Lahat ng Kabanata ng Istri Hadiah - A Lover (Alec & Alea): Kabanata 11 - Kabanata 20
55 Kabanata
Part 10
Kepalan sangat keras mengebaskan rasa sakit di telapak tangan Alec. Alea Mahendra. Wanita itu bukan hanya menolak keberadaannya. Melainkan telah menghina dan mempermalukan dirinya di hadapan umum.Dada Alec bergetar, oleh gemuruh kemarahan yang mengaduk-aduk isi hatinya. Tak peduli akan tatapan bertanya tamu undangan yang dipenuhi ekspresi bertanya dengan kedatangan pengantin wanita yang terlambat datang, Alec menuruni altar dan melintasi karpet merah. Berjalan cepat menuju pintu samping kediaman Mahendra. Keamanan di rumah ini memang tak bisa diandalkan. Pertama majikan mereka hampir mati tenggelam di kolam renang. Kedua majikan mereka kabur di hari pernikahan dan tak ada satu pun penjaga yang tahu. Satu-satunya penyesalan Alec adalah memutuskan pernikahan itu di rumah Arsen karena ia berpikir Alea perlu mengucapkan selamat tinggal sebelum membawa pergi wanita itu ke rumahnya.Sialan, wanita itu tak butuh dikasihani. Sedikit saja rasa iba Alec untuk wanita dibayar den
Magbasa pa
Part 11
“Pergilah. Buat alasan semeyakinkan mungkin untuk mengulur pernikahan ini setidaknya untuk satu dua jam ke depan.”Alec mendengus dan membuang muka dengan keyakinan kuat Arsen untuk membujuknya bahwa pernikahan ini harus tetap terlaksana. Ia sedikit tersentuh dengan kepercayaan diri Alec yang masih terpasang erat di wajah setenang air danau itu. Tetapi tidak semudah itu penghinaan ia lupakan begitu saja.Arsen mengambil tempat duduk di seberang Alec setelah perlu dua kali memberi isyarat pada Arza untuk segera keluar dari ruangan ini dan meninggalkannya sendirian dengan Alec. “Kita tetap pada rencana ini meski sedikit meleset, atau ...”“Atau?” Salah satu sudut bibir Alec tertarik menyeringai sinis. “Kauingin mengancamku? Apa aku perlu mengingatkanmu posisimu saat ini, Arsen? Aku sama sekali belum menandatangani kesepatakan kita.”“Ya, itu mengijinkanku untuk membuat kesepakatan dengan pihak lain. Kupi
Magbasa pa
Part 12
“Jangan!” jerit Alea dengan air mata yang mulai merebak. Wajahnya pucat dan matanya menatap ngeri ke arah Alec yang ada di atas tubuhnya. “Kumohon, jangan lakukan ini padaku.”“Apa yang membuatmu berhak memerintahku, Alea?”“Aku ... aku akan menikah denganmu. Maafkan aku.”“Semua sudah terlambat. Kau sudah mengacaukan pernikahan kita dan mempermalukan keluargaku dengan cara paling hina. Aku tak pernah merasa sehina ini seumur hidupku.”“Aku mohon ... aku minta maaf. Aku bersalah padamu dan aku menyesal.”“Permohonan, permintamaafan, rasa bersalah, dan penyesalanmu. Sepertinya semua masih tak sebanding dengan penghinaan“Kali ini saja, tolong ampuni aku, Alec. Aku akan memberikan tubuhku untukmu dengan sukarela. Tapi ...”“Aku harus menikahimu lebih dulu?” cemooh Alec dengan dengusan sinisnya.Alea mengangguk putus asa. Arsen be
Magbasa pa
Part 13
Kepedihan di manik Arza sama besarnya dengan yang Alea rasakan. Pria itu berpaling membawa semua kehancuran di hatinya. Memendamnya dalam-dalam di dasar hatinya adalah satu-satunya pilihan yang ia miliki. Ia tak memiliki apa-apa sebelum keluarga ini menerima dirinya dengan tangan terbuka. Memberinya tempat tinggal dan sebuah kehidupan. Sudah seharusnya ia menahan hatinya kuat-kuat agar tak kehilangan keluarganya.“Apa acaranya sudah usai?” Alea berucap gugup dengan wajahnya yang tiba-tiba memucat menatap punggung Arza menjauh. “Aku ... aku ingin kembali ke kamarku.”“Pergilah. Aku perlu menyapa temanku.” Alec mengangguk singkat menyadari keberadaan Roy yang tampak menundukkan kepala menjaga kesopanan karena melihatnya mencium Alea di tempat umum seperti ini. Di saat para sanak saudara dan tamu yang masih menikmati hidangan di sekitar meja Alec dan Alea.Alea bangkit berdiri dan meninggalkan pesta melewati jalanan setapak berba
Magbasa pa
Part 14
Resepsi berlangsung dengan sangat meriah. Semua tamu undangan berasal hanya dari kalangan elit dan artis-artis ternama, yang meskipun dibatasi hanya beberapa undangan penting, tetap saja para tamu memenuhi aula gedung Cage Group yang luas.Alea memasang senyum palsu dengan sikap enggan. Kebanyakan para tamu yang sering ia jumpai, adalah konglomerat yang sudah sering menyatakan cinta padanya. Senyum mereka tak benar-benar tulus saat memberikan selamat padanya. Dan ia yakin para gadis yang bergerombol di beberapa sudut juga tengah mengobrolkan dirinya. Dari wajah mereka sudah jelas yang mereka bahas hanyalah kejelekannya.“Kau benar-benar menikah?” Suara wanita cantik dengan gaun menyentuh lantai berwarna hitam yang menampakkan belahan kaki dan seluruh kulit telanjang punggungnya, menyapa Alec. Rambutnya yang bergelombang dicat merah dan dibiarkan terurai, dengan hiasan mutiara berwarna hitam yang disusun membentuk gelombang. Wanita itu melirik sinis ke arah
Magbasa pa
Part 15
Dalam satu jam, semua perintah Jean Cage dilaksanakan dengan cepat dan tanggap. Semua pengawal dan pelayan melakukan tugas mereka tanpa hambatan sedikit pun. Dan di sinilah saat ini Alea berada. Di ruang tidur Alec, yang sudah dihias dengan segalam macam pernak-pernik khas kamar pengantin baru.Bunga-bunga hampir di setiap meja dan sudut kamar. Kelopak bunga mawar yang disebar di seluruh ranjang. Dan lampu kamar yang diatur dengan cahaya temaram. Alea mengalihkan pikirannya dari segala macam hiasan di kamar. Tampak gugup menatap penampilannya di depan cermin.Matanya terpejam ketika membuka jubah tidurnya dan melihat tubuhnya yang hanya berbalut kain tipis berenda berwarna peach. Kain itu sama sekali tak menutupi kulitnya sedikit pun. Desahan keras lolos dari bibirnya dan jantungnya berdegup dengan kencang. Tak mampu membayangkan apa yang akan dilakukan Alec pada tubuhnya.Kilasan ketika Alec mendorong tubuhnya berbaring di meja kerja pria itu kembali melintas.
Magbasa pa
Part 16
Rasa sakit dan remuk di seluruh tulang-tulangnya membangunkan Alea dari tidurnya yang terlalu lelap. Ia tahu di mana dirinya berada dan dengkur halus siapa yang berhembus di ujung kepala bagian belakangnya. Sambil menahan ringisan karena rasa nyeri yang berpusat di pangkal paha, Alea berusaha memindahkan lengan Alec yang melingkari pinggangnya sepelan mungkin. Mendesah lega melihat Alec yang masih terlelap dalam tidurnya ketika berhasil duduk dan memisahkan tubuh dari Alec.Alea memegang selimut menutupi ketelanjangannya hingga di dada, kepalanya melongok ke lantai mencari kain di sekitarnya. Bersyukur jubah tidurnya teronggok tak jauh dari kakinya. Setelah mengenakan kain untuk menutupi kulitnya, Alea turun dari ranjang dengan hati-hati. Kepalanya menoleh ketika mendengar getar ringan dari arah nakas sebelum ia sempat berdiri. Ia pun memungut benda persegi berwarna merah muda tersebut dan berdiri. Rasa sakit di antara kedua kaki membuat Alea sedikit kesusahan mencapai pintu
Magbasa pa
Part 17
Alea menatap ponselnya dengan muka terlipat ke bawah. Ia tak bisa menghubungi siapa pun, tapi itu lebih baik daripada Arsen yang akan terus merecokinya dengan berbagai pertanyaan yang menyebalkan. Lalu, bagaimana ia bisa bicara dengan Arza? Mungkin ia akan ke kantor Arsen dan mengajak Arza untuk membeli ponsel baru.“Aku akan membelikanmu ponsel baru.” Suara Alec memecah rencana yang baru saja tersusun rapi dalam batinnya.Alea mendongak, melihat Alec yang sudah mengenakan pakaian santainya keluar dari walk in closed. Lalu, ia menggeleng dan menjawab, “Tidak perlu.”“Aku tak suka ditolak.”Ketegasan dalam suara dan tatapan Alec mau tak mau membuat Alea mengangguk setelah diam sejenak. Sepertinya rencananya dengan Arza tak akan berjalan mulus.“Dan maaf aku tak bisa memberimu liburan bulan madu. Aku baru saja kembali ke perusahaan dan segudang pekerjaan benar-benar menyita waktuku. Pernikahan ini be
Magbasa pa
Part 18
“Minumlah, ini akan membuatmu nyaman.” Alec meletakkan cangkir berisi teh hijau yang masih mengepulkan asap di nakas.Alea memejamkan matanya. Menarik selimut menutupi wajah. Air matanya sudah mengering, tapi tubuhnya masih lemah dan tak punya tenaga untuk bangkit terduduk meminum minuman yang dibawa Alec. Ia bahkan tak lapar ataupun haus.Alec menarik selimut Alea, mendudukkan wanita itu dan menyuapi Alea menandaskan isi cangkir dalam keheningan. Alea sendiri yang tak menolak perlakuan Alec. Dalam keadaan normal saja ia tak sanggup membantah Alec, apalagi saat hatinya berduka seperti saat ini.Tepat ketika Alea menandaskan minumannya, ponsel Alec bergetar. Alea sempat melirik nama Sesil tertera di layar ponsel pria itu yang berkedip.‘Sesil?’ Sepertinya nama itu terasa familiar.“Ada apa, Sesil?” Alec menjawab panggilan tersebut di depan Alea.Mata Alea melebar, teringat akan wanita cantik yang i
Magbasa pa
Part 19
Tak ada pembahasan penting yang Alea ataupun Arza bicarakan. Alea lebih pendiam dari biasanya dan Arza memahami dengan sangat perubahan sikap tersebut. Adiknya itu baru saja kehilangan ibu kandung, begitupun dengannya. Meski tak cukup lama mengenal Natasya Mahendra, tapi wanita paruh baya itu memberinya kasih sayang yang tak bisa ia dapatkan sebagai anak yatim piatu. Yang tak pernah bisa ia lupakan meski sosok itu sudah pergi ke tempat yang sangat jauh.Arza kembali mengantarkan Alea tepat jam sepuluh malam. Menurunkan Alea di depan gerbang rumah Alec yang tinggi.“Alea?” Arza menahan pergelangan tangan Alea sebelum wanita itu membuka pintu mobil.Alea menoleh. Kembali bersandar ke punggung jok dengan kerutan di kening.“Malam ini, jangan lupa minum obat tidurmu. Apa kau menyimpan obatmu?”“Ya.” Alea mengangguk. Tadinya niat Alea membawa obat tidurnya adalah untuk meredakan kepanikannya karena harus berada satu r
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status