duduk tenang mendengar setiap baik kata penjelasan tentang hukum public. Ia mendatarkan pandangan setiap kali Victor menatap canggung. Kepribadian cuek dan gak perduli seorang Syahbandar telah mengalir dalam darah Aini. Ia tak tergoyahkan meskipun Victor berkali-kali lewat di sampingnya sambil menjelaskan tentang materi terse
Baca selengkapnya
Sekelumit Rasa Elang
"Jadi, lu gak mau maafin dia, Ain?"suara Sonya di tengah keramaian suasana kantin. Gadis itu meneliti wajah Aini yang dirundung pilu. Aini menarik nafas panjang seraya merapatkan tubuhnya ke dingding kursi. Sesak, itu yang dirasakannya saat ini."Mungkin, lu butuh waktu, Ain. Coba, lu tenanngin pikiran dulu? memang ini rumit, apalagi, lu ngerasa ... Victor gak ngehargai, ellu," tambah Farida menenangkan Aini. Ia mengelus bahu Aini lembut. "Yeah... mybe," lirih pasrah. Memang tidak mudah bagi siapapun, ketika harga dirinya di lecehkan. Apalagi, Aini merasa dirinya bukanlah perempuan gampangan seperti yang dikatakan Victor. Terlebih, dirinya menyandang gelar kebangsawanannya yang begitu kental. Meskipun, tidak semua orang menganggap itu suatu kehormatan. Namun, bagaimana pun, siapapun, berhak menjaga kehormatan marga masing-masing.Sonya mendengus melihat kerapuhan sahabatnya, ia merasa ikut terhanyut dalam problema Aini saat
Baca selengkapnya
Tumpukan Rasa
Azan magrib terdengar lantang dari toa mesjid dekat rumah Victor. Aini bingung. Ia duduk gelisah dalam kamar itu. Belum lagi tubuhnya gerah karena belum mandi."Son, lu gak sholat gitu? masak, aku harus ninggalin sih?" Aini mendengus prustasi mendekati Sonya sedang duduk mengotak ngatik hanphonenya. dia melirik Aini sekilas,"Ya, mau gimana, Ain.. gua juga bingung? ya udah, lu sholatnya besok aja," jawab Sonya santai. Gadis itu masih menyibukkan diri dengan ponselnya, hingga membuat Aini kesal. "Apah. Lu gila, apa.." Aini mengacak pinggang di depan Sonya. Namun, gadis berambut gelombang itu tidak perduli malah fokus dengan tontonan tiktoknya.Aini menyerah, lalu mendarat kembali di sofa panjang itu dengan posisi menjulur kaki merebahkan badannya.Baru, ia akan merenggangkan otot-ototnya, suara Victor terdengar disaat dirinya hendak memejam mata. Aini bangun bergerak ke arah ranjang di mana lelaki malang itu tidur."Ain.." 
Baca selengkapnya
Gurau Pagi
Dreet.. dreet... "Ya, Assalamualaikum, Ma.." "Apa kamu, sudah sholat subuh Ain? jam berapa di sana," "Iya, Ma.. ini mau sholat," Tidak menyadari, kalau dirinya sedang berkata bohong pada Kartini ibunya yang menelphon dari Aceh."Kenapa, Ma. Kok pagi amat telphonnya?" tanya Aini mengucek kedua matanya. Sekilas ia melihat Sonya terbaring membungkus di atas sofa. "Engga, nak. Ini, mama mau kasih kabar. Adik kamu baru saja melahirkan bayi laki-laki. Dia sehat. Kamu gak berniat pulang menjenguk keponakan?" suara lembut dalam ponsel membuat Aini terperanjat."Apa? Jadi, Meylan lahiran, ma. Wah, aku punya keponakan sekarang," Kartini terkekeh terdengar bahagia di telinga Aini."Iya, sayang? namanya Hendra Saputra.""Oh, Ya sudah, ntar kapan-kapan, Aini pulang Ma, ya?""Ya sudah? mama tutup ya. Assalamu'alaikum?" Aini menarik nafas panjang. Ia meletakkan kembali ponselnya di atas meja, dan ngak se
Baca selengkapnya
Hati Aini
Ain..? selamat ya beb." pekik Sonya dari luar gedung pasca sarjana tepatnya di ruang persidangan tesis Aini saat ini. Sonya berjalan cepat memeluk Aini dan mereka saling menyatu pipi masing-masing. "Makasih, sayang. Berkat lu juga." Jawab Aini bahagia. Tubuh langsing itu merangkul bahu Sonya yang lebih pendek darinya"Yah, tapi lu tega ninggalin gua. Lu ingkar, kan. Janji dulu barengan. Lu mau cepat-cepat back ke Aceh?" Sonya melepas diri dari rangkulan Aini dan berdiri berhadapan. Aini menaut alis dengan sedikit merapikan hijabnya."Ngomong apa sih, lu? gua kan belum 100 % kellas, Son. Tesis gua banyak yang harus direvisi," Mereka bergerak bersama-sama ke arah kantin tanpa melirik kiri kanan saking renyah percakapan. "Selamat ya, yang udah dapat cumlaod," bariton itu menghentikan keduanya,  sama-sama berbalik ke arah sumber suara. Sosok gagah dan tampan berdiri tinggi menjulang di depan Sonya dan Aini. Aini memicing memperha
Baca selengkapnya
Kejutan Sang Papa
Hari semakin sore. Matahari akan segera kembali keperaduan. Setelah menghabiskan waktu hampir setengah hari bersama kekasih, akhirnya Aini pulang ke kosan diantar Victor. Gadis itu bersemu bahagia terlihat jelas dari wajah manisnya. Seharian ini, Victor memuja dan mencumbunya dengan kasih sayang. Sampai Aini menyadari satu hal dalam hati bahwa dirinya benar-benar mencintai Victor lebih dari segalanya. Rasa itu seakan baru lahir hingga terbesit merencanakan nikah siri dengan Victor. Dan, itu sudah menjadi tekadnya. Aini tidak lagi memikirkan dirinya dari mana, dan lahir dari rahim siapa. Persetan dengan silsilah. Sekarang, Aini hanya memikirkan kebahagiaannya dengan Victor. "Kalau Meylani bisa, kenapa aku enggak. Pa.. maafkan, Aini. Aini gak bisa hidup tanpa Victor." Aini berbicara sendiri ketika hendak membuka pintu kos-kosannya."Assalamualaikum..." ucapan salam dari seseorang membuat Aini tidak jadi membuka pintu rumahnya. Gadis itu membalikkan tub
Baca selengkapnya
Sederet Problema
Pagi menyapa dalam kerisauan. Gadis itu terbangun saat azan subuh terdengar dan segera menunaikan ibadah sholat subuh juga membangunkan papanya untuk melakukan hal yang sama. Selang beberapa menit, Aini disibukkan dengan penyajian sarapan dan secangkir kopi panas untuk sang papa. Di samping itu, ia juga menyempatkan diri berolah raga sejenak dengan melompat tali di halaman rumah yang sudah menjadi rutinitas paginya selama ini. Jarum jam sudah menunjukkan 7 pagi. Aini mulai gelisah memikirkan Victor, takut pria itu datang menjemputnya. Maka sebelum itu terjadi, Aini mengambil ponselnya di atas nakas lalu mengirim pesan singkat untuk kekasihnya. Dia berdiri di teras dengan gasture gelisah dalam pandangan Rafli. Pria paruh paruh baya itu memperhatikan Aini yang sedari tadi tampak gelisah. Rafli memilih diam karena beliau ingin melihat apa yang terjadi dengan putri kesayangannya itu. "Ekhem," beliau berdehem sengaja sambil membaca sebuah koran di tangannya, dan sesekali
Baca selengkapnya
Ribet
Papa datang untuk menjemput gua, Son--""What! lu seriiius? Emangnya, lu mau dijodoin? Ya, ampun Aini.. lu mikir donk? tu si tuan petruk lu kemanain? lu gak mikir dia tu bakalan gila kalau sampai lu tinggalin?" keget Sonya gak habis pikir. Gadis itu melihat Aini yang sedang menunduk menyembunyikan ekspresinya. "Gua tau, Son. Maka dari itu, aku ngajak sharing sama ellu. Lu, pasti bisa bantu gua, Son." lirih Aini melihat Sonya dengan tatapan memohon. Sonya memicing mengerutkan wajah bingung atas apa yang baru saja dikatakan sahabatnya.  "Hey? apa-apaan ellu, Ain? jelas-jelas ini masalah privasi ellu, lantas gua bisa bantu apa, say? ngaco banget, sih." Sanggah Sonya melambai tangan di depan Aini. Sonya belum mengerti apa maksud kata 'tolong' yang dimaksud Aini. Lagi-lagi Aini menarik nafas berat. Ia melempar pandangan pada hamparan alam yang terbentang di hadapanya dengan sejuta kegalauan. Hembusan angin menerpa wajah cantiknya. Gadis bangsawan itu sedan
Baca selengkapnya
Kemurkaan Rafli
Rafli Pov ...Ada apa dengan Aini. Dari tadi pagi dia gelisah seperti ketakutan. Apa yang dirahasiakan. Jangan-jangan, Aini punya seorang kekasih yang sengaja disembunyikan, terus mereka berhubungan diam-diam. Saya harus mencari tau, kalau sampai itu benar! saya tidak akan membiarkan Aini berlama-lama lagi di sini. Akhirnya Angraini pergi ke kampus setelah aku memaksanya, dan itu saya lakukan agar dapat mengikutinya sampai ke kampus. Saya menghubungi mamad kolega bisnis saya selama ini di bidang pertanian dan bibit tanaman. Saya meminta Mamad untuk mengantar ke kampus Aini dengan alasan ingin tau tempat anak saya belajar. Dan, tentu tanpa sepengetahuan Aini, saya mengikutinya sampai ke gerbang kampus. Tapi, saya kehilangan jejak. Mamad membawa saya keliling kampus namun sepertinya kampus sepi. Saya tidak melihat Aini ada di kampus tadi. Maka saya putuskan pergi ke tempat mamad di daerah pengunungan danau toba. Mamad membawa saya melihat-lihat kebunnya sebentar, setelah itu pu
Baca selengkapnya
Logika Sonya
Tiba-tiba hujan mengguyur kota Medan. Langit hitam dengan kabut bergulung. Aura malam kian dingin menusuk jiwa memendam kerinduan. Namun, jalanan kota belum juga sepi dari wari-wiri kendaraan. Di tengah kepadatan itu juga sebuah mobil land cruiser berlari kencan menuju komplek perumahan ayahanda petisah. Mobil itu berlari dengan kecepatan di atas rata-rata. Untung jurusan yang dituju sedikit sepi sehingga tidak membuat pengemudi susah untuk ngebut. Tak lama, 10 menit jarak tempuh mobil itu telah berada di depan sebuah rumah megah milik seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang property dan perumahan. Ia turun dengan santai namun hati dan pikiran diselimuti kesedihan.ting ton.. ting tong..Ia menekan bel beberapa kali hingga pintu terbuka menampakkan seorang gadis dengan rambut gelombang tergerai lepas. Penampilan dengan mengenakan piyama membuat gadis itu terlihat santai. "Loh, Vic. Ada apa? sendiri?" tanya gadi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status