All Chapters of Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea): Chapter 21 - Chapter 30
55 Chapters
Part 20
Alea benci dengan tatapan itu pada tubuhnya. Alea sangat jijik hingga perutnya mual ketika tangan kotor itu menyentuhnya.‘Jangan sentuh aku!’ tangisnya menyesakkan dada. ‘Kumohon.’‘Tidakkk!!!’Alea terbangun dengan rasa haus luar biasa dan sangat membutuhkan udara. Keringat membasahi sekujur tubuhnya dan napasnya ngos-ngosan. Ia segera membekap mulutnya ketika melihat Alec berbaring di samping menghadap ke arahnya. Beruntung pria itu tak terganggu oleh keresahannya. Ia pun menyalakan lampu nakas dan menandaskan segelas air putih yang tersedia di sana. Lalu turun dan melangkah ke kamar mandi tanpa membuat suara sekecil apa pun.Setelah mengusap wajahnya dengan air dingin, Alea menatap pantulan wajahnya yang sepucat mayat di wastafel. Bagaimana pun ia menyangkal kecantikan yang terukir di setiap sudut wajahnya, Alea tak bisa tak mengakui bahwa dirinya memang cantik. Mungkin bagi sebagian besar
Read more
Part 21
Kedatangan mendadak Alec membuat Arsen sedikit terkejut. Seminggu sejak kematian mamanya, pria itu tak lagi menunjukkan batang hidungnya dan ia pun juga merasa tak perlu membentuk hubungan mereka menjadi lebih dekat. Alea bisa menjaga diri dengan baik, sesekali ia memang perlu menghubungi Alea, hanya sekedar basa-basi memastikan adiknya sehat dan tanpa luka lecet seujung kuku pun. Itu sudah lebih dari cukup.“Aku tahu kau ke sini tak mungkin hendak mengucapkan selamat untukku.”Alec mengambil tempat duduk di kepala sofa.Ujung bibir Arsen hanya berkedut tidak senang dengan ketidaksopanan Alec, tapi tak berkata apa pun dan duduk di sofa panjang. Mengangkat tangan pada sekretarisnya untuk menyiapkan minum.“Wine,” pesan Alec.“Sepertinya kau sedang mengalami hari yang berat.” Arsen hanya berharap bukan Alea penyebabnya.Alec hanya melirikkan mata, mengamati Arsen yang mencabut bolpoin di saku pria itu dan me
Read more
Part 22
Suara gelak tawa anak kecil yang tertangkap telinga Alec membuat pria itu mengerutkan kening. Langkahnya yang tengah menyeberangi ruang tamu terhenti, pandangannya berputar ke sekitar, sekali lagi mendengarkan dengan lebih jelas samar-samar suara yang ditangkap telinganya. Setahu Alec, di rumahnya tidak ada anak kecil. Pelayan-pelayannya pun tidak ada yang memiliki anak kecil.Suara itu berpusat dari arah ruang tengah, Alec berjalan lebih dekat. Benar saja, Alea sedang sibuk berbicara dengan seorang anak kecil yang rambutnya dikuncir dua. Terlihat begitu lucu dan menggemaskan. Kecuali wajah menyebalkan kakak ipar sialannya yang terjiplak di wajah mungil itulah yang membuatnya mendengus sebal. Untuk pertama kalinya merasa iri pada seorang Arsenio Mahendra. Karena bisa memiliki malaikat mungil secantik itu. Melihat kemiripan Arsen dengan anak kecil itu, sudah jelas anak itu pasti keponakan Alea.Mendadak pikiran tentang memiliki anak muncul di benaknya. Meskipun ia tidak
Read more
Part 23
Lagi, Alea terbangun dengan badan remuk dan bekas-bekas merah yang nyaris memenuhi seluruh kulit dadanya. Dengan sangat berhati-hati, ia menyingkap selimut. Jika beruntung, Alec tak akan terbangun dan ia tak perlu melayani pria itu untuk seks pagi. Pangkal pahanya terasa sakit, setelah semalaman berusaha menyamai gairah Alec yang seolah tiada habisnya. Gairah pria itu memang tidak pernah habis.Alea berhasil mencapai pintu kamar mandi tanpa membangunkan Alec. Membuatnya mendesah lega dan mengunci pintu kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Ia ingin berendam, tapi jika tiba-tiba Alec terbangun dan ikut bergabung di bak mandi. Itu jelas tidak akan menjadi sebuah aktifitas yang tepat untuk menenangkan tulang-tulang tubuhnya yang pegal.Alea menyambar jubah mandi dan melilitkan handuk di rambutnya yang basah. Kemudian berjalan meraih pegangan pintu.“Kau mengunci pintu kamar mandi,” tegur Alec tepat ketika Alea memutar kunci dan membuka pint
Read more
Part 24
Malam itu setelah selesai menidurkan Adara di kamar, Alea melihat Alec yang masuk ke ruang kerja pria itu. Ia pun masuk ke kamar untuk mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Arsen. “Arsen?”“Ya?”“Apa besok kau akan menjemput Adara?”“Kenapa?”“B-bisakah aku saja yang mengantarnya ke rumah?”Arsen tak langsung menjawab.“A-aku juga ingin mengunjungi rumah.” Alea tahu Arsen sudah mencium niat yang ia sembunyikan. Dengan segera ia menolak prasangka tersebut sebelum Arsen mengatakan tidak. “Aku merindukan Mama. Kupikir hanya di rumahlah satu-satunya tempat aku bisa mengenang Mama.”Arsen masih diam. “Kauyakin tidak menggunakan Mama untuk alasan yang lain?”Pertanyaan Arsen menimbulkan rasa bersalah di dadanya. Tetapi Mamanya pasti mengerti, bahwa Arza adalah satu-satunya orang yang ia butuhkan saat ini.
Read more
Part 25
Jam sembilan lebih, Arza tak juga muncul. Keresahan yang menggelayuti wajah Alea membuat Arsen menghentikan tindakan konyol adiknya tersebut dengan cara yang kasar. Arsen menyeret Alea keluar untuk masuk ke dalam mobil yang akan membawa adiknya kembali pulang.“Lepaskan aku, Arsen!” Alea meronta, berpegangan pada pinggiran pintu dengan satu tangan.Arsen hanya berdecak sekali, melepaskan pegangan Alea hanya dalam sekali tarikan yang keras dan melanjutkan membawa Alea masuk ke dalam  mobil yang sudah dibuka oleh sopir.“Kau benar-benar keterlaluan, Arsen. Aku tak akan pulang sebelum bertemu dengan Arza!”“Tak ada jalan keluar bagimu selain menjadi istri yang baik untuk Cage, Alea.” Arsen menundukkan kepala Alea dan mendorong tubuh mungil itu ke dalam mobil. Tubuh Alea terhempas di jok belakang dengan tanpa daya walaupun kedongkolan menggelapi raut muka wanita itu. “Cage tak akan suka dan entah apa yang akan di
Read more
Part 26
Alec mengerutkan kening ketika membuka foto-foto yang dikirim salah satu pengawal yang ia tugaskan untuk mengawasi Alea masuk ke ponselnya. Melihat Arza dan Alea yang berpelukan di depan salah satu klub malam. Itu lokasi yang tertulis di sana. Dan foto itu diambil satu menit sebelumnya. Sudah jam sepuluh malam, tapi istrinya itu masih berkeliaran di luar sana. Saat Alec melihat wajah Arsen, Karen, dan Alea, semua pasti tak akan menyangkal hubungan darah yang dimiliki ketiga bersaudara tersebut. Berbeda ketika dengan Arza. Meski pria itu memiliki ketampanan di atas rata-rata, karakter wajah yang dimiliki Arza berbeda dengan ketiga saudaranya yang lain. Begitu pun dengan kedua orang tua mereka. Bukan hal yang tak mungkin Arza anak di luar pernikahan atau anak angkat? Melihat biografi dan pernah mengenal Mahendra senior, kemungkinan Arza anak di luar pernikahan bisa ia sisihkan sejenak. “Roy, cari informasi tentang ketiga saudara istriku. Sedetail mungkin. Terut
Read more
Part 27
Alec terkekeh. Lebih keras. “Kenapa tubuhmu tiba-tiba menjadi kaku, Alea?” “A-aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, Alec.” Alea berharap suaranya tak terdengar seperti sebuah cicitan. “Aku tidak memikirkan apa pun? Kenapa kau harus takut apa yang kupikirkan?” “Dari mana kau mendengar kabar itu?” “Bukan itu yang terpenting. Dan gosip itu juga tidak penting. Jangan membuang pikiranmu untuk hal semacam itu. Kau tahu aku memercayaimu, kan?” Alea tak tahu harus merasa lega atau tidak dengan kepercayaan yang diberikan Alec. Nyatanya ia mengkhianati kepercayaan itu dan masih memberikan hatinya untuk Arza. “Aku memberikanmu segalanya. Pernikahan, perasaanku, dan memenuhi semua kebutuhanmu. Bahkan aku menanggung beban keluargamu. Aku tahu kau bukan istri yang tidak tahu terima kasih. Jadi kau tidak mungkin mengkhianatiku.” “K-kenapa?” Alea benar-benar kehilangan suaranya. Bongkahan berat menyumpal tenggorokannya. “Kenapa apa?” A
Read more
Part 28
Malamnya, Alea menyambut Alec yang muncul di pintu kamar dengan gugup. Berharap wajahnya tidak terlihat janggal meski berkali-kali ia sudah memastikannya di depan cermin. Raut lelah dan letih pria itu menunjukkan seberapa banyak urusan kantor yang menyita perhatian Alec. Ia sedikit bersyukur, kesibukan Alec membuatnya memiliki waktu lebih banyak untuk dirinya sendiri.Alec terhenti sejenak. Matanya menyipit sedikit penuh selidik ke arah Alea. Wanita itu berdiri di tengah kamar, dengan jubah tidur yang dibelikannya kemarin. Rambut tersisir rapi dan wajah yang dipoles tipis. Membuatnya ingin segera membawa wanita itu ke ranjang.Tapi ia tak akan melakukannya, sekarang. Ia tahu tujuan wanita itu menyambut kedatangannya dengan penampilan menggoda tersebut. Ia tahu Alea sudah tahu bahwa ia tahu rahasia istrinya. Tak menduga Alea akan menggunakan cara ini untuk mencairkan kemarahannya.Alea berjalan mendekat, mengambil jas dan tas dari Alec dan bertanya apakah ia haru
Read more
Part 29
“Apa hari ini kau ada kegiatan yang ingin kaulakukan?” tanya Alec pagi itu di meja makan sebelum berangkat ke kantor.Alea berhenti mengunyah, wajahnya terangkat sedikit ke arah Alec lalu menggeleng dengan ragu. Sebelum ini, ia selalu punya kegiatan tak penting di luar rumah sebagai dalihnya untuk bertemu dengan Arza. Tetapi setelah tahu Alec mengawasinya dan Arza, tentu saja itu bukan pilihan yang bijak. Mungkin ia hanya bisa menghubungi Arza lewat sambungan telpon, untuk memperingatkan pria itu agar berhati-hati.Alec mengangkat salah satu alisnya, dengan seringai di ujung bibir. “Apa karena kau tahu aku mengawasimu dan kakak angkatmu itu?”Alea tak menjawab, wanita itu hanya menunduk menatap makanan di piringnya yang masih tersisa setengah.“Pilihan yang bagus, Alea.” Alec menandaskan kopinya kemudian berdiri dan membungkuk untuk mencium bibir Alea. “Kau masih bebas bersenang-senang di luar sana. Jangan buat ak
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status