Lahat ng Kabanata ng Gadis Penebus Hutang: Kabanata 41 - Kabanata 50
72 Kabanata
Salah Paham
"Oh iya, ntar malem lo siap-siap ya buat dengerin penjelasan Om Firas. Dengerin dulu aja sampe dia selese ngomong, jangan pake nyela. Paham!" lanjut Anggi."Oke sip!" sahut Prita mengangkat ibu jarinya.Kini dua gadis itu melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Mereka berjalan tanpa tahu bahwa ada dua orang yang sedang memperhatikan mereka dari jauh. Dua orang itu, terlihat sedang merencanakan sesuatu. Entah apa yang mereka rencanakan. Hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu. Semoga saja, apapun rencana mereka, tidak akan membuat Prita terluka.Sampai pada akhirnya jam pelajaran terakhir pun tiba. Dan ternyata, jam terakhir hari ini adalah mata pelajaran bahasa Inggris."Kenapa harus pelajaran bahasa Inggris, sih?" keluh Anggi meletakkan kepalanya di meja."Emang kenapa, sih, Nggi? Biasanya oke-oke aja lo," tanya Prita melihat Anggi tidak seperti biasanya."Sebenarnya, sih, sama mata pelajarannya gue ngga masalah. Tapi ngga tau kenap
Magbasa pa
Gosip Yang Beredar
"Ehm.. ehm... ehm..."Prita berteriak dalam bekapan seseorang. Ia berontak mencoba melepaskan diri sambil mencari tahu siapa sosok seseorang itu. Namun, seseorang itu tidak membiarkan Prita melihat wajahnya. Ia diseret ke depan lemari besar berisi buku-buku. Entah apa yang seseorang itu lakukan hingga lemari itu berbalik dan kini Prita berada di ruangan yang berbeda."Loh, ko kaya kamar lama, sih?"Kemudian Prita membalikkan badannya setelah seseorang itu melepaskannya."Om Firaaas!" teriak Prita geram."Hehehe, peace!" kata Firas menunjukkan huruf V.Akhirnya rencana Firas untuk mengerjai Prita berhasil dengan sukses. "Om Firas apaan, sih. Kebiasaan banget deh ngga jelas kaya gini," ujar Prita mengerucutkan bibirnya."Sengaja," sahut Firas menjulurkan lidahnya.Bukannya marah karena sikap dan ulah Firas. Prita justru berjalan mendekat dan memeluk suaminya yang sedari tadi ia cari-cari.***Jam-jam me
Magbasa pa
Munafik!
"Apa benar gosip yang beredar di sekolah mengenai kamu?" tanya Pak Irsyad."Emangnya gosip apa yang Bapak dengar?" jawab Prita balik bertanya."Gosip mengenai kamu peliharaan om-om muncul kembali. Waktu itu juga mas pernah memergoki kamu berciuman dengan seseorang di dalam mobil," jawab Pak Irsyad membuat Prita membuka mata dan mulutnya lebar-lebar.Gadis itu benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja Pak Irsyad katakan. Ternyata gosip tentang peliharaan om-om kembali mencuat dan semakin menyebar luas di seluruh sekolah. Prita juga merasa tidak pernah berciuman dengan Firas di dalam mobil. Kecuali di hari pertamanya menyandang status sebagai seorang istri. Itu juga karena ia bertengkar dengan Firas."Kenapa diem aja? Apa benar yang mereka katakan?" tanya Pak Irsyad lagi.Prita bisa melihat bagaimana ekspresi wajah Pak Irsyad yang kecewa. Atau memang Prita saja yang salah melihat."Ngga bener sama sekali, Pak. Selain itu, apa ada hal lain
Magbasa pa
Titik Hitam
Pak Irsyad keluar ruangan dengan langkah gontai. Ia membayangkan bagaimana khawatirnya dirinya, ketika melihat Prita jatuh pingsan di depan matanya. Ia membopong tubuh Prita berlarian menyusuri koridor sekolah menuju parkiran. Setelah itu ia membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Dan bergegas menginjak pedal gas menuju rumah sakit terkedat.Bahkan setelah sampai rumah sakit pun, ia kembali berlarian menuju dokter bertugas berada, tanpa mendaftar ke bagian administrasi terlebih dahulu. "Dokter... dokter... tolooong!" teriak Pak Irsyad meminta tolong.Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tak ada satu pun dokter yang mendekat. Ia meletakkan Prita di sebuah brankar dan bergegas berlarian ke arah sekumpulan dokter, yang entah sedang fokus membicarakan sesuatu."Brengsek! Kalian itu dokter atau ibu-ibu tukang ngerumpi, sih, hah?!" bentak Pak Irsyad melupakan statusnya sebagai seorang guru.Guru itu menarik kerah jas kebesaran seorang dokter
Magbasa pa
Menyesakkan Dada
"Prita mana, yah? Ko tumben banget, sih, di halte ngga ada?" batin Firas bertanya-tanya.Kalau saja waktu itu mereka tidak bertengkar. Dan jika setelah bertengkar Firas tidak melupakan ponsel baru Prita. Mungkin saat ini, ia bisa menghubungi istri kecilnya. Meskipun mungkin nanti Pak Irsyad yang akan menjawabnya. Namun setidaknya, ia tidak akan kebingungan menunggu Prita."Apa aku tanya Anggi aja? Mungkin sekarang Prita lagi sama Anggi. Yah, aku telpon Anggi aja buat nanya Prita."[Anggi, kamu lagi sama Prita ngga?][Ngga, Om. Bukannya Prita udah pulang duluan Om Firas yang jemput?][Ini aku lagi di depan sekolah nunggu Prita. Aku pikir dia lagi sama kamu.][Loh, ngga Om Prita ngga sama aku. Tadi pas bel pulang aku ke toilet sebentar. Pas aku balik lagi, Prita udah ngga ada. Karena aku pikir dia udah pulang duluan. Jadi aku langsung pulang naik angkot.][Trus di mana Prita sekarang?][Coba Om Firas cari Prita ke dalam sekolah.]
Magbasa pa
Gerhana Bulan Total
"Trus di mana Irsyad sekarang, Pak, Bu?""Ada di ruang perawatan," sahut Susilo."Kalo begitu, saya izin permisi Pak, Bu, mau liat kondisi Pak Irsyad," pamit Firas.Ia berbalik arah dengan tangan yang terkepal kuat. Ia sudah tidak sabar ingin melabrak Pak Irsyad, yang ia anggap sebagai biang masalah."Loh, Nak Firas mau ke mana? Apa ngga sebaiknya kita jenguk Nak Zafran dulu sebelum menjenguk Pak Irsyad?" pertanyaan Wati membuat Firas mengurungkan langkahnya.Bukankah Zafran jauh lebih penting daripada kemarahannya terhadap Pak Irsyad. Lagi pula tidak ada gunanya bagi Firas, untuk menemui guru sekaligus mantan idola istri kecilnya itu. Yang ada, ia hanya membuang-buang tenaga saja. Toh, kini Prita sudah menjadi milik Firas seutuhnya. Jadi lebih baik, ia mengabaikan masalah apa saja yang telah ditimbulkan oleh Pak Irsyad."Ya udah Pak, Bu, kita sama-sama jenguk Zafran. Setelah itu, baru kita jenguk Anggi," ajak Firas."Loh, Nak Firas n
Magbasa pa
Novel Romantis
"Aduh!" pekik Firas sambil menyentuh perutnya."Kenapa Om?" tanya Prita."Ngga tau nih, perut aku sakit banget. Kayanya gara-gara tadi makan sambel deh," jawab Firas meringis kesakitan.Firas berbohong mengenai sakit perutnya. Ia sengaja mengulur waktu, agar Prita tidak jadi ke ruang perawatan Zafran dan Anggi."Loh, loh, loh. Om Firas gimana, sih? Udah tau ngga bisa makan pedes. Tapi malah makan sambel," omel Prita."Ngga tau kenapa aku lagi pengen yang pedas-pedas. Mungkin bawaan orok kali ya," lanjut Firas berbohong."Yang hamil itu aku, bukan kamu Om Firas.""Bisa aja kali, Ta. Emang kamu ngga pernah liat istri hamil suami yang mengidam?""Ngga. Emang ada?" tanya Prita mengerutkan keningnya."Ada lah. Karyawanku juga banyak yang kaya gitu. Udah ah aku ke toilet dulu," kata Firas hendak melangkahkan kakinya menuju toilet.Entah yang dikatakan Firas benar atau tidak. Yang pasti, kejadian seperti itu banyak diala
Magbasa pa
Suami Takut Istri
"Mau ke mana?" tanya Prita mencekal lengan suaminya."Ngga ke mana-mana cuman mau keluar sebentar," sahut Firas."Ngga usah, di sini aja. Mau ngobrol sama ibunya Anggi aja pake keluar. Apa jangan-jangan ada yang kamu sembunyiin dari aku yah," kata Prita curiga dengan sikap Firas."Ng-ngga ko. Aku ngga nyembunyiin apa-apa dari kamu. Kamu nih yah, hamil malah jadi tambah sensitif begini," sahut Firas mencubit hidung Prita."Ya udah, kalo emang bener ngga ada yang disembunyiin. Om Firas di sini aja ngga usah keluar.""Astaga! Aku harus gimana?" batin Firas kebingungan.Ia tidak tahu harus bagaimana lagi agar Prita mau membiarkannya keluar. Sementara ibunya Anggi sudah menunggu jawaban darinya sedari tadi. Mau tidak mau ia harus mengatakan semuanya di depan Prita."Tapi kamu jangan marah yah?""Tuh 'kan ada sesuatu yang disembunyiin dari aku. Udah cepet jawab tuh ibunya Anggi.""Janji dulu," kata Firas mengangkat jari keling
Magbasa pa
Si Raja Reparasi
"Loh, Pak. Ko Prita sama Nak Firas ngga ada? Apa jangan-jangan mereka sudah pulang?" Wati terkejut melihat ruang perawatan putrinya kosong tanpa penghuni."Bapak juga ngga tau, Bu," sahut Susilo mengedikkan bahunya."Ko tega-teganya mereka ngga kabarin kita kalo mereka sudah pulang. Trus kita ngapain ke sini pagi-pagi bawa makanan?" keluh Wati. Pagi-pagi buta, ia sudah bersibuk ria di dapur. Ia sengaja memasak banyak makanan, berencana membawa buah tangan untuk menantunya. Tapi ternyata orang yang dituju malah tidak ada di ruangannya."Ya udah, berhubung kita udah ada di sini. Mendingan kita sekalian jenguk Nak Zafran sama Anggi. Mau ngga Bu?" tanya Susilo."Ya udah ayo! Daripada sia-sia masakan buatanku. Lebih baik kasih Anggi sama Nak Zafran aja." Susilo dan Wati keluar menuju tempat di mana Zafran dan Anggi berada. Sepanjang perjalanan yang hanya menghabiskan waktu lima menit. Wati terus saja mengoceh karena ketidakberadaan pu
Magbasa pa
Setinggi Langit
Dengan berat hati, Prita turun dari ranjang pasien dengan memegang tiang infus di tangan kirinya. Ia berjalan seolah-olah tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi. Pikirannya melayang, memikirkan apa yang akan sang ayah lakukan padanya."Pak? Bapak ngga akan ngapa-ngapain Prita karena ngga sopan sama Mas Firas 'kan?" tanya Prita takut-takut setelah keluar ruangan.Tatapan mata Susilo tajam, bahkan lebih tajam dari mulut Vanya. Ia mengangkat tangannya seperti hendak memukul Prita. Sampai-sampai Prita menunduk pasrah sambil memejamkan matanya."Ampun, Pak ampun! Prita janji ngga akan ngelakuin itu lagi," kata Prita ketakutan."Kamu kenapa? Emang kamu pikir bapak mau ngapain?" tanya Susilo mengusap-usap kepala putrinya yang selama ini ia rindukan itu.Ternyata Susilo mengangkat tangannya ingin mengusap puncak kepala putrinya. Namun sang anak justru berpikir yang macam-macam."Eh, maaf Pak. Prita kira Bapak mau--" sahut Prita terhenti."
Magbasa pa
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status