"Stecy, apa maksud anak ini bicara seperti itu?" tanya mama Stecy to the point.
Stecy terlihat gelagapan dan sangat kebingungan sekali. Ia menatap Galuh meminta bantuan, syukurlah Galuh mengerti dan langsung memberikan alasan. Alasan kebohongan maksudnya.
"Maafkan ucapan putri saya. Jadi begini Nyonya—"
"Panggil Ibu saja," sela mama Stecy meminta Galuh untuk memanggil dengan sebutan ibu, bukan nyonya.
Galuh mengangguk dan kembalikan bicara. "Jadi begini Bu, Stecy kebetulan sering bermain ke rumah saya—"
"Bermain?" pekik mama Stecy kembali menyela ucapan Galuh.
"I-iya, bermain. Uhm, maksudnya sering datang berkunjung ke rumah saya dan mengajak anak saya bermain. Makanya anak saya ini akrab dan sayang sekali sama Stecy." ucap Galuh namun sepertinya mama Stecy belum puas.
Stecy mengambil alih dan mengatakan kebohongan demi kebohongan dari kata-kata yang sudah di rangkaiannya. Stecy tahu apa yang ia lak
Bagi Galuh, sudah saatnya bagi mereka untuk tak lagi gengsi-gengsian. Toh, percuma saja bagi mereka untuk mengelak ataupun menutup-nutupinya.Perasaan nyaman yang mereka rasakan satu sama lain cukup membuktikan bahwa mereka saling memiliki ketertarikan. Yaitu, cinta.Dan perasaan rindu yang menggebu-gebu tiap kali mereka tak bisa saling melihat satu sama lain. Juga perasaan khawatir yang mereka rasakan setiap kali mereka tak saling bersama."Aku mencintaimu Stecy."Tiga kata yang memang Stecy tunggu dan ingin dia dengar langsung dari pria yang akan menjadi jodoh terbaiknya. Dan kini Galuh yang mengatakan tiga kata itu, apakah itu artinya Galuh adalah jodoh terbaiknya yang dikirim oleh Tuhan untuknya?"Apakah kamu juga merasakan hal yang sama padaku?" tanya Galuh ingin tahu dan berharap penuh bahwa Stecy menjawab ya dengan suara lantang.Galuh menyentuh lembut kedua tangan
Stecy sebenarnya cukup kaget dengan sikap mamanya yang hari ini menurutnya berubah. Tak ada lagi terdengar mamanya yang berusaha membujuk dirinya untuk kembali pulang ke rumah dan kembali bekerja di tempat si bos genit.Justru mamanya kini terus membahas soal Galuh. Galuh katanya begini lah, Galuh katanya begitulah. Dan ujung-ujungnya mama Stecy meminta jawaban yang sebenarnya mengenai Galuh pada Stecy."Ada apa dengan Mamaku, Bi?" bisik Stecy bertanya pada Mutia yang tersenyum geli."Biasalah, kepincut sama Pak Galuh.""Hah?!" pekik Stecy kaget mendengar kata kepincut. Syukurlah mamanya tak terlalu mempedulikan mereka saat ini dan lebih memilih sibuk membaca sebuah majalah yang baru saja Stecy beli beberapa hari yang lalu."Maksudnya, Mama suka sama Pak Galuh gitu?""Eh, bukan sayang. Astaga!" Mutia tertawa geli mendengarnya."Apa yang lucu, sampai kamu tertawa begitu?" tanya mama Stecy terlihat penasaran.
Rasanya Stecy tak percaya dengan apa yang di dengarnya, segala dugaannya terhadap mama Galuh ternyata salah besar. Sebelumnya ia pikir mama Galuh bakalan marah dan tidak merestui hubungan mereka. Tapi kenyataannya justru berbanding terbalik, mama Galuh justru senang dan merestui hubungan mereka. Betapa bahagianya Stecy mendengar itu dan hendak memeluk tubuh mama Galuh, tapi Miyara muncul dengan membawa sendok kecil di tangannya. "Sayang, kenapa lama sekali ambil sendoknya?" tanya mama Galuh pada cucu kesayangannya itu. Miyara menunjukkan sendok kecilnya pada sang nenek. "Aku mencari sendok ini Nek," ucapnya menjelaskan alasan mengapa ia lama di dapur hanya untuk mengambil sebuah sendok saja. Mama Galuh tau jika sendok kecil itu adalah sendok kesukaan Miyara. Jadi sebegitu gigihnya Miyara mencari keberadaan sendok kecil itu yang letaknya entah sudah dimana. "Akhirnya ketemu lagi Nek," Miyara terlihat senang. "D
Fayla terus mencibir Galuh yang hanya diam dan tetap diam. Namun sepertinya keterdiaman Galuh membuat Fayla menjadi leluasa terus mencercanya."Kenapa diam? Gak bisa jawab ya?" Fayla tertawa. "Jelas saja gak bisa. Dasar munafik!" umpatnya begitu kesal.Galuh tersenyum tipis menanggapinya, bersikap santai melipat kedua tangannya di depan dada.Sebenarnya Galuh agak terkejut tadi saat ia membuka pintu kamar mandi langsung dihadang oleh Fayla yang ternyata berdiri di luar pintu. Huh! Kurang kerjaan sekali."Kenapa menuduhku? Dan kenapa baru sekarang melimpahkan masalah yang kamu buat sendiri padaku?" tanya Galuh kesal. "Seharusnya aku loh yang menuduhmu, kamu mengikutiku kesini dan berdiri di depan pintu menungguku. Maksudnya apa coba? Pasti mau mengintip, kan?""Dih, enak aja! Kurang kerjaan banget," Fayla pun makin sewot."Udah deh gak usah ngelak, aku tahu kok kalau kamu sebenarnya rindu kan sama aku?" Galuh mendekati
Gawat! Orang tuaku sudah tahu semuanya. Galuh syok dan juga panik setelah membaca chat dari Stecy."Kenapa, Papa?" tanya Miyara menatap penuh keheranan pada ekspresi wajah papanya."Iya, ada apa Galuh sampai kamu kelihatan kaget gitu? Siapa yang chat kamu rupanya?" tanya mamanya terlihat penasaran sekali."Uhm, Stecy Ma.""Chat apa dia?""D-dia...." Galuh terlihat kebingungan sekali menjelaskannya pada sang mama yang juga gak tahu menahu soal ini."Astaga, Miyara! Ayo kita berangkat," pekik Galuh sengaja mengalihkan pertanyaan mamanya."Kak Stecy gak jadi datang kemari, Pa?" tanya Miyara."Enggak sayang, dia lagi sibuk katanya."Miyara menunduk lesu dan kecewa namun ia berusaha untuk tetap ceria di depan papa dan neneknya."Ma, kami berangkat dulu ya."
"Apa yang sudah kamu katakan pada mereka?" tanya Galuh berbisik di telinga Stecy.Stecy menoleh dan tersenyum menggoda Galuh yang semakin merasa penasaran.Bagaimana tidak penasaran? Pasalnya, Galuh kaget melihat reaksi kedua orangtua Stecy yang bersikap ramah dan santai dan bukannya marah.Aneh sih! pikir Galuh yang sebenarnya sedari awal datang kesini sudah deg degan luar biasa.Stecy meminta izin pada semua orang dan mengajak Galuh ke teras karena ia ingin bicara berdua dengannya."Kamu senang gak?" tanya Stecy menggoda Galuh yang masih terlihat bingung."Ya seneng lah, pakai ditanya lagi." sahut Galuh jujur."Apalagi kalau dengar yang satu ini pasti kamu tambah senang lagi.""Oh ya? Apa tuh?""Mama dan Papaku memberikan restunya untuk hubungan kita." ucap Stecy gembira tapi Galuh terdiam dengan ekspresi datar.Hal itu membuat Stecy sedih dan berpikiran jika Galuh tidak senan
Stecy mengucapkan terima kasih pada Fayla yang telah membantunya berbelanja. Keduanya pun berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.Satu hal yang tidak Stecy ketahui adalah sebuah mobil berwarna hitam membuntuti mobilnya hingga sampai ke rumah Galuh.Seseorang di dalam mobil hitam itu terus memperhatikan rumah Galuh. Rumah yang dulu juga ia tempati saat masih berstatus sebagai istri sah Galuh.Ada perasaan tak rela di hati Fayla yang kini merasa menyesal. Sangat-sangat menyesal. Ia sangat menyayangkan perbuatannya sendiri yang sudah sangat tega berselingkuh dibelakang Galuh.Galuh sendiri menurut Fayla adalah pria yang baik, pengertian, lembut, penyayang, setia, dan romantis. Meskipun dari luar penampilannya terlihat angkuh dan dingin. Tapi bila di dekat orang yang di sayanginya maka sikap Galuh berubah seratus persen. Ia bersikap cuek dan angkuh hanya sebagai topengnya saja agar terlihat kuat dan seakan tak ada masalah di depan
"Untuk apa Mbak Fayla datang kesini, Mas?" tanya Stecy penuh selidik."Untuk...." Galuh menatap sang anak yang kini sibuk dengan ponselnya sendiri. "Meminta maaf.""Meminta maaf?" ulang Stecy cukup terkejut."Ya, minta maaf untuk semua kesalahan yang pernah dibuatnya.""Tapi, bukannya Mbak Fayla sudah pernah minta maaf ke Mas ya?"Galuh mengangguk, "tapi yang ini adalah sebuah permintaan maaf yang tulus. Sementara yang waktu itu enggak.""Oh ya, kamu tahu darimana yang kemarin itu gak tulus dan yang ini tulus?""Ya tahulah," tukas Galuh tersenyum. "Awalnya sih aku sempat ragu, tapi ya aku pikir apa salahnya juga untuk memaafkan. Soal tulus apa enggaknya ya terserahlah."Stecy mengangguk setuju, "lagian apa salahnya juga berdamai dengan masa lalu, kan?""Berdamai loh ya, bukan balikan." ucap Galuh. Stecy melotot mendengarnya."Oh, jadi memang ada niatan mau balikan gitu?""Engga