Semua Bab The Victim: Bab 1 - Bab 10
52 Bab
PART 1
Di bawah pohon rindang yang tinggi menjulang itu, berdirilah seorang gadis yang sedang menatap kosong pada pemandangan yang ada di bawah sana. Kebetulan ia sedang berada di atas bukit untuk menenangkan hati dan pikirannya. Namun sial, bukannya merasa tenang, ia justru semakin terpuruk.Bagaimana tidak? Beberapa hari yang lalu galian besar itu masih sulit untuk dijangkau oleh mata karena jaraknya yang cukup jauh dari bukit. Dan sekarang galian itu sudah benar-benar berada di hadapannya, matanya dapat melihat dengan jelas bagaimana alat-alat berat mulai menggali tanah dan mengangkut batu bara dengan jumlah yang tidak sedikit.Gadis itu menghela napas pasrah. Bagaimana ia bisa menghentikan orang-orang yang tega menyakiti alam seperti ini? Ia tidak mempunyai kuasa atas hal itu. Memangnya siapa dia? Dia hanyalah seorang gadis desa yang telah mengakhiri sekolahnya sejak tiga tahun yang lalu akibat kondisi ekonomi yang buruk dan berakhir menjadi penjahit baju, membantu ibunya
Baca selengkapnya
PART 2
Dalam keheningan, air mata Hana jatuh mengalir membasahi pipi mulusnya. Dia menangis tanpa mengeluarkan suara. Tidak ingin mengganggu ibu dan adiknya yang sedang terlelap di dalam kamar. Ini sudah jam empat subuh. Tadi, ia berjalan kaki dari tempat Jonathan hingga ke rumahnya yang berjarak sekitar dua kilometer. Ia tidak berani membangunkan Jonathan untuk mengantarnya pulang. Pria itu langsung tertidur setelah mereka selesai 'bermain'.Hana mendaratkan tubuhnya di lantai dengan kaki tertekuk. Punggungnya menyender pada dinding dan tangannya menggenggam sebuah amplop putih berisikan uang pemberian Jonathan setelah mereka selesai berhubungan. Hana menatap uang itu dengan putus asa. Dulu, ia sangat membenci bibinya –adik almarhum ayahnya– yang rela menjual diri kepada penagih hutang agar dapat mempertahankan warung sembakonya. Dan sekarang Hana telah resmi menjadi seorang pelacur. Menjual diri demi sehektar tanah. Seperti menjilat ludah sendiri, Hana membenci dirinya
Baca selengkapnya
PART 3
Fatma dan Windy langsung masuk ke dalam rumah begitu Hana membukakan pintu. Alangkah terkejutnya mereka saat melihat Jonathan sedang duduk di kursi ruang tamu dengan wajah yang tak enak dipandang. Mereka tahu apa yang sedang Jonathan dan Hana lakukan di dalam rumah, karena penampilan Hana yang tampak acak-adul.Fatma merasa sakit hati, ibu mana yang rela jika anaknya sendiri di perlakukan seperti itu oleh lelaki kejam seperti Jonathan? Tapi sekali lagi semuanya kembali pada kekuasaan duniawi. Fatma dan dua buah hatinya berada dibawah genggaman Jonathan."Maaf." Fatma menundukkan kepalanya sembari mengepalkan kedua tangannya erat. Hatinya terasa teriris saat mengucapkan kalimat barusan. Ia merasa seperti ibu yang tidak berguna, yang menjual anak gadisnya lalu memakai uang yang dihasilkan untuk berobat.Jonathan menghela napas kasar lalu berdiri. Mengabaikan permintaan maaf Fatma, Jonathan lantas menatap Hana tajam. "Aku akan menunggumu di dalam mobil." Ia berjala
Baca selengkapnya
PART 4
Jonathan tumbang di atas tubuh Hana setelah melepaskan penyatuannya. Sekarang sudah menunjukkan pukul empat subuh. Dan itu menandakan bahwa mereka harus mengakhiri pergumulannya sampai disini. Baik Jonathan dan Hana sama-sama bernapas tersengal. Jonathan mengecup bibir Hana lalu membaringkan tubuhnya di samping Hana yang sedang terkulai lemah. "Kamu benar-benar nikmat." Jonathan merubah posisinya menjadi miring. Ia menatap wajah Hana dari samping. Demi dewa Neptunus, Jonathan tidak bisa untuk tidak mengagumi setiap pahatan wajah Hana. Hidung yang mungil dan mancung, bulu mata lentik serta kelopaknya yang indah membuat wanita itu semakin terlihat menawan. Lalu bibir mungil dan tipis itu, bagian terfavorit Jonathan. Yang menjadi candunya untuk beberapa hari ini. Ah, lengkap sudah keindahan yang ada pada Hana.Pandangan Jonathan turun ke bawah. Ia menatap dada Hana yang sedang naik turun, menandakan bahwa wanita itu sedang mengambil napas setelah percintaan yang pan
Baca selengkapnya
PART 5
Windy yang baru saja pulang dari sekolah langsung bergegas masuk ke kamarnya dan Hana begitu mendengar suara ribut yang dilakukan oleh Hana. Alangkah kagetnya Windy saat melihat isi lemarinya dan Hana telah berserakan di lantai."Apa yang kak Hana lakukan?" tanya Windy.Mendengar suara Windy, Hana langsung menoleh ke sumber suara. "Windy? Kamu sudah pulang?" tanyanya dengan wajah tak enak.Windy berjalan masuk dan menatap pakaian-pakaian itu. "Kak, kenapa kakak membongkar semua isi lemari kita?""Oh, ini?" Hana meringis. "Aku sedang mencari seragam sekolahku yang dulu. Kamu melihatnya?" tanya Hana.Windy menggeleng. "Memangnya apa yang akan kakak lakukan dengan seragam itu?"Hana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sesungguhnya ia juga tidak tahu maksud Jonathan memintanya untuk memakai seragam sekolah malam ini. "Aku juga tidak tahu. Ini permintaan pak Jonathan."Windy tersentak. "P- pak Jonathan?"Hana menganggukkan kepala
Baca selengkapnya
PART 6
Jonathan menaiki bukit dengan susah payah. "Kau sudah gila, Jonathan," rutuknya sambil memukul-mukul dadanya sendiri. Napasnya benar-benar menipis hanya karena anak bukit ini. Jonathan meneruskan langkahnya sampai tiba di atas. Ia mengatur napasnya yang tersengal agar kembali normal. Setelah itu, matanya mulai berpendar mencari sosok yang ia cari."Rupanya disitu." Jonathan menemukan pelacurnya. Ia menyipitkan matanya, ingin mengetahui apa yang dilakukan Hana. Tidak ada. Wanita itu hanya duduk bersender pada pohon besar di samping sambil menatap ke arah utara, dimana lokasi proyek Jonathan berada.Jonathan berjalan mendekat, mungkin bunyi injakan kakinya yang terdengar agak nyaring, sehingga Hana secara refleks memutar kepalanya dan menatap Jonathan.Hana membulatkan matanya, "Pak Jonathan?" Ia segera berdiri sambil membersihkan belakang roknya yang kotor.Jonathan membuang napas kasar. "Susah sekali menemuimu. Kamu tahu perjuanganku dari pesawat sampai k
Baca selengkapnya
PART 7
Jonathan memutuskan panggilan. Ia menoleh ke belakang, keningnya mengernyit, "Kenapa berdiri di situ? Kemarilah!" serunya tajam kepada Hana.Suara Jonathan terdengar nyaring! Semua orang memerhatikan mereka. Lebih tepatnya ke arah Hana. Tatapan para wanita-wanita di sekeliling seolah-olah mengatakan, 'Siapakah wanita dekil itu? Kenapa ia bisa berada dekat dengan pria tampan itu?' seolah memandang rendah padanya.Hana menundukkan kepalanya lalu melangkah maju mendekati Jonathan."Jangan jauh-jauh! Bagaimana kalau kamu tiba-tiba diculik? Saya kan belum puas ..." Ucapan Jonathan terhenti. Bola matanya bergerak kesana dan kemari. Ia menyadari semua telinga yang ada di sekitar mendengarnya. Ia lalu  terkekeh, "Belum puas mengenalmu lebih jauh," bohongnya sambil tersenyum lalu merangkul bahu Hana.Para orang tua tertawa mendengar ucapan Jonathan barusan sementara wanita-wanita muda lainnya saling
Baca selengkapnya
PART 8
Jonathan membawa Hana ke salah satu mall terbesar di kota. Ia cukup berani menggandeng Hana di sampingnya karena penampilan wanita itu sudah tidak terlihat kampungan lagi setelah dipermak tiga pelayan ajaibnya. Setidaknya Jonathan tidak akan malu jika berdiri di sisinya. Mata Hana mulai berpendar kesana dan kemari, menjelajah sekelilingnya dimana orang-orang berlalu-lalang dan sibuk melakukan kegiatannya masing-masing."Kamu belum pernah ke tempat seperti ini?" tanya Jonathan.Hana menggeleng pelan."Serius tidak pernah?" Jonathan memastikan lagi.Hana mengangguk.Jonathan menghela napas. "Semoga saja kamu tidak melakukan hal yang memalukan nantinya."Hana mengulas senyum kecil, "Tidak akan."Jonathan menatap Hana lalu mengangkat sebelah alisnya, "Yakin?" firasatnya mulai tidak enak.Hana mengangguk. "Saya janji."Jonathan mengangguk seraya tertawa kecil. "Ya, ya, ya ... Saya percaya kamu itu pemalu dan kalem. Cuma kalau
Baca selengkapnya
PART 9
Billy menatap aneh pada kakaknya yang sedang menikmati rujak di atas meja. "Hey, bung. Apa rasanya enak?" tanya Billy sambil bertopang dagu.Mengabaikan pertanyaan Billy, Jonathan mengipas-ngipaskan wajahnya dengan tangan. Keringat mulai mengucur membasahi wajahnya. Namun masih dengan semangat Empat - Lima, ia kembali menusuk mangga-mangga yang sudah dibaluri bumbu pedas itu dan melahapnya habis."Sudah tahu pedas masih saja dimakan." Billy bergidik lalu beranjak mengambil sesuatu dari kulkas. Ia kembali pada Jonathan dengan membawa sebotol wine."Daripada memakan makanan yang tidak jelas itu, lebih baik kita menikmati anggur ini saja," gumam Billy sambil membuka tutup botol tersebut menggunakan giginya.Jonathan mendongak, matanya mulai mengeluarkan cairan karena rasa pedas yang menjalar di lidah hingga ke telinganya. "Bill! Minum, minum! Cepat berikan minuman untukku!" perintah Jonathan tidak sabaran menahan pedas.Billy terkekeh dan men
Baca selengkapnya
PART 10
Suara baling-baling helikopter yang sudah menggebu-gebu di depan sana semakin membuat perut Hana terasa mual. Rambutnya beterbangan tidak beraturan karena jaraknya yang sangat dengan kendaraan asing itu."Kamu senang?" Jonathan bertanya agak nyaring.Hana menggeleng. "Benda itu terlihat menakutkan, Pak," balas Hana dengan suara yang nyaring pula."Seharusnya kamu menangis terharu bahkan melompat-lompat karena senang. Seperti yang dilakukan Anastasia Steele di film Fifty Shades of Grey," ucap Jonathan asal. Hana mengernyit tidak paham maksud Jonathan. Jonathan tertawa. "Ah, iya. Kamu tidak tahu film itu. Aku lupa kalau kamu itu kampungan," kekeh Jonathan. "Nanti kita akan menontonnya setelah kembali dari desa. Setuju?"Hana hanya mengangguk sekenanya karena rasa takut lebih menguasai dirinya sekarang. Jonathan tersenyum geli melihat raut ketakutan yang terpancar dari wajah Hana. Segera, ia meraih tangan Hana dan menggeng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status