All Chapters of Mahligai Skandal: Chapter 41 - Chapter 50
69 Chapters
Pilihan Yang Sulit
Keesokan harinya di kediaman Aini. Gadis itu melamun setelah menyiapkan sarapan untuk papanya Rafli. Ia duduk di teras menatap kosong penampakan jalan yang disibukkan oleh kenderaan. Pikirannya terngiang pembahasan tadi malam bersama sang papa tentang hubungannya dan Victor. Awalnya, jawaban papanya tegas, namun pada akhirnya pasrah memberinya pilihan. Dan, itu dilema yang berat buat Aini. Jujur, melihat papanya pasrah sampai meneteskan air mata hati Aini bagai dicabik-cabik dengan sebilah posau dan semakin ragu untuk mempertahan hubungannya dengan Victor. Sentilan rasa sakit saat melihat raut sang papa yang seakan putus asa terhadap dirinya "Aku harus jujur dengan Victor. Aku akan meminta maaf padanya, aku tidak bisa menepati janjiku, Vic. Maafkan aku." Batin Aini terus mengutuk dirinya sendiri. Hubungan yang dibinanya selama ini telah menjerat seorang Victor ke ujung kehancuran dan mungkin pria itu akan patah hati dengan keputusan Aini "Papa keluar sebentar. Kamu p
Read more
Terbentang Perbedaan
"Vic. Kamu yakin, ingin ketemu papa. Aku ... aku ... ""Aku tau, Ain. Aku sudah mendengar semuanya, aku tidak akan mundur selangkahpun sebelum mendapatkan apa yang sudah menjadi tekadku, Ain. Kumohon, sebelum tuan Syahbandar membawa kamu pergi izinkan aku melamar kamu, Ain.  kamu tau? aku gak mungkin bisa hidup tanpa kamu, Ain?" ungkap Victor meraih tangan Aini dan mengecupnya lembut. Ia memandang wajah gadis itu dengan penuh perasaan diiringin air mengambang di pelupuk matanya. Sebongkah jiwa yang terombang ambing tergulung dan bermuara dalam dilema rasa yang semakin tak tentu arahLagi-lagi Aini menelan ludah dengan segenap perasaan yang hancur berkeping-keping. Tak kuasa ia melawan perjuangan itu. Tak kuasa untuk tidak meneteskan air mata. Sesesak ini rasa perpisahan, Ya Tuhan ... Ke mana aku menbawa rasa ini. Haruskah aku pergi demi baktiku pada orangtua,  meninggalkan sepotong hati yang sedang rapuh untuk remuk kembali? kepergian sang bundanya saja sudah
Read more
Terbelenggu
kegelisahan melingkupi hati Anggrani saat ini. Gadis itu tak berhenti meremas ujung tuniknya  melampiaskan segala rasa tentang hubungan yang kian rumit meskipun, tangan kekar Victor terus mengelus punggung dan menguatkannya dengan sebuah belaian. Kisah yang sudah di ujung tanduk semakin membuat Aini tersesat dalam dilema rasa akan sebuah keputusan. "Kamu harus yakin, Tuhan akan mempersatukan kita, emn.." ucap Victor meraih kedua tangan Aini dan mengecupnya dalam. Kesedihan mereka di saksikan oleh dedaunan yang bergoyang oleh terpaan angin malam. Entah apa yang membuat Aini hingga ia belum merencanakan untuk pulang ke kosannya. Rasanya enggan meninggalkan Victor saat ini, apalagi ia baru dapat kabar Rafli papanya, juga tidak pulang karena menginap di rumah temannya.Jadi, memanfaatkan kesempatan itu untuk menghabiskan waktu bersama kekasihnya.  Aini menarik nafas panjang seraya memandang bulan purnama yang mulai menerangi langit malam. Ia terkesima dengan sin
Read more
Terbelenggu
kegelisahan melingkupi hati Anggrani saat ini. Gadis itu tak berhenti meremas ujung tuniknya  melampiaskan segala rasa tentang hubungan yang kian rumit meskipun, tangan kekar Victor terus mengelus punggung dan menguatkannya dengan sebuah belaian. Kisah yang sudah di ujung tanduk semakin membuat Aini tersesat dalam dilema rasa akan sebuah keputusan. "Kamu harus yakin, Tuhan akan mempersatukan kita, emn.." ucap Victor meraih kedua tangan Aini dan mengecupnya dalam. Kesedihan mereka di saksikan oleh dedaunan yang bergoyang oleh terpaan angin malam. Entah apa yang membuat Aini hingga ia belum merencanakan untuk pulang ke kosannya. Rasanya enggan meninggalkan Victor saat ini, apalagi ia baru dapat kabar Rafli papanya, juga tidak pulang karena menginap di rumah temannya.Jadi, memanfaatkan kesempatan itu untuk menghabiskan waktu bersama kekasihnya.  Aini menarik nafas panjang seraya memandang bulan purnama yang mulai menerangi langit malam. Ia terkesima dengan sin
Read more
Kepergian
Pagi menyapa. Semilir angin berhembus menerpa dedaunan menambah kesejukan suasana di kediaman tuan Andreas seorang pembisnis dan pengusaha sukses di bidang mebel dan elektrikal di mana usahanya itu  tersebar di beberapa kota besar selain kota Medan. Salah satunya Batam, dan palembangSecercah cahaya pun masuk dari jendela yang tirainya sudah tersingkap rapi membuat udara pagi masuk menyapa wajah  laki-laki tampan sedang terlelap damai tanpa beban sedikit pun. Baru kali ini ia merasakan tidur yang begitu nyenyak dan panjang. Bagaimana tidak? peristiwa semalam sungguh membuatnya puas karena telah berhasil membawa wanita pujaannya menggapai puncak kenikmatan dengan harapan, Aini akan seutuhnya menjadi miliknya.Victor mengerjab menyamai pencahayaan yang menampar begitu menyengat di wajahnya. Laki-laki itu menoleh kiri kanan sambil meraba-raba berharap Aini masih tidur di sampingnya dengan harapan bisa memeluk dan mencium kening gadis itu sebagai ungkapan  '
Read more
Punahnya harapan
"Pagi-pagi, Aini datang ke rumah aku, Vic. Aku terkejut dan mengajaknya masuk. Namun, Aini menolak katanya dia gak bisa lama," Flasback On"Aini..? lu, ngapain pagi-pagi, joging?" tanya Farida dengan mimik wajah bingung. Ia meneliti Aini dari bawah sampai ke atas nampak wanita itu pucat dan kelelahan. "Bed, sori. Aku boleh ngomong sebentar?" balas Aini memohon dengan kedua tangannya. Farida menaut alis dan sedetik krmudian ia membawa Aini di taman perkarangan rumahnya ada sebuah bangku panjang di bawah pohon jambu keduanya duduk berhadapan."Hey, lu kenapa?" kata farida serius sambil menatap raut wajah Aini yang pucat.Gadis malang itu menarik panjang lalu menghembus dengan menahan nafas yang menyesakkan rongga dada"Gua, mau pamit, Far. pesawat jam 11 aku take off ke Aceh... ""Apa! lu serius? tapi, kenapa buru-buru, kan kuliah lu belum kelar semua, Ain? lu belum... ""Gua tau Far. Gua juga mau minta tolong sama kali
Read more
Hancur
Victor. Aku minta maaf, karena pada saat kamu bangun, aku sudah menjadi wanita penghianat. Bahkan lebih buruk dari itu. Seandainya, bulan semalam bisa menjawab isyarat hatiku, mungkin aku tidak sekerdil sekarang. Meninggalkanmu dan itu hal terberat yang harus kujalani. Vic. Cintamu bersamaku, dan buah cinta kita akan tumbuh. Kuharap, kamu tetap semangat demi itu. Bersamaku ada kamu, dan aku pun, ada bersama kedua orang tuaku. Mereka, pelindungku di akhirat nanti. Aku tidak menyesal apa yang sudah kita lakukan, sebaliknya, aku bangga meskipun harus berlumur dosa. Vic. Jangan patah, atau terpuruk. Aku mencintaimu sampai kapan pun. Aini.Pria itu meremas sekuat tenaga secarik kertas putih yang baru dibacanya dengan air mata terus menetes. Ia luruh ke sofa di kamarnya, dan menjambak kepalanya merasakan kehancuran atas kepergian Aini beberapa jam yang lalu. Setelah menerima surat itu dari Farida. Victor me
Read more
Lara Hati
***Aku meratapi cinta yang telah sirna bersama puing-puingnya. Begitu banyak lara yang hinggap setelah benih tertanam dalam raga ini***Angin bertiup kencang menerpa dedaunan di perkarangan sebuah rumah megah peninggalan raja Syahbandar. Rumah yang di desain bergaya kolonial Belanda dulu nampak sejuk dan damai karena pepohonan yang rindang. Salah satunya, pohon kelapa gading yang buahnya sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pohon yang berupa palem-paleman itu tumbuh berjejer di samping pagar rumah Syahbandar sejak dulu hingga kini telah banyak buah yang dinikmati oleh keluarga dan sanat saudara mereka.Dari balkon lantai 2 tampak seorang gadis bertubuh langsing berkulit putih berdiri termenung menatap hampa jalan hitam yang basah karena guyuran air hujan. Sejak ia tiba di kediamannya, di salah satu kota kecil daerah Nanggroe langit terus menurunkan air hijan hingga sore hari belum juga berhenti. Suasana itupula membuat Aini lebih banyak terme
Read more
Tanda Tanya
"Anak bodoh! dia pikir dengan melakukan ini bisa mengubah semuanya." Mata tajam bak silet menatap seonggok tubuh yang terkulai lemas di atas branrkar. Selang lentur transparan menancap di hidup bekerja dua kali lebih cepat mengirimnya oksigen  pernafasan. Tubuhnya teebaring lemas tak berdaya. Sosok jangkung berdiri bersedekap di samping branrkar dan terus menatapi wajah sang putri yang kini telah pucat memutih bak mayat hidup. Mata terpejam, yang terdengar hanyalah buih oksigen menderu setiap kali nafas berhembus."Apa maksud, papa. Papa ... bukan bilang untuk kak, Aini kan?" tanya Asril memicing papanya dari samping. Rafli bergeming tak mengubah posisi dan tatapan pada putri sulungnya yang terbaring tak berdaya. Pria paruh baya itu diam tidak pernah berniat untuk menjawab pertanyaan Asril. Selain gak perlu, Rafli juga tidak pernah suka diintrogasi oleh siapapun, termasuk anak-anaknya. "Jaga, kakak kamu. Pastikan dia baik-baik saja," titahnya ta
Read more
Kebimbangan
"Heehh ... heehhh..." suara desah kesusahan itu terdengar berat dan serak. Berulang kali nafas terongos sampai dadanya terangkat membusung lalu rapat kembali di tempat tidur. Beberapa kali itu terjadi namun, tidak disadari oleh orang sekelilingnya. Asril yang tertidur dengan memangku di samping Anggraini pun, tak menyadari kalau kakaknya sedang kesusahan dalam mengatur pernafasan. Conon lagi, Annuar yang terbaring pasrah di atas sofa jauh dari Aini. Namun, setelah beberapa kali gadis itu menarik nafas secara teratur, akhirnya sirkulasi air oksigen itu berjalan bergerak normal. Perlahan, kelopak mata lentik itu mengerjab memaksa retina menyamai pencahayaan lampu led yang bersinar terang tepat di bagian atasnya. Ketika dirasa nyaman, ia mulai mengedar pandangan, dan orang yang pertama kali dilihatnya adalah, Asril. Sang adik laki-laki tertidur lelap dengan  memangku kepala di bagian pinggir ranjang.  Asril yang senantiasa setia menjaga, juga menunggu kakak terci
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status