All Chapters of Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu: Chapter 71 - Chapter 80
164 Chapters
Bab 70
"Hentikan bicaramu. Datang-datang cuma ingin menciptakan kegaduhan!" Nadine mengumpat kasar.      Untung di dapur sana tidak ada siapa-siapa. Jadi Arza bisa berpikir lebih.     "Jikalau sudah selesai urusanmu di sini, pulang sana! Tidak usah berdiam diri berlama-lama di rumah kami!"      "Laki-laki busuk!" cemoh Nadine lagi.      "Hey, ada apa ini?" tiba-tiba sebuah suara berat mengganggu pendengaran mereka.     Arza kaget. Itu suara George. Segera Arza berusaha menguasai keadaan. Mengekspresikan muka sedemikian rupa.     Sedangkan George menatap Arza dengan raut muka curiga.     "Maaf, Pak George. Saya tidak bermaksud untuk bertengkar dengan siapapun. Seperti yang sudah kuceritakan sama Bapak sebelumnya. Bahwa aku datang hanya dengan niat ingin berbicara biasa soal anak-anak. Tapi
Read more
Bab 71
"Ma, sebaiknya beri kesempatan pada Arza untuk menemui anak-anak. Tolong Mama jangan merasa tertekan. Papa hanya ingin Mama mengerti perasaannya Arza. Jika kesalahan di masa lalunya masih meninggalkan amarah di hati Mama. Tolong maafkan dia. Papa lihat, sekarang Arza sudah berubah lebih baik. Mungkin penjara telah menyadarkannya."     George berbicara pelan dan hati-hati. Niat dalam hatinya adalah untuk memberi pengertian pada istri tercinta.     "Pa, sebaiknya Papa dengar Mama. Mama mohon jangan percaya sama dia. Arza bukan orang baik, Pa. Sampai kapanpun dia bukan orang baik. Hatinya licik, sikapnya licin. Pandai berakting di sana-sini.  Dia pendusta. Papa yakin seseorang seperti dia gampang untuk berubah? Tidak, Pa. Percayalah. Aku telah mengenal laki-laki itu sejak lama." Nadine berusaha untuk menjelaskan pribadi Arza kepada sang suami.     "Ma, Papa tidak menyangkal ucapan Mama. Hanya saja, ta
Read more
Bab 72
Bab  72         "Ah kukira penting. Tanya ini itu, eh ternyata nyasar. Nomor aneh." Gerutu George sembari kembali duduk.     "Kok bisa nomor nyasar ya, Pak? Ah zaman sekarang memang tak bisa ditebak. Banyak orang yang berperilaku aneh aneh." Timpal Arza.      "Ya begitulah."     "Oke Arza. Soal niatmu yang menginginkan nomor kontak Davin dan Divan. Akan kuberi tahu mereka terlebih dahulu. Jikalau mereka mengizinkan, maka sudah pasti aku akan memberitahumu. Tapi kamu tenang dulu. Jangan terlalu berkecil hati, meskipun sekarang mereka kelihatannya kurang berkenan, namun suatu saat aku yakin, mereka perlahan pasti bisa menerimamu kembali sebagai orang tua. Aku mengerti keadaanmu, Arza. Tetaplah untuk bersabar." George berkata dengan niat menghibur dan membesarkan hati Arza.     Namun ternyata tanpa George ketahui, lelaki
Read more
Bab 73
Bab 73 Muka Arza merah padam melihat siapa yang berjalan tepat ke arahnya. Serta-merta Arza mematikan sambungan panggilan seluler bersama Zea.  "Ya Tuhaan ... lindungilah hambamu ini. Hamba mohon!" Arza berdoa penuh harap.      "Mmm ... Pak George?"     "Mengapa kamu belum bersiap pulang? Ini kan sudah lewat jam pulang?" tanya George kaget melihat Arza masih beada di lokasi pekerjaan.      Arza yang sebelumnya gugup, sekarang bisa bernafas lega.    "Syukur. Puji Tuhan, dia tidak bertanya soal percakapanku dan Zea. Semoga saja dia tidak mendengar percakapan kami tadi." Dalam hati Arza kembali berdoa.      "Mengapa mukamu kelihatan agak pucat, Arza?" tanya George heran dengan ekspresi Arza.     Pertanyaan itu kembali menyuguhkan rasa cemas di benak Arza. Kekhawatiran ket
Read more
Bab 74
Bab 74     "Pak. Saya mohon jangan pernah berpikiran untuk memecat saya. Sungguh saya sangat bersyukur karena telah diizinkan untuk bekerja di sini. Andaikan kemarin aku tidak bekerja di sini, sudah tentu aku tidak mempunyai pekerjaan apapun lagi sekarang. Soalnya Bos di tempatku bekerja selama ini, telah memberhentikan semua karyawannya. Padahal di rumah, aku masih mempnyai seorang ibu yang telah berusia lanjut yang perlu aku cukupi kebutuhannya." Arza berkata dengan mata berkaca-kaca. benar-benar mengecoh setiap mata yang menyaksikan tingkahnya.     George sungguh semakin tersentuh dengan sikap Arza yang nampak begitu bisa dipercaya.     "Semalaman ini aku selalu berpikir akan ibuku yang sudah tua. Alangkah sedihnya jika seandainya aku tidak punya pekerjaaan. Rasanya tak sanggup membayangkan jikalau aku tak mampu untuk menyuguhkan makanan buat Ibu." Arza berucap dalam kesenduannya.&
Read more
Bab 75
Bab 75 Matanya menatap nanar gambar-gambar kemesraan George bersama seorang wanita. Batin wanita itu terkhenyak pilu. Tidak bisa dibayangkan bagaimana sakit dan perihnya hati Nadine. Hanya orang-orang yang pernah merasakannya saja yang bisa mengerti ketika berada dalam posisi Nadine saat ini.     Nadine lemas. Tulang belulangnya terasa tak lagi bertenaga. Berulang kali Nadine memastikan dan berulangkali juga ia memperhatikan foto-foto itu dengan seksama. Namun berulang kali juga ia harus merasakan luka hatinya semakin menganga.     "Benarkah semua ini George lakukan? Jikalau benar, Alangkah naifnya aku selama ini terlalu menaruh kepercayaan terlalu besar untuknya." berulangkali Nadine mengusap muka. Batinnya menangis.    Tidak terasa mengalirlah butiran-butiran bening dari kedua sudut matanya. Meleleh kian deras hingga ia lupa bahwa saat ini masih saatnya jam kerja.   
Read more
Bab 76
Bab 76 Disebuah kafe, dua orang tengah bercakap-cakap serius. Zea menatap kesal ke arah layar ponselnya. Raut wajah tak suka terlihat jelas.      "Wanita yang bernama Nadine ini kelihatan cukup berani, Arza. Kok dia berani mengancam nyawa dan harga diriku?" Zea menatap Arza mendelik.     "Nggak usah terlalu takut sama dia, Zea. itu hanya gertakannya semata." imbuh Arza.     "Sebenarnya dia itu siapa sih? Punya jabatan apa dia? Baru kali ini aku menemukan orang yang berani bicara seperti itu padaku. Belum tahu dia siapa aku. Belum tahu dia sudah berapa banyak lelaki yang jatuh dan takluk di hadapanku. Huuh ... Aku jadi penasaran sama wanita dia. Seperti apa memangnya tampang muka wanita itu?" lanjut Zea nampak geram.     "Dia hanya wanita biasa. Tidak perlu takut padanya dia tidak seberbahaya kata-kata yang ia ucapkan." hibur Arza   
Read more
Bab 77
Farid menuangkan minuman ke dalam gelasnya.     "Beruntung sekali aku bisa bertemu dengan seseorang seperti Pak Arza. Sudah kaya raya, mau berbagi rezeki pula. Mudah-mudahan beberapa waktu ke depan ia akan membutuhkan jasaku lagi.  Tak rugi aku menuruti kemauannya. Dengan begitu beberapa bulan lagi aku akan berhasil untuk membuka toko sendiri. Sehingga aku tidak perlu lagi untuk banting tulang kerja di perusahaan Pak George." gumamnya.     "Bahkan uang yang Pak Arza berikan juga berlipat dari yang kudapatkan dari kantor Pak George.  Huuh ... Dalam waktu dekat akan segera kutinggalkan pekerjaan hina di kantor George." ucap Farid pada dirinya sendiri.     *** "Arza, apakah kamu sudah mendapatkan tempat tinggal baru untuk kita, Nak?" celetuk Bu Farah ketika mendengar Arza memasuki rumah kontrakan kecil yang yang mereka huni untuk sementara, Sebelum mereka mendapatkan tempat
Read more
Bab 78
Bab 78      Mata Nadine mulai tak enak.  Dengan cepat Nadine melangkah masuk. Tangannya menenteng erat kotak hadiah kiriman dari sang putri. Sedangkan ingatannya masih terpaku pada kue yang tadi di persembahkan untuknya di kafe.     "Mengapa aku kurang teliti dengan seuatu yang seharusnya aku berhati-hati. Ya Tuhan ... semoga tidak terjadi apapun padaku dan juga anak-anak. Semoga di jauhkan dari orang-orang yang ingin berbuat jahat." Nadine berdoa dalam benaknya.     Sesampainya di dalam apartemen.Dengan rasa penasaran, Nadine membuka bingkisan dari orang yang sangat ia cintai.      Sebuah kotak perhiasan cantik yang hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menebak isinya.     Kotak tersebut dibuka, sebuah jam tangan merk Hermes menyambut pandangan mata. Jam yang hanya bisa di beli oleh kalangan-kalangan tertentu saja.&nbs
Read more
Bab 79
Bab 79      "Maaf, tolong Mas George jangan salah paham dulu. Haruskah aku mengatakan semuanya jikalau beberapa hari yang lalu Nadine sendiri yang menghubungiku  dan marah-marah ditelepon. Sebaiknya Mas George bertanya saja sama Nadine dari mana dia mendapatkan nomor ponselku." Jawab Zea dengan muka memerah.     "Benarkah Nadine yang menghubungimu?""Buat apa aku bohong, Mas. Tidak mungkin aku mengada-ada. Dan jikalau hanya untuk membual, tidak mungkin aku bela-belain datang kemari untuk memberitahu Mas George akan bagaimana perilaku istri Mas itu!" kelas Zea.     "Aku hanya tidak menyangka Nadine tega merusak hubungan kami. Aku mengatakan semua ini sama Mas George agar masalah bisa terselesaikan. Bukan untuk membual. Tolonglah, Mas! Percayalah!" Zea semakin terisak.  "Ya, jika ini benar, aku pasti akan bertindak." jawab George.     Beb
Read more
PREV
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status