Semua Bab Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu: Bab 11 - Bab 20
164 Bab
Bab 11 Kedatangan Ibu Mertua
Bab 11 Kedatangan Ibu Mertua              Sejak pergi sehari yang lalu, Arza belum juga kembali pulang. Mungkin saja dia sungguh-sungguh mengajak Zorah kerumah mertuaku.      Pertama  aku harus menyiasati bagaimana caranya bisa memiliki rumah ini  seutuhnya.  Bukan jahat, tapi untuk memberi pelajaran untuk pengkhianat itu.       Terlebih dahulu aku mesti berpikir bagaimana cara untuk mengalih namakan rumah ini atas namaku. Dalam masalah ini aku membutuhkan seorang pengacara yang handal.      "Ma, apaan melamun terus yuk  main bareng kita"      Suara Davin membuyarkan lamunan.       "Eh iya... Mari!"       Kuikuti langkah kaki kedua si kembar.
Baca selengkapnya
Bab 12 Berkas Penting
Bab 12 Berkas Penting       Aku menuju sebuah berkas yang sengaja kami gunakan buat menyimpan berkas-berkas penting.        Ku pencet tombol-tombol angka. Sial  brankas itu tidak bisa terbuka. Apa aku salah mengingat? Tidak mungkin.  Ku coba lagi menekan kode angka numerik yang seingatku di pakai buat membuka brankas ini, tidak berhasil.       Ini pasti ulah Arza. Aku berinisiatif melakukan sesuatu, agar bisa membuka brankas itu. Arza telah berlaku curang, menggantikan kode numerik brankas ini tanpa seizinku.       "Nadine, ibu mau kepasar sebentar, tolong jangan suruh anak-anak bermain lalu membuat berantakan."       Aku menoleh ke arah pintu. Terlihat kepala ibu mertua nongol di sana.   
Baca selengkapnya
Bab 13 Mertua Cerewet
Bab 13 Mertua Cerewet      "Halo..." Aku angkat telepon dari bik Jum. Aku heran mengapa dia menelepon di jam kerja, padahal sebelumnya dia tidak pernah seperti ini.      "Halo nduuk, mungkin saya tidak bekerja lagi di rumahmu nduuk."      Suara bik Jum terdengar sedih. Ada apa dengannya? Kok mengatakan tidak bekerja di rumahku lagi?      "Kenapa mbok? Kok ngomongnya begitu?"      "Bu Meri sudah memecat saya tadi. Dia mengusirku pulang Terpaksa aku menurutinya."      aku terkejut mengapa ibu memberhentikan bik Jum tanpa konfirmasi dulu padaku. Padahal dia sudah bekerja dengan ku sejak lama. Beberapa hari yang lalu dia juga mengusir Bik Yah. Yang ku mintai pertolongan untuk mencabut rumput rumput yang tumbuh didalam pot bunga di halaman yang jumlahnya tidak bisa dikatakan
Baca selengkapnya
Bab 14 Menemui Pengacara
Bab 14 Menemui  Pengacara            Hampir setengah jam, baru mobil memasuki kawasan kompleks perumahan elit milik Aleena. Memang jarak rumahnya dari rumahku lumayan agak jauh.      Tiin... Tiin...      Kubunyikan klakson. Tidak perlu lama menunggu, dari dalam rumah seorang wanita muda, seumuran denganku keluar menghampiri. Dia memberi isyarat kepada satpamnya untuk segera membukakan gerbang untukku.      "Hai Nadine. Kamu udah sampai rupanya. Yuk masuk  dulu. Nih di rumah saya sendiri anak-anak di rumah neneknya." Sambut Aleena.      Aleena adalah teman akrabku sejak masa sekolah hingga sekarang. Bersama kami sering berbagi cerita.          "Jadi kamu ingin menemui Pak Richardo pengacara langgan
Baca selengkapnya
Bab 15 Rumah Tangga Tak Lagi Bermakna
Bab 15 Rumah Tangga Tak Lagi Bermakna                   "Ya pak." Jawab ku terbata karena merasa takut.               "Ini ya klien yang ingin menemuimu Ricardo?" Pak George menoleh kearah Pak Ricardo. Tapi Pak Ricardo malah melirik ke Aleena, mungkin meminta jawaban dari Aleena. Karena aku minta tolong padanya melalui temanku itu.          "Ya benar Pak dia yang ingin meminta bantuan bapak untuk menyelesaikan masalahnya."          Aleena memberi penjelasan. Kedua pria itu mengangguk.          "Wanita ini tidak asing.  Dia adalah Nadine manajer di perusahaan ku."          Suara pak George malah melemah dan terdengar ra
Baca selengkapnya
Ban 16 Datangnya Pembantu Baru
Bab 16 Datangnya Pembantu Baru                Ku lihat Arza sedang terlelap, rupanya jebakanku berhasil. Pengaruh obat tidur itu ampuh juga.        Sementara Arza sedang terlelap, aku mengambil ponselnya. Dengan cepat kutempelkan jari tengahnya untuk membuka kunci layar ponsel tersebut.        Setelah itu aku mengakses m-banking nya. Mengirimkan sejumlah uang yang lumayan banyak ke rekeningku, lalu menghapus histori transfernya. Beres. Dengan tersenyum puas, kuletakkan kembali ponsel itu ke tematnya semula.        "Kamu tidak mau memberiku uang Arza. Jadi terpaksa uangmu kurampas. Hehee" aku membatin        Seorang pria yang berlaku curang, harus ku balas dengan cara licik pula.
Baca selengkapnya
Bab 17 Senangnya Di Kelilingi Dua Babu
Bab 17 Senangnya di Kelilingi Dua Babu          Pagi hari ini, Aku sengaja bangun tidak secepat biasanya, tuh Aku kan sudah punya pembantu baru.           Setelah bangun aku segera mandi dan berdandan cantik. Setelah semua beres aku keluar dari kamar, ingin menuju ke kamar Davin dan Divan. tidak lupa sebelumnya aku membuang semua air yang sudah ku bubuhi obat tidur di kamar tadi.          "Enak bener hidupmu ini Nadine, bangun kesiangan. Habis itu tidak membantu kami di dapur sedikitpun. Keluar keluar dari kamar udah dandan habis."          Ibu mertua menghadangku di ruang keluarga.          "Maaf Bu Nadine kecapean sekali, tidak sengaja deh bangun kesiangan. Lagi pula kan ada mbak Zorah yang membantu ibu." Jawab ku santai.  
Baca selengkapnya
Bab 18 Pura-pura Bisa Dibodohi
Bab 18 Pura-pura Bisa Di Bodohi       Pagi menjelang, kulihat mbak Zorah sedang sibuk mencuci sepatu. Langsung saja ku ambil sepatu kotorku beberapa pasang di rak. Lalu menyerahkannya ke mbak Zorah. Tidak terlalu kotor sebenarnya, tapi aku ingin melihat wanita penggoda suami ku itu menyikat-nyikat sepatuku.      "Nih mbak, tolong cucikan juga ya...."      "Mbak sudah capek Nadine. Kamu cuci ajah sendiri."       "Nadine lagi sibuk banget nih mbak. Tolong mbak aja deh yang cuciin. Barusan Arza bilang mbak adalah wanita yang sangat tangguh sekaligus masih tetap cantik. Aku ajah kalah cantik sama mbak Zorah. Hehee makanya aku akan selalu minta bantuan mbak Zorahku yang cantik ini."      Aku menjawab sambil terkekeh. Tak apalah dia ku puji-puji. Lumayan untuk membuat dia bersedia mencuci sepatuku.
Baca selengkapnya
Bab 19 Tak Akan Rapuh Karena Di Khianati
Bab 19 Tak Akan Rapuh Karena Dikhianati      Sepulangnya dari kantor, Seperti biasa aku akan menjemput anak-anak terlebih dahulu. Dan juga karena sudah menjadi kebiasaan  pulang bersama Davin dan Divan.       Dalam perjalanan pulang aku menyempatkan diri membeli makanan kesukaan anak-anak. Bukan karena apa, namun karena aku harus lebih berhati-hati untuk makan di rumah. karena di rumah kami dikelilingi oleh orang-orang licik dan pendusta.      Sesampainya di rumah,aku tidak menjumpai keberadaan satu orang pun. Entah ke mana orang-orang di rumah ini?       Oh iya aku baru ingat, kemungkinan besar Arza menemani Zorah untuk shopping. Seperti yang mereka percakapkan  pagi tadi.       Untuk memperkuat dugaanku, aku memeriksa rekaman CCTV di laptop. Fyuuuuh, dugaanku ternyata benar, rupa
Baca selengkapnya
Bab 20 Suara Gaduh Di Kamar Mandi
Bab 20 Suara Gaduh Di Kamar Mandi           ***        Hari menjelang sore aku pulang sekaligus sambil menjemput anak-anakku dari rumah mbok Jum. Dalam perjalanan pulang, aku membeli makanan kesukaan kami buat makan malam nanti. Jadi tidak perlu repot buat memasak.        Sesampainya dirumah, syukur Mbak Zorah maupun Arza belum ada di rumah. Kemana dua orang itu menghilang. Aku tahu, pasti mereka sedang berduaan.         Sebuah pikiran nakal terbersit di benakku buat mengerjai mereka malam nanti.        "Nak ibu keluar sebentar ya. Pengen minum ke dapur."        Aku meninggalkan anak-anak yang sedang sibuk di dalam ruang bermain mereka. Tujuan langkah ku kali ini adalah dapur.  Mengambil ekstrak cabai yang masih tersisa. Lalu menaruhnya ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status