"Prita mana, yah? Ko tumben banget, sih, di halte ngga ada?" batin Firas bertanya-tanya.
Kalau saja waktu itu mereka tidak bertengkar. Dan jika setelah bertengkar Firas tidak melupakan ponsel baru Prita. Mungkin saat ini, ia bisa menghubungi istri kecilnya. Meskipun mungkin nanti Pak Irsyad yang akan menjawabnya. Namun setidaknya, ia tidak akan kebingungan menunggu Prita.
"Apa aku tanya Anggi aja? Mungkin sekarang Prita lagi sama Anggi. Yah, aku telpon Anggi aja buat nanya Prita."
[Anggi, kamu lagi sama Prita ngga?]
[Ngga, Om. Bukannya Prita udah pulang duluan Om Firas yang jemput?]
[Ini aku lagi di depan sekolah nunggu Prita. Aku pikir dia lagi sama kamu.]
[Loh, ngga Om Prita ngga sama aku. Tadi pas bel pulang aku ke toilet sebentar. Pas aku balik lagi, Prita udah ngga ada. Karena aku pikir dia udah pulang duluan. Jadi aku langsung pulang naik angkot.]
[Trus di mana Prita sekarang?]
[Coba Om Firas cari Prita ke dalam sekolah.]
"Trus di mana Irsyad sekarang, Pak, Bu?""Ada di ruang perawatan," sahut Susilo."Kalo begitu, saya izin permisi Pak, Bu, mau liat kondisi Pak Irsyad," pamit Firas.Ia berbalik arah dengan tangan yang terkepal kuat. Ia sudah tidak sabar ingin melabrak Pak Irsyad, yang ia anggap sebagai biang masalah."Loh, Nak Firas mau ke mana? Apa ngga sebaiknya kita jenguk Nak Zafran dulu sebelum menjenguk Pak Irsyad?" pertanyaan Wati membuat Firas mengurungkan langkahnya.Bukankah Zafran jauh lebih penting daripada kemarahannya terhadap Pak Irsyad. Lagi pula tidak ada gunanya bagi Firas, untuk menemui guru sekaligus mantan idola istri kecilnya itu. Yang ada, ia hanya membuang-buang tenaga saja. Toh, kini Prita sudah menjadi milik Firas seutuhnya. Jadi lebih baik, ia mengabaikan masalah apa saja yang telah ditimbulkan oleh Pak Irsyad."Ya udah Pak, Bu, kita sama-sama jenguk Zafran. Setelah itu, baru kita jenguk Anggi," ajak Firas."Loh, Nak Firas n
"Aduh!" pekik Firas sambil menyentuh perutnya."Kenapa Om?" tanya Prita."Ngga tau nih, perut aku sakit banget. Kayanya gara-gara tadi makan sambel deh," jawab Firas meringis kesakitan.Firas berbohong mengenai sakit perutnya. Ia sengaja mengulur waktu, agar Prita tidak jadi ke ruang perawatan Zafran dan Anggi."Loh, loh, loh. Om Firas gimana, sih? Udah tau ngga bisa makan pedes. Tapi malah makan sambel," omel Prita."Ngga tau kenapa aku lagi pengen yang pedas-pedas. Mungkin bawaan orok kali ya," lanjut Firas berbohong."Yang hamil itu aku, bukan kamu Om Firas.""Bisa aja kali, Ta. Emang kamu ngga pernah liat istri hamil suami yang mengidam?""Ngga. Emang ada?" tanya Prita mengerutkan keningnya."Ada lah. Karyawanku juga banyak yang kaya gitu. Udah ah aku ke toilet dulu," kata Firas hendak melangkahkan kakinya menuju toilet.Entah yang dikatakan Firas benar atau tidak. Yang pasti, kejadian seperti itu banyak diala
"Mau ke mana?" tanya Prita mencekal lengan suaminya."Ngga ke mana-mana cuman mau keluar sebentar," sahut Firas."Ngga usah, di sini aja. Mau ngobrol sama ibunya Anggi aja pake keluar. Apa jangan-jangan ada yang kamu sembunyiin dari aku yah," kata Prita curiga dengan sikap Firas."Ng-ngga ko. Aku ngga nyembunyiin apa-apa dari kamu. Kamu nih yah, hamil malah jadi tambah sensitif begini," sahut Firas mencubit hidung Prita."Ya udah, kalo emang bener ngga ada yang disembunyiin. Om Firas di sini aja ngga usah keluar.""Astaga! Aku harus gimana?" batin Firas kebingungan.Ia tidak tahu harus bagaimana lagi agar Prita mau membiarkannya keluar. Sementara ibunya Anggi sudah menunggu jawaban darinya sedari tadi. Mau tidak mau ia harus mengatakan semuanya di depan Prita."Tapi kamu jangan marah yah?""Tuh 'kan ada sesuatu yang disembunyiin dari aku. Udah cepet jawab tuh ibunya Anggi.""Janji dulu," kata Firas mengangkat jari keling
"Loh, Pak. Ko Prita sama Nak Firas ngga ada? Apa jangan-jangan mereka sudah pulang?" Wati terkejut melihat ruang perawatan putrinya kosong tanpa penghuni."Bapak juga ngga tau, Bu," sahut Susilo mengedikkan bahunya."Ko tega-teganya mereka ngga kabarin kita kalo mereka sudah pulang. Trus kita ngapain ke sini pagi-pagi bawa makanan?" keluh Wati.Pagi-pagi buta, ia sudah bersibuk ria di dapur. Ia sengaja memasak banyak makanan, berencana membawa buah tangan untuk menantunya. Tapi ternyata orang yang dituju malah tidak ada di ruangannya."Ya udah, berhubung kita udah ada di sini. Mendingan kita sekalian jenguk Nak Zafran sama Anggi. Mau ngga Bu?" tanya Susilo."Ya udah ayo! Daripada sia-sia masakan buatanku. Lebih baik kasih Anggi sama Nak Zafran aja."Susilo dan Wati keluar menuju tempat di mana Zafran dan Anggi berada. Sepanjang perjalanan yang hanya menghabiskan waktu lima menit. Wati terus saja mengoceh karena ketidakberadaan pu
Dengan berat hati, Prita turun dari ranjang pasien dengan memegang tiang infus di tangan kirinya. Ia berjalan seolah-olah tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi. Pikirannya melayang, memikirkan apa yang akan sang ayah lakukan padanya."Pak? Bapak ngga akan ngapa-ngapain Prita karena ngga sopan sama Mas Firas 'kan?" tanya Prita takut-takut setelah keluar ruangan.Tatapan mata Susilo tajam, bahkan lebih tajam dari mulut Vanya. Ia mengangkat tangannya seperti hendak memukul Prita. Sampai-sampai Prita menunduk pasrah sambil memejamkan matanya."Ampun, Pak ampun! Prita janji ngga akan ngelakuin itu lagi," kata Prita ketakutan."Kamu kenapa? Emang kamu pikir bapak mau ngapain?" tanya Susilo mengusap-usap kepala putrinya yang selama ini ia rindukan itu.Ternyata Susilo mengangkat tangannya ingin mengusap puncak kepala putrinya. Namun sang anak justru berpikir yang macam-macam."Eh, maaf Pak. Prita kira Bapak mau--" sahut Prita terhenti."
Dua sosok yang berdiri di ambang pintu terpaku melihat pemandangan yang cukup memanas. Anggi menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Namun masih ada celah di antara jari-jarinya, yang memperlihatkan bagaimana kejadian di ruangan itu."He-hegar!" Prita terkejut melihat sosok yang tidak pernah terpikirkan olehnya untuk datang ke rumah sakit dan menjenguknya.Prita bangkit, ia sibuk merapikan pakaian dan rambutnya yang terlihat acak-acakan. Sementara Firas, ia hanya duduk santai tidak peduli dengan siapa yang berada tepat di depan pintu."Kalian? Kalian berdua kenapa bisa--" Hegar tidak bisa melanjutkan kata-katanya.Meskipun ia sudah mulai merasa kehilangan sosok Anggi. Namun, ia masih merasakan debaran yang sama seperti sebelumnya terhadap Prita. Jantungnya seperti diremas-remas, sakitnya tiada tara. Bagaimana bisa Prita dan Firas melakukan itu? Melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan dengan Om nya sendiri."Gu-gue... "Prita
Firas masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyur kepalanya di bawah air mengalir. Ia membersihkan diri seperti biasanya, yang hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit. Setelah itu, ia mencoba untuk melancarkan rencananya. Membuat sang istri terpesona, dengan cara menunjukkan ketampanannya ketika baru selesai mandi.Klek!Prita menoleh ke arah suara pintu yang terbuka. Punggung tangannya ia angkat untuk menutupi matanya yang terasa silau. Dan yah, benar saja. Firas keluar dari kamar mandi seperti mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Bahkan melebihi sinar matahari di pagi hari.Rambut basah yang acak-acakan dengan buliran bening yang menetes. Membuat Firas terlihat lebih memesona. Apalagi ia sengaja tidak memakai bajunya, memperlihatkan roti sobek yang begitu terawat. Sehingga membuat Prita kesulitan menelan ludahnya."Ya ampun, Om. Kita itu lagi di rumah sakit. Jangan samain kaya lagi di rumah. Kalo sampe ada orang yang masuk lagi gimana?""Eman
"Maaf!" lirih Anggi dengan mata yang sedikit berkaca-kaca."Maaf, A. Maaf karena aku udah bikin Aa Za sakit," lirih Anggi memukul-mukul dadanya yang terasa sesak."Ya Allah, Anggi. Kamu kenapa nangis? Maafin aku yang ngga sengaja bentak kamu," ucap Zafran.Ia turun dengan memegang tiang infus. Ia berjalan dan berlutut di kaki Anggi, yang sedang duduk di tepi ranjang pasien, dengan posisi kaki yang menggelantung ke bawah."Maaf!" Anggi masih bergumam mengucapkan kata maaf."Maaf buat apa? Aku mohon jangan seperti ini. Bukankah aku baik-baik saja. Kecelakaan kemarin hanya kecelakaan biasa. Lihat saja! Aku hanya mengalami lecet-lecet di bagian wajah, Tangi, dan kakiku. Selebihnya, aku baik-baik saja," kata Zafran mengatakan kenyataannya. Bukan hanya ingin menenangkan Anggi semata.Anggi masih saja menunduk tidak menghiraukan ucapan Zafran. Hanya suara isakkan saja yang terdengar di telinga laki-laki itu. Ia menatap ke atas tepat di bawah wajah