All Chapters of Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu: Chapter 91 - Chapter 100
164 Chapters
Bab 90
Bab 90      Arza hanya diam tak banyak berekspresi ketika Zea sibuk membahas masalah George. Sepertinya lelaki itu sudah bosan dengan celotehan Zea.     Ruangan kamar yang bernuansa gelap, yang merupakan kamar apartemen yang di sewa Arza sejak dua bulan lalu, seolah menjadi saksi atas pertengkaran Zea dan Arza yang kerap kali terjadi.     "Aku sudah mengeluarkan banyak uang untukmu, Zea! Namun kau belum juga berhasil untuk menggoda laki-laki tersebut." ujar Arza mendengus.     "Hal wajar jika kau mengeluarkan banyak uang. Aku juga sudah banyak membuang waktu dan ruang untuk menjalankan keinginanmu." balas Zea.     "Tapi, kalau usahamu tidak membuahkan hasil, ya sama saja bohong!" potong Arza seperti berkeluh kesah, kecewa. Ia kecewa dengan cara kerja Zea.     "Belum apa-apa kau sudah mengatakan kakau aku tidak berhas
Read more
Bab 91
Bab 91 "Selamat siang, Pak George! Menikmati betul sepertinya."     Seorang laki-laki menghampiri George yang tengah menikmati makan siang di resto perusahaan.     Pikiran George yang sedang tertuju pada wajah Nadine istrinya, kurang begitu berkenaan dengan seseorang yang baru saja datang tersebut. Jelas, Ia yang tengah mengalami gejolak masalah dalam rumah tangganya merasa terganggu.     Namun George tetap memaksakan diri untuk menoleh.     Ia menghembuskan nafas panjang setelah melihat siapa yang datang. Rasa benci dan jijik menghampirinya.     Akan tetapi, kebencian itu terkalahkan oleh rasa penasaran dengan apa lagi yang akan dilakukan oleh laki-laki yang baru saja datang tersebut, membuatnya berpura-pura untuk berlaku sebiasa mungkin.     "Iya, Arza." jawab George datar.     
Read more
Bab 92
Bab 92 Ruangan di resto tidak terlalu ramai pengunjung. Ditambah dengan jam istirahat siang yang masih begitu panjang, membuat Arza bisa lebih banyak menghabiskan waktu untukmengobrol bersama Georga siang itu.     "Pak, maaf jika perkataanku lancang dan kurang berkenan." tutur arza.George meneguk minuman beraroma jeruk yang terhidang di hadapannya.     "Tidak, Arza! Kau tidak lancang sama sekali."     Arza bisa bernafas lega. Setidaknya Arza tidak terlalu sungkan untuk bicara lebih lanjut.   "Aku juga senang bisa mengajakmu bicara. karena dalam pandanganku kau cukup bijak dalam hal ini." George menyambung ucapannya.     Ucapan George semakin meyakinkan hati Arza untuk berbicara panjang lebar. Arza merasa peluangnya untuk memprovokasi George sungguh terbuka lebar.     "Aku tidak bermaksud berlebihan. Ha
Read more
Bab 93
Bab 93      Arza kembali memutar otak. Kali ini ia sadar harus bertindak lebih berhati-hati dari sebelumnya.      "Maaf, Pak. Sekarang zaman telah begitu canggih. Orang-orang bisa menggunakan berbagai cara untuk mengibuli kita. Selama ini memang Nadine selalu bepergian bersama Pak George. Tapi apakah Pak George bisa memastikan kalau ia selalu melakukan hal baik? Kurasa tidak. kedua mata kita tidak mungkin dua puluh empat jam tidak lepas dari orang-orang yang kita sayang. Termasuk ketika Papak pergi keluar kota mengemban tugas perusahaan misalnya." ucap Arza berhati-hati.     George nampak berpikir. Entah apa yang ia pikirkan, Arza tak tahu itu. Yang Arza tahu adalah harapan agar Tuhan berkenan membuat George percaya dengan kata-kata yang ia ucapkan. Harapannya terlalu besar untuk itu.     Dendam kesumat Arza yang terlalu besar untuk George membuatnya nekat. Meskipu
Read more
Bab 94
Bab 94Zea tersenyum puas memandang lelaki yang tengah berbaring di tempat tidurnya.Tiba-tiba saja sebuah panggilan masuk dari seseorang dengan nama Alea muncul di layar ponsel milik George.     Dengan sengaja, Zea mematikan panggilan tersebut.     Clink!      Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel George. Dengan mudahnya Zea bisa membuka pesan itu. Sebab sebelumnya, ia telah mengetahui jika ponsel George harus di buka dengan metode sidik jari George. Berita ini Zea dapatkan dari Arza.      [Pa, mengapa telepon Alea nggak di angkat?Ini hari udah malam, kenapa masih belum pulang juga? Alea jadi khawatir.]     "Oooh pesan dari putri bungsunya." Zea menyeringai tipis.     Dengan cepat Zea menuliskan pesan balasan untuk Alea.     [Nak, nggak usah nungguin Papa pulang, y
Read more
Bab 95
Bab 95    "Lepaskan aku Zea? Tidak etis apabila aku harus memperlakukanmu dengan kasar!" George berkata.     "Terserah Mas ingin memperlakukan aku dengan kasar atau bagaimana. Yang aku tahu, aku mencintaimu, Mas! Mengapa Mas sungguh tidak mengerti perasaanku? Aku tidak menuntut Mas untuk menjadikan aku satu-satunya. Setidaknya jadikan aku yang kedua, Mas!" ucapan Zea semakin ngelantur kemana-mana.     "Mengertilah akan perasaanku, Mas!" ulang Zea seraya menangis.     "Kau menuntutku untuk mengerti perasaanmu. Tapi kau sungguh tidak bisa mengerti perasaan Nadine dan anak-anakku. Aku tidak bisa menuruti kehendak konyolmu, Zea. Sadarlah jika cara berpikirmu ini tidak benar!" ucap George.     "Apa masalahnya, Mas? Mengapa untuk sekedar menjadikan aku yang kedua saja Mas keberatan. Kurasa uang dan hartamu bahkan lebih dari cukup untuk menafkahi sepulu
Read more
Bab 96
Bab 96      Hari ini adalah hari kembalinya Nadine. George merasa ada yang berbeda. Ponsel pribadinya juga sepi dari notifikasi yang biasanya muncul dari nomor kontak Nadine.     George mencoba menghubungi istrinya. Namun beberapa kali ia memanggil maka sebanyak itulah ia menelan kekecewaan. Nadine tak kunjung mengangkat panggilan darinya.      "Akan kujemput kau, Nadine." ucap George pada dirinya sendiri.  George merasa ada yang kurang pada kesehariannya. Sebab biasanya, setiap kali Nadine berpergian, istrinya tersebut pasti selalu menghubungi atau setidaknya pulang minta jemputan. Tapi kali ini tidak.   George memutar haluan mobil menuju ke rumahnya. Ia harus lebih bergegas. Satpam bergegas membukakan pintu.     Di halaman depan, mata George terpaku pada sebuah mobil yang terparkir. Mobil Nadine. &
Read more
Bab 97
Bab 97      "Alea?" Gorge dan Nadine berucap bersamaan.     Nadine mendekati putri semata wayangnya. Kedua tangan yang terbentang untuk memeluk. Namun terlihat Alea menghindar.     "Mama sama Papa ingin bercerai, kan? Mengapa begitu tiba-tiba? Sedang selama ini keluarga kita baik-baik saja. Dan teman-teman banyak yang iri sama Alea. Mereka kagum sama keluarga kecil kita yang selalu nampak damai. Tapi mengapa harus begini akhirnya Ma, Pa? Mengapa? Apa karena aku belum bisa menjadi yang terbaik buat kalian?" Alea bertanya bertubi-tubi dengan mata berkaca-kaca.Pertanyaan demi pertanyaan yang ia lontarkan menghancurkan hati kedua orang tuanya. Terutama Nadine, Nadine merasa hatinya sakit, amat sakit. Sedih dan tak tega.     "Nak, dengarkan mama dulu, Nak! Alea tidak pernah mempunyai kesalahan apapun atas masalah yang dihadapi oleh Mama dan Papa. Alea anak yang sanga
Read more
Bab 98
Bab 98    "Apakah ceritamu bisa dipercaya, George?" Nadine tidak bisa langsung percaya begitu saja pada ucapan lelaki yang sudah terlanjur di anggapnya telah menyembunyikan kebohongan tersebut.  "Tidak, Ma. Aku sama sekali tidak bohong." George memastikan.    "Aku minta maaf karena tidak mempercayaimu sejak awal. Aku merasa berdosa, Ma." George memeluk Nadine.    Jauh di dalam hatinya, Nadine masih bisa percaya pada ucapan suaminya, namun tidak seutuhnya. Maklum saja bagi seorang wanita, foto-foto kebersamaan yang sedemikian dekat sebagaimana potret-potret George yang tengah tertidur di kamar Zea bukanlah sesuatu yang bisa dengan mudah dimaafkan. Itu adalah sebuah masalah besar yang harus benar-benar di pertanyakan dan juga harus di ketahui alasannya dengan jelas sejelas-jelasnya.    Di samping itu juga, kebersamaan keduanya di sebuah kafe beberapa hari
Read more
Bab 99
Bab 99       Percakapan demi percakapan mengalir dari rekaman tersebut. Percakapan tersebut tidak lain adalah percakapan serius antara Zea dan Arza.     Apalagi jika bukan percakapan mereka di Exotic Bar beberapa malam yang lalu. Kala itu, kedua orang tersebut, Arza dan juga Zea sama sekali tidak mengetahui jika George telah datang terlebih dahulu dan  bahkan merekam percakapan mereka.      Dan rekaman itu bukan hanya satu. Satu persatu rekaman tersebut diperdengarkan. Perlahan-lahan terlihat raut wajah Nadine berubah. Seolah tersadar dari anggapannya yang salah. Wajahnya yang sedari tadi terlihat datar sekarang mulai berubah merah.     "Bajingan sekali lelaki ini!" ucap Nadine menengadahkan kepala. Menahan kemarahan agar tidak tumpah secara keseluruhan. Nadine sadar, meskipun ia melepaskan kemarahan sekarang, namun semuanya tidaklah me
Read more
PREV
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status