Semua Bab Takdir Ikatan Suci: Bab 21 - Bab 30
86 Bab
20. Restu Orang Tua
Air mata Almera menetes saat mendengar namanya disebut dengan lantang, oleh laki-laki yang saat ini sudah sah menjadi suaminya. Dia tidak menyangka kalau akhirnya akan begini, menikah diusia 22 tahun dengan status yang masih mahasiswi. Padahal dia sudah berencana untuk menikah ketika sudah sarjana, serta siap lahir batin. Namun, rencana hanya rencana, karena semua sudah diatur oleh Tuhan, jadi dia hanya bisa mengikuti kemana takdir ini membawanya."Al, selamat ya," ucap Widya memeluk Almera singkat diikuti oleh Amel."Jangan nangis, ini hari bahagia lo," ucap Amel menghapus air mata Almera."Ayo!" ajak Widya.Setelah meyakinkan dirinya sendiri, Almera perlahan bangkit. Mereka keluar dari kamar Almera menuju lantai satu, tempat diadakannya ijab kabul. Semua pasang mata menoleh ke arah Almera yang sedang menuruni tangga dengan diapit oleh kedua sahabatnya. Almera terlihat begitu cantik dengan balutan kebaya
Baca selengkapnya
21. Canggung
Almera yang tadinya menunduk seketika langsung mendongak saat mendengar suara yang begitu familiar."Farel," ucap Almera pelan. Almera memang mengundang beberapa temannya, terutama Farrel. Namun, dia tidak menyangka jika Farrel akan datang ke pernikahannya."Hai," sapa Farrel tersenyum ramah.Romeo hanya menatap datar keduanya. Ternyata orang ini masih hidup toh, Batin Romeo."Selamat ya, Al. Semoga jadi keluarga yang bahagia," ucap Farrel tersenyum. Namun, bukan senyum ramah seperti tadi, tetapi senyum kesedihan. Seharusnya dia yang berdiri di samping Almera, bukan Romeo."Terima kasih, Rel," jawab Almera tersenyum kikuk."Khem," deham Romeo. Dia merasa seperti tidak dianggap oleh mereka berdua. Apakah mereka mengira dia ini patung pernikahan?"Selamat, Om," ucap Farrel mengulurkan tangannya ke depan Romeo, ingin berjabat tangan.
Baca selengkapnya
22. Malu
Setelah menyakinkan diri, Almera berucap, "saya sudah mengantuk, Pak.""Saya tahu kalau kamu pasti memikirkan ucapan mama 'kan?" tanya Romeo menatap punggung Almera yang terbungkus selimut.Almera memejamkan matanya erat, bingung harus menjawab apa. Lagian kenapa Romeo bisa tahu?"Kamu jangan khawatir, saya tidak akan meminta hak saya sebelum kamu siap," ucap Romeo. Merasa tidak ada jawaban, Romeo langsung membalikkan badannya ke kiri. Jadilah mereka saling adu punggung.Almera yang memang belum tidur, sedikit bernapas lega. Dia pikir Romeo akan memaksa tanpa mempedulikan dia siap atau tidak, tetapi ternyata Romeo tidak seburuk yang dia kira.Tidak lama kemudian mata Almera meredup, memasuki alam mimpi.**"AAAA!" teriak Almera. Dia kaget saat pertama kali membuka mata, ada Romeo yang tidur di sampingnya. Terbiasa tidur sendiri dan tiba-tiba ada yang menem
Baca selengkapnya
23. Rumah Baru
Mendengar ada yang mengetok pintu kamarnya, Almera segera bangkit."Ada apa, Bun?" tanya Almera setelah membuka pintu yang ternyata Bunda Tina."Ke bawah yuk! Ada yang mau diomongin," jawab Bunda Tina."PAK, DISURUH KE BAWAH!" teriak Almera membuat Bunda Tina yang berada di sebelahnya terlonjak kaget. Padahal jarak dari ambang pintu ke sofa hanya beberapa langkah, tetapi Almera memilih berteriak."Hust, enggak sopan. Kalau mau ngomong itu di dekat orangnya," tegur Bunda Tina mencubit pipi Almera pelan. Padahal sedari kecil sudah sering diperingati untuk tidak berteriak, tetapi tetap saja. Hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri."Capek yang mau jalan, Bun," jawab Almera cengengesan."Ayo!" ajak Bunda setelah melihat Romeo di belakang Almera.Kemudian mereka bertiga berjalan menuruni tangga, menuju ruang tamu yang sudah ramai. Setelah sampai, mereka langsung mendudukkan diri di sofa yang kosong."Ada apa?" tanya Almera lan
Baca selengkapnya
24. Kamar
Romeo tidak menjawab pertanyaan Almera. Setelah mematikan mesin, Romeo beranjak keluar dari mobil. Sedangkan Almera hanya terdiam memandang semua gerak-gerik Romeo dengan bingung. Tidak mau larut dalam kebingungannya, Almera lebih memilih bermain handphone. Saat sedang asik berselancar di dunia maya, ada yang mengetuk kaca mobil di sebelah kirinya."Ada apa, Pak?" tanya Almera."Kamu mau jadi manusia oven?" tanya Romeo datar."Manusia oven?" Almera mengernyitkan dahinya tidak mengerti."Mesinnya sudah mati, kamu enggak merasa panas? Lagian kita sudah sampai, betah banget duduk di mobil saya," sahut Romeo yang langsung melenggang pergi, menuju bagasi untuk menurunkan koper.Almera masih mencerna ucapan Romeo, kemudian melihat sekelilingnya. Saat tahu dia berada dimana, mulutnya langsung terbuka dengan mata yang membulat sempurna. Dengan cepat Almera membuka pintu mobil dan keluar. Mata Alme
Baca selengkapnya
25. Dapat Kiriman Barang
Mendengar suara bel berbunyi, Almera sontak langsung mengalihkan pandangannya ke arah Romeo yang tetap pada posisinya. Apa Romeo tidak mendengar suara bel? Almera bergidik, bulu kuduknya tiba-tiba meremang. Dia takut kalau itu bukan manusia, apalagi rumah ini masih baru."Pak," panggil Almera.Tidak ada sahutan."Pak," panggil Almera sekali lagi. Namun tetap tidak ada sahutan dari Romeo. Bahkan badan Romeo terlihat tenang, seperti orang tidur."Sabar Al. Dia itu budeg karena faktor usia," gumam Almera mengelus dadanya, mencoba sabar.Selama beberapa detik, Almera menarik napasnya pelan dan mengulanginya hingga beberapa kali."PAK!" teriak Almera keras. Kalau sampai Romeo masih tidak mendengar, dia akan melemparkan remot AC ke kepalanya."Hm," deham Romeo dengan badan yang masih tertutup selimut."Ada yang pencet bel," ucap Almera memberi tahu. Untung saja Romeo menjawab, jika tidak, maka remot AC akan melayang."Buka!" p
Baca selengkapnya
26. Masak
Setelah memastikan bahwa Romeo benar-benar pergi, Almera membuka matanya yang basah. Air matanya masih mengalir, dia tidak menyangka kalau Romeo akan berbicara seperti itu. Pernikahan ini memang atas dasar perjodohan, tetapi dia sudah bertekad di dalam hati untuk menerima semuanya dengan ikhlas, bahkan dia sedang belajar mencintai Romeo, walau pun di dalam hatinya saat ini masih terukir nama Farrel. Dia pikir meskipun cuek dan datar, Romeo akan bersikap selayaknya seorang suami pada umumnya. Dia tadi memang tertidur, tetapi tidak berapa lama kemudian dia terbangun karena badannya terasa lengket. Namun, saat akan membuka mata dia mendengar suara Romeo, membuat dia mengurungkan niatnya untuk bangun."Kenapa gue nangis sih." Almera menghapus air mata yang sempat mengalir di wajahnya. Kemudian bangkit dari posisi tidurnya dan berjalan membereskan alat kebersihan yang tadi dia gunakan. Berhubung dia belum tahu dimana letak gudang, akhirnya dia simpan di dapur.Setelah semua
Baca selengkapnya
27. Kampus
Almera tetap setia menyodorkan mangkok berisi sup buatannya ke hadapan Romeo. Walaupun merasa pegal, tetapi Almera tetap tersenyum."Tidak nafsu, saya langsung berangkat saja," ucap Romeo yang langsung melenggang keluar rumah tanpa menunggu jawaban dari Almera.Senyum Almera luntur, matanya memandang punggung Romeo yang hilang di balik pintu. Kemudian Almera menunduk, menatap sup yang merupakan masakan pertamanya dengan tatapan nanar. Walaupun cuma sup daging, tetapi dia sudah bersusah payah membuat semua ini hanya untuk Romeo. Namun, semuanya sia-sia. Sehari sebelum menikah, bunda berpesan banyak hal kepadanya. Salah satunya adalah harus menyiapkan makanan untuk suami, entah itu pagi, siang, atau malam. Namun, kenapa Romeo tidak menghargai usahanya?"Gue makan sendiri aja deh," ucap Almera kemudian mendudukkan dirinya di kursi dan mulai memakan sup dagingnya. Ternyata rasanya sudah lumayan, hanya kurang sedikit garam. Mulai saat ini dia harus giat belajar masak
Baca selengkapnya
28. Keliling
Almera menjatuhkan tasnya dan tidak lama kemudian badannya ikut luruh ke lantai. Baru kali ini dia merasakan sesak di dada hanya karena ucapan seseorang dan orang itu adalah suaminya sendiri. Dia sudah berbaik hati ingin membuatkan Romeo makan malam, dia ingin menjadi istri yang baik. Namun, semua niat baiknya ditepis dengan ucapan Romeo yang begitu tajam. Meskipun rasa masakannya tidak seenak masakan bunda, tetapi setidaknya dia sudah berusaha untuk belajar memasak. Dia bisa menjamin kalau masakannya itu bersih, karena dia mengikuti langkah-langkah sesuai dengan yang ada di handphone. Sewaktu awal kenal, Romeo masih bisa diajak bercanda walaupun menggunakan nada datarnya, tetapi kenapa sekarang seperti ini?"Haha bodoh lo Al. Nikah juga baru sehari, mungkin memang seperti ini sifat aslinya," ucap Almera terkekeh miris. Dia baru menikah kemarin dan bisa-bisanya dia membandingkan sifat Romeo sebelum dan sesudah nikah. Ya jelas dia belum tahu betul sifat asli Romeo, memangnya d
Baca selengkapnya
29. Sendirian
Almera terbengong dengan menatap punggung Romeo yang berjalan menjauh. Otak dia masih berputar, mencerna ucapan Romeo."Pak, tunggu!" teriak Almera berlari kecil menyusul Romeo yang sudah lumayan jauh di depan."Ini," ucap Romeo ketika sudah sampai di taman.Mata Almera berbinar kagum. Tamannya begitu luas dengan berbagai macam bunga, terlihat begitu cantik. Almera merasa senang dan tenang berada di taman ini, udaranya begitu sejuk.Ting!Deringan ponsel pertanda ada yang mengirim pesan membuat Almera menoleh ke arah Romeo. Terlihat Romeo yang sedang fokus membaca pesan, entah dari siapa. Almera mengangkat kedua bahunya acuh, tidak terlalu penting. Mungkin itu hanya dari rekan kerja atau sekertaris Romeo. Dia kembali menolehkan kepadanya menatap taman dengan bibir yang melengkung, membentuk senyuman."Pak, mau kemana?" tanya Almera saat melihat Romeo yang berjalan menjauhi taman. Jangankan menjawab pertanyaan Almera, menoleh saja tidak. Rome
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status