Semua Bab The Victim: Bab 21 - Bab 30
52 Bab
PART 21
Jonathan berlari keluar dari rumah menggunakan payungnya. "Sial. Kemana sebenarnya wanita itu," umpatnya ditengah derasnya hujan. Ia sedang mencari Hana. Semenjak pagi tadi— seusai sarapan, wanita itu langsung pergi dan menghilang dari pandangan Jonathan. Semua penghuni rumah juga mengatakan bahwa mereka tidak melihat Hana. Termasuk Billy yang baru saja pulang entah dari mana."Semoga dia tidak kenapa-napa." Jonathan dengan raut khawatir menoleh ke kiri dan ke kanan. Ia segera beranjak keluar dari halaman rumah lalu berjalan di sekitar kompleks perumahan.Rasa gelisah menghantui benaknya saat curah hujan kian membesar. Waktu kian berlalu, sudah dua jam Jonathan mencari Hana, namun sampai sekarang ia masih belum menemukannya. Ia berjalan lagi, mengenyahkan niatnya untuk berhenti dan pulang saja. Setidaknya Jonathan harus menemukannya dan memastikan kondisi wanita itu baik-baik saja.Dan saat ia menoleh ke kiri, tak jauh dari tempat ia berada, seorang wanita
Baca selengkapnya
PART 22
Sore itu, Jonathan terdiam dan termenung di atas kasurnya. Matanya menatap kosong pada langit-langit kamarnya. Ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa sekarang. Jiwanya seakan melayang, hatinya merana akibat keputusan bodoh yang pernah ia buat."Apa aku harus menyesal?" gumamnya pelan dalam keheningan. Jonathan merogoh sakunya dan mengeluarkan kalung yang telah ia buang hari ini. Benar, Jonathan tak sanggup melakukannya. Ia hampir kehilangan akal sehatnya saat kalung itu tenggelam termakan air. Dalam kurun waktu semenit ia berpikir, akhirnya ia memutuskan untuk mengambil benda itu. Seperti orang gila, ia bahkan tak tanggung-tanggung untuk masuk ke dalam got yang kotor dan keruh demi mencari kalung itu.Jonathan menatap kalung itu lamat-lamat. "... atau membiarkanmu pergi? Karena bersamaku hanya akan membuatmu tersiksa," ucapnya lirih sembari mengelus permukan benda itu dengan lembut. Tapi membayangkan kepergian Hana membuat dadanya terasa sesak.Ternyata
Baca selengkapnya
PART 23
Seperti biasa, suasana makan malam keluarga Rutter selalu saja hening. Yang terdengar hanyalah dentingan sendok dan garpu serta piring. Semenjak Jonathan dan Catherine menikah, kediaman Jonathan menjadi sepi. Seperti tidak ada warna terang. Hanya gelap."Cath ..." Akhrinya Vanesha bersuara memecahkan keheningan."Iya, Mom?" sahut Catherine sopan."Apa kamu tidak pernah berpikir untuk melakukan program bayi tabung? Mommy mempunyai kenalan yang merupakan seorang dokter. Mommy yakin dia bisa membantumu."Catherine tampak menundukkan kepala. Tidak menyangka Vanesha akan mengatakan sesuatu yang akan menyinggung perasaannya. Setelah beberapa saat kemudian, Catherine lalu mengangkat kepalanya dan menatap wajah mertuanya itu. Ia menyunggingkan senyumannya. "Tidak, Mom. Aku dan Jonathan akan tetap berusaha."Vanesha menghela napas, "Tapi ini sudah tujuh tahun semenjak pernikahan kalian.
Baca selengkapnya
PART 24
 Jonathan melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah ruangan yang selama ini menjadi tempatnya menenangkan beban pikiran saat ia sedang bertengkar dengan Catherine dan Vanesha, ibunya.Suara musik DJ yang menggema menjadi lagu tidur penenang baginya dan orang-orang di tempat ini. Ya, kelab merupakan rumah kedua bagi Jonathan setelah rumahnya dengan Catherine. Tidak, tempat itu tidak layak disebut rumah. Di sana suram!Jonathan menuntun langkahnya masuk ke dalam ruangan VIP yang telah ia pesan. Saat ia masuk, pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah senyuman merekah Agung, sahabatnya yang telah ditempeli oleh tiga wanita penghibur. Wanita-wanita itu bergelayut manja pada tubuh Agung seperti perekat yang susah dilepas. "Aku pikir kamu tidak akan datang," sahut Agung.Jonathan menutup pintu dan kemudian duduk di sofa. Berseberangan dengan Agung. "Aku selalu datang tiap malam," balasnya lalu meraih sebotol wine dan men
Baca selengkapnya
PART 25
"Jadi kamu dan suamimu memutuskan pindah ke sini?" tanya Hana sembari mendaratkan bokongnya di sofa. Pandangannya mengedar ke seluruh isi rumah yang terlihat mewah dan elegan."Begitulah," jawab Windy sambil meletakkan jus semangka yang ia buat untuk kakaknya di atas meja. Lalu ia pun duduk di sofa. Windy menatap lamat-lamat wajah Hana, "Sepertinya wajah kakak semakin bertambah cantik saja," pujinya.Hana hanya terkekeh pelan mendengar hal itu. "Wajahmu juga semakin bertambah cantik.""Cantik dari mana? Kakak bisa melihat sendiri wajahku semakin menua dan kusam. Ditambah lagi aku harus mengurus dua anak setiap hari. Wajahku semakin tidak terawat" adu Windy sembari memegang sebelah wajahnya."Itu sudah kodratnya seorang wanita untuk mengurus anak-anaknya. Lagipula di mataku kamu tetap terlihat cantik meski sudah mempunyai dua anak. Aku pernah mendengar perkataan beberapa orang; semakin banyak seorang wanita melahirkan dan menambah keturunan, semakin b
Baca selengkapnya
PART 26
Begitu MC mengucapkan namanya dan meminta untuk maju, Hana menarik napas terlebih dahulu dan mengembuskannya perlahan-lahan. Rasa gugup mendominasi dirinya seutuhnya. Telapak tangannya berkeringat dan dingin. Sementara tubuhnya bergetar hebat. Hana tak bisa tenang. Ia khawatir akan melakukan kesalahan.Namun, ditengah kegugupannya itu, tiba-tiba muncullah wajah Axel. Bayangan saat anak itu berlari dan tersenyum kepadanya membuat hati Hana menghangat seketika. Ia memejamkan matanya sejenak, menetralkan diri karena gugup yang berlebihan.Tenanglah Hana. Hari ini adalah awal dari segalanya. Kamu bisa melakukannya, batinnya menyemangati diri sendiri.Hana menganggukkan kepalanya optimis dan bertekad; Baiklah, mari lakukan ini.Saat detak jantungnya telah kembali normal, Hana segera bangkit dari kursi dan berjalan ke arah panggung dengan langkah percaya diri bak model internasional."Sambutlah pemimpin cabang Deloxa d
Baca selengkapnya
PART 27
Tanpa Jonathan sadari, Catherine sedari tadi terus mengikutinya. Termasuk saat ia bertemu dengan Axel, semua itu tidak lepas dari penglihatan Catherine. Ternyata yang ingin ditemui Jonathan adalah seorang anak kecil. Dari belakang, Catherine menyaksikan keceriaan Jonathan dengan anak kecil itu. Rasa sakit menyerang ulu hatinya. Mungkin ini salahnya karena tidak bisa mempunyai keturunan. Melihat Jonathan bermain dengan anak yang bukan anak kandungnya membuat Catherine sangat merasa sedih."Hasil pemeriksaan saya menyatakan bahwa Ibu Catherine memang tidak bisa mempunyai keturunan."Terngiang ucapan dokter Rio di kepala Catherine saat secara diam-diam pergi memeriksakan dirinya di Rumah Sakit. Ia tidak bisa hamil. Apa yang harus ia lakukan?Tiba-tiba ditengah kesedihannya, suara nada dering ponselnya berbunyi membuat Catherine segera mengangangkatnya."Halo?"Kamu dimana? Ayo bertemu di Kafe langganan.""Baiklah, aku akan seg
Baca selengkapnya
PART 28
Mereka masih bertatapan tanpa ada yang bersuara. Terutama Jonathan yang masih tak bisa menggerakkan kakinya. Tenggorokannya seperti digorok dan membuatnya kesulitan untuk berbicara. Bahkan jika bisa-pun, ia tetap tak tahu akan mengucapkan apa. Tubuhnya hanya terdiam membeku layaknya es. Pandangan Jonathan mengarah pada penampilan wanita itu dari ujung kaki hingga kepala.Napasnya terasa memendek untuk sesaat. Dia ... Dia benar-benar Hana!Wanita yang tengah berdiri di hadapannya ini adalah Hana. Sosok yang dulunya lemah dan pada akhirnya ia campakkan. Sosok polos dan lugu yang kemudian dihina-hina dan diinjak oleh ibunya dan istrinya. Dan juga Sosok yang selama ini ia rindukan dalam diam dan keheningan.Mata Jonathan kembali berkaca-kaca. Ia tersenyum haru melihat wanita yang selama enam tahun ini tak pernah ia ketahui kabarnya, kini telah kembali dan menampakkan dirinya dalam kondisi seperti ini. Wanita desa yang lemah itu telah menjelma menjadi sosok CEO yang
Baca selengkapnya
PART 29
Setelah lama berpikir, akhirnya Hana memutuskan untuk melakukan hal yang gila. Ia akan mengikuti wanita itu. Gelagat wanita itu terlihat sangat aneh di mata Hana, seakan-akan dirinya sedang merencanakan sesuatu.Sebenarnya ini bukanlah urusan Hana, tapi dirinya mendadak resah saat melihat benda yang dibawa wanita itu. Bagaimana jika benda itu digunakan untuk kejahatan? Bagaimana jika dia sedang menjebak seseorang? Dan jika itu terjadi maka Hana telah membiarkan seorang penjahat melakukan aksinya.Maka tanpa berpikir panjang, ia segera mengikuti wanita itu dari belakang. Sambil sesekali bersembunyi dibalik tembok lorong, takut-takut kalau saja wanita itu melihatnya.***Setelah meneguk segelas anggur untuk kesekian kalinya, akhirnya Jonathan menyerah dan meletakkan gelas di atas meja. Ia lalu berdiri. "Aku pulang dulu," pamitnya pada Agung. Kepalanya sudah mulai pusing, untuk mencegah dirinya mabuk lagi, ia harus mengakhirinya sekarang."Kamu sudah
Baca selengkapnya
PART 30
"Lalu tikus itu lepas dan berlari masuk ke dalam rumah," jelas Axel.Jonathan tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Axel. "Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanyanya sambil menyeka gumpalan air mata di kelopak matanya, akibat tertawa berlebihan."Seisi rumah menjadi heboh dan berusaha menangkap tikus itu. Termasuk mama yang baru saja pulang dari kerja.""Wah, benarkah? Mamamu tidak takut terhadap tikus?"Axel menggeleng. "Mama adalah wanita terhebat di dunia. Dia tidak pernah takut dengan hal-hal yang kotor seperti tikus got."Jonathan mengangguk paham sambil tersenyum. "Ternyata sifat Axel diturunkan dari mamanya ya ..."Semua penjelasan Axel tentang ibunya itu membuat Jonathan menjadi penasaran untuk bertemu dengan wanita itu. "Papa jadi penasaran ingin bertemu dengan mamamu."Axel mengulas senyum manis, "Jika Papa ingin bertemu mama, besok papa harus datang ke acara ulang tahun Axel."Jonathan mengangguk. "Papa akan data
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status