Semua Bab New duda: Bab 31 - Bab 40
49 Bab
Miyara is back!
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, hubungan diantara Galuh dan Stecy baik-baik saja dan malahan keduanya semakin dekat.Tugas Hamzah sudah selesai semenjak Stecy sudah mahir mengendarai mobil dan sepeda motor. Dan Galuh kini memperkejakan pria itu di pabriknya. Betapa senangnya Hamzah yang tentu saja langsung menerima kebaikan Galuh.Pagi-pagi sekali Miyara juga sudah merengek-rengek pada ibunya untuk diantarkan ke rumah Galuh yang ternyata juga sudah mempersiapkan penyambutan untuknya.Begitu sampai dan turun dari mobil Miyara langsung berlari menghambur ke pelukan Galuh yang langsung mendekapnya erat.Galuh menatap Fayla, sang mantan istrinya yang juga tengah menatap ke arahnya."Terima kasih karena sudah mengantarkan Miyara padaku." ucap Galuh berbasa-basi. Fayla mengangguk, seolah merasa tak masalah baginya."Aku pamit," kata Fayla berpamitan namun dicegah Galuh.
Baca selengkapnya
Kedatangan tamu tak terduga (3)
Stecy menatap horor siapa tamu yang malam-malam datang ke rumah bibi dan pamannya. Terkejut dan panik, dua kata yang dapat menggambarkan ekspresi di wajah Stecy."M-mama, Papa." ucap Stecy gugup dan terbata."Sayang!" pekik wanita paruh baya itu yang langsung menghambur memeluk tubuh Stecy. Disusul suaminya yang ikut memeluk tubuh Stecy."Kami berdua sangat merindukanmu, nak." ungkap wanita paruh baya itu setelah melepaskan pelukannya ditubuh Stecy."Iya nak, kami berdua sangat merindukan kamu." timpal ayah Stecy membenarkan ucapan sang istri.Kepanikan Stecy juga menular pada bibi, pamannya dan juga Usron yang terlihat sangat gugup dan bingung. Ia tidak menyangka jika kakak dan kakak iparnya akan datang kemari dengan tiba-tiba tanpa memberitahu terlebih dulu.Seharusnya mereka memberitahu lebih dulu jika mau datang kemari, ini malah gak. Kan, jadinya dadakan begini.
Baca selengkapnya
Tanpa kabar
Ini sudah tiga hari Stecy tidak bekerja tanpa memberikan kabar, membuat Galuh sungguh sangat khawatir. Stecy bahkan tak mau mengangkat panggilan telepon Galuh ataupun membalas chatnya.Dan malam ini Galuh sudah memutuskan untuk langsung datang saja ke rumah bu Mutia, bibi Stecy."Papa!" jerit Miyara memanggil Galuh yang masih sibuk dengan penampilannya sendiri."Hmm?" sahut Galuh hanya dengan deheman."Wahh!" mata Miyara tampak berbinar takjub melihat papanya yang malam ini terlihat tampan."Kenapa sayang?" tanya Galuh menoleh pada putrinya yang masih kagum melihatnya."Papa tampan sekali hari ini." puji Miyara.Galuh mengangkat sebelah alisnya, "hanya hari ini saja? Berarti biasanya Papa jelek dong?"Miyara menggeleng, "setiap harinya Papa terlihat tampan kok. Dan malam ini justru terlihat sangat tampan.""Bohong," goda G
Baca selengkapnya
Cinta?
"Stecy, apa maksud anak ini bicara seperti itu?" tanya mama Stecy to the point. Stecy terlihat gelagapan dan sangat kebingungan sekali. Ia menatap Galuh meminta bantuan, syukurlah Galuh mengerti dan langsung memberikan alasan. Alasan kebohongan maksudnya. "Maafkan ucapan putri saya. Jadi begini Nyonya—""Panggil Ibu saja," sela mama Stecy meminta Galuh untuk memanggil dengan sebutan ibu, bukan nyonya. Galuh mengangguk dan kembalikan bicara. "Jadi begini Bu, Stecy kebetulan sering bermain ke rumah saya—""Bermain?" pekik mama Stecy kembali menyela ucapan Galuh. "I-iya, bermain. Uhm, maksudnya sering datang berkunjung ke rumah saya dan mengajak anak saya bermain. Makanya anak saya ini akrab dan sayang sekali sama Stecy." ucap Galuh namun sepertinya mama Stecy belum puas.Stecy mengambil alih dan mengatakan kebohongan demi kebohongan dari kata-kata yang sudah di rangkaiannya. Stecy tahu apa yang ia lak
Baca selengkapnya
Pemeran utama
Bagi Galuh, sudah saatnya bagi mereka untuk tak lagi gengsi-gengsian. Toh, percuma saja bagi mereka untuk mengelak ataupun menutup-nutupinya.Perasaan nyaman yang mereka rasakan satu sama lain cukup membuktikan bahwa mereka saling memiliki ketertarikan. Yaitu, cinta.Dan perasaan rindu yang menggebu-gebu tiap kali mereka tak bisa saling melihat satu sama lain. Juga perasaan khawatir yang mereka rasakan setiap kali mereka tak saling bersama."Aku mencintaimu Stecy."Tiga kata yang memang Stecy tunggu dan ingin dia dengar langsung dari pria yang akan menjadi jodoh terbaiknya. Dan kini Galuh yang mengatakan tiga kata itu, apakah itu artinya Galuh adalah jodoh terbaiknya yang dikirim oleh Tuhan untuknya?"Apakah kamu juga merasakan hal yang sama padaku?" tanya Galuh ingin tahu dan berharap penuh bahwa Stecy menjawab ya dengan suara lantang.Galuh menyentuh lembut kedua tangan
Baca selengkapnya
Calon menantu idaman
Stecy sebenarnya cukup kaget dengan sikap mamanya yang hari ini menurutnya berubah. Tak ada lagi terdengar mamanya yang berusaha membujuk dirinya untuk kembali pulang ke rumah dan kembali bekerja di tempat si bos genit. Justru mamanya kini terus membahas soal Galuh. Galuh katanya begini lah, Galuh katanya begitulah. Dan ujung-ujungnya mama Stecy meminta jawaban yang sebenarnya mengenai Galuh pada Stecy."Ada apa dengan Mamaku, Bi?" bisik Stecy bertanya pada Mutia yang tersenyum geli."Biasalah, kepincut sama Pak Galuh.""Hah?!" pekik Stecy kaget mendengar kata kepincut. Syukurlah mamanya tak terlalu mempedulikan mereka saat ini dan lebih memilih sibuk membaca sebuah majalah yang baru saja Stecy beli beberapa hari yang lalu."Maksudnya, Mama suka sama Pak Galuh gitu?" "Eh, bukan sayang. Astaga!" Mutia tertawa geli mendengarnya. "Apa yang lucu, sampai kamu tertawa begitu?" tanya mama Stecy terlihat penasaran. 
Baca selengkapnya
Restu
Rasanya Stecy tak percaya dengan apa yang di dengarnya, segala dugaannya terhadap mama Galuh ternyata salah besar.  Sebelumnya ia pikir mama Galuh bakalan marah dan tidak merestui hubungan mereka. Tapi kenyataannya justru berbanding terbalik, mama Galuh justru senang dan merestui hubungan mereka. Betapa bahagianya Stecy mendengar itu dan hendak memeluk tubuh mama Galuh, tapi Miyara muncul dengan membawa sendok kecil di tangannya. "Sayang, kenapa lama sekali ambil sendoknya?" tanya mama Galuh pada cucu kesayangannya itu. Miyara menunjukkan sendok kecilnya pada sang nenek. "Aku mencari sendok ini Nek," ucapnya menjelaskan alasan mengapa ia lama di dapur hanya untuk mengambil sebuah sendok saja. Mama Galuh tau jika sendok kecil itu adalah sendok kesukaan Miyara. Jadi sebegitu gigihnya Miyara mencari keberadaan sendok kecil itu yang letaknya entah sudah dimana.  "Akhirnya ketemu lagi Nek," Miyara terlihat senang.  "D
Baca selengkapnya
Tidak tahu malu!
Fayla terus mencibir Galuh yang hanya diam dan tetap diam. Namun sepertinya keterdiaman Galuh membuat Fayla menjadi leluasa terus mencercanya."Kenapa diam? Gak bisa jawab ya?" Fayla tertawa. "Jelas saja gak bisa. Dasar munafik!" umpatnya begitu kesal. Galuh tersenyum tipis menanggapinya, bersikap santai melipat kedua tangannya di depan dada. Sebenarnya Galuh agak terkejut tadi saat ia membuka pintu kamar mandi langsung dihadang oleh Fayla yang ternyata berdiri di luar pintu. Huh! Kurang kerjaan sekali. "Kenapa menuduhku? Dan kenapa baru sekarang melimpahkan masalah yang kamu buat sendiri padaku?" tanya Galuh kesal. "Seharusnya aku loh yang menuduhmu, kamu mengikutiku kesini dan berdiri di depan pintu menungguku. Maksudnya apa coba? Pasti mau mengintip, kan?" "Dih, enak aja! Kurang kerjaan banget," Fayla pun makin sewot."Udah deh gak usah ngelak, aku tahu kok kalau kamu sebenarnya rindu kan sama aku?" Galuh mendekati
Baca selengkapnya
Takdir yang manis
Gawat! Orang tuaku sudah tahu semuanya. Galuh syok dan juga panik setelah membaca chat dari Stecy."Kenapa, Papa?" tanya Miyara menatap penuh keheranan pada ekspresi wajah papanya."Iya, ada apa Galuh sampai kamu kelihatan kaget gitu? Siapa yang chat kamu rupanya?" tanya mamanya terlihat penasaran sekali."Uhm, Stecy Ma.""Chat apa dia?""D-dia...." Galuh terlihat kebingungan sekali menjelaskannya pada sang mama yang juga gak tahu menahu soal ini."Astaga, Miyara! Ayo kita berangkat," pekik Galuh sengaja mengalihkan pertanyaan mamanya."Kak Stecy gak jadi datang kemari, Pa?" tanya Miyara."Enggak sayang, dia lagi sibuk katanya."Miyara menunduk lesu dan kecewa namun ia berusaha untuk tetap ceria di depan papa dan neneknya."Ma, kami berangkat dulu ya."
Baca selengkapnya
Restu (2)
"Apa yang sudah kamu katakan pada mereka?" tanya Galuh berbisik di telinga Stecy. Stecy menoleh dan tersenyum menggoda Galuh yang semakin merasa penasaran. Bagaimana tidak penasaran? Pasalnya, Galuh kaget melihat reaksi kedua orangtua Stecy yang bersikap ramah dan santai dan bukannya marah. Aneh sih! pikir Galuh yang sebenarnya sedari awal datang kesini sudah deg degan luar biasa.Stecy meminta izin pada semua orang dan mengajak Galuh ke teras karena ia ingin bicara berdua dengannya."Kamu senang gak?" tanya Stecy menggoda Galuh yang masih terlihat bingung."Ya seneng lah, pakai ditanya lagi." sahut Galuh jujur."Apalagi kalau dengar yang satu ini pasti kamu tambah senang lagi." "Oh ya? Apa tuh?" "Mama dan Papaku memberikan restunya untuk hubungan kita." ucap Stecy gembira tapi Galuh terdiam dengan ekspresi datar. Hal itu membuat Stecy sedih dan berpikiran jika Galuh tidak senan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status