All Chapters of SANG INDIGO: Chapter 21 - Chapter 30
111 Chapters
21. GAMELAN DI TENGAH HUTAN
Galang menatap seolah tidak percaya. Ternyata gadis di depannya adalah hantu. Namun wujudnya tidak seperti hantu lain. Benar-benar seperti manusia. “Ka... ka... kamu-!” Indah tetap tersenyum seperti biasa. “Tenang saja, aku berbeda dengan hantu lain. Kalian teman Ujang maka aku anggap kalian temanku juga.” “Apakah Teteh akan bilang ke kang Ujang? Semuanya?” tanya Luna. “Belum saatnya. Tapi dia akan tahu sebentar lagi,” ucapnya. Galang kemudian melirik ke jalan depan. Indah bilang bahwa mereka harus melewati jalan itu untuk pulang. Tapi setelah mengetahui bahwa Indah bukanlah manusia. Haruskah Galang mempercayai perkataannya? “Kalian bisa mempercayaiku,” ucap Indah. Galang sedikit terkejut mendengarnya. Seakan Indah mengetahui tentang isi hatinya. “Indah yang ini baik ko Ka!” ucap Luna. Saat Luna mengucapkan kata “Indah” dia merasakan sakit dan takut. Kenangan lama seakan terlintas di kepalanya sedikit. Tentang mantan sahabatnya sekalig
Read more
22. KECELAKAAN BERUNTUN
Setelah melewati gapura bambu kuning mereka melihat pemandangan kebun teh. Galang menghentikan motornya di pinggir jalan. Kemudian menengok ke belakang. "Coba cek GPS, bener ga kita di jalan yang benar?"Luna mengangguk. Dia mengambil smartphone miliknya kemudian langsung membuka maps. Matanya terbuka lebar. Mereka telah kembali ke daerah puncak Bogor. Benar-benar ajaib memang. "Kita ada di perbatasan cianjur Bogor ka.""Syukurlah!" ucap Galang. Sejujurnya dia sudah lelah dengan semua kejadian mistis tersebut. Tadinya dia hendak mengantar pulang Luna langsung. Namun hari telah beranjak malam. Lebih baik dia membawa Luna ke rumahnya untuk beristirahat. "Gapapa ya satu malam kamu nginep di aku?""Eh?" Luna terlihat kebingungan. Dia adalah gadis yang tidak memiliki teman selama sekolah. Sekarang ditawari menginap di rumah Galang.Galang menyadari tatapan tidak nyaman Luna. Dia dengan cepat mencoba menjelaskan. "Maaf bukan aku tidak sopan, tapi aku merasa san
Read more
23. HANTU PENUNGGU BONEKA
"Anastasia?"Itulah kata yang bisa Luna ucapkan. Entah mengapa dirinya sangat yakin bahwa sosok yang berdiri di jendela adalah arwah hantu yang mendiami boneka milik Renatta. Dengan wajah khas orang Eropa serta gaun berenda membuatnya terlihat anggun namun juga mengerikan.Angin dingin menembus kulit Luna. Sensasinya menjadi beda. Anastasia masih terus melihatnya. Seakan mengawasi sosok asing yang bisa menyingkirkannya kapan saja.Tentu saja hati Luna mendadak ciut. Anastasia bukanlah hantu biasa. Luna bisa merasakan amarah yang datang dari sosok tersebut. Luna juga bisa merasakan Anastasia sudah berumur panjang dalam sosok hantu. Semakin lama umurnya semakin kuat juga sosok tersebut."Luna?" Galang memecahkan keheningan. "Kenapa kamu diam saja? Sini masuk."Ragu. Itulah yang dirasakan Luna. Ada perasaan menolak yang cukup besar darinya. Hatinya berkata dia tidak ingin masuk ke sana. Terlebih setelah sosok itu dengan gamblang menunjukan dirinya.
Read more
24. RENATTA BERBICARA SENDIRI
"Aku juga mengenal ka Luna dari Anastasia."Mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut kecil Renatta, sontak membuat Luna bergidik merinding. Dia sempat menelan ludahnya ngeri. Gadis di depannya telah berkomunikasi lebih dengan Anastasia. Itulah yang Luna rasakan.Kriiittt...Terdengar suara pintu didorong. Kepala Galang menyembul dari sana. Terlihat rambutnya yang acak-acakan. Luna menyangka dia baru bangun dari tidurnya. Kemudian Galang masuk ke dalam kamar. Memperhatikan mereka berdua. "Gimana tidurnya nyenyak? Perkenalkan dia adikku Renatta. Manis bukan."Renatta tidak menyahut. Dia hanya memperhatikan kakaknya kemudian pergi dari sana. Setelah memastikan Renatta keluar, mimik wajah Galang langsung berbeda. "Kemarin kamu tertidur di ruang tamu. Jadi aku gendong ke atas agar kamu bisa tertidur nyaman.""Terimakasih," ucap Luna. Dia masih memperhatikan Galang. Lidahnya ingin bercerita tentang kejadian semalam dan respon dari Renatta terhadapnya
Read more
25. APAKAH RENATTA BISA MELIHAT HANTU?
"Halo sayang!" sapa Bella. Dia meletakan roti panggang di atas meja untuk putri bungsunya tersebut. "Makan dulu de."Renatta melangkah menuju kursi di sebelah Luna. Perasan Luna tidak tenang. Seolah ada hawa dingin yang mulai menyelimutinya. Bulu kuduknya menegang. Terlebih saat boneka tersebut diletakan di atas meja.Bella memperhatikan gelagat Renatta. Jika boleh jujur, dirinya pun merasakan hal yang sama. Semenjak boneka itu datang ke rumah, kejadian aneh terus menimpa mereka. Mulai dari televisi yang menyala sendiri, suara langkah kaki hingga orang berbicara. Namun Bella tidak ingin takut, terlebih putrinya sangat menyukai boneka tersebut. "Bonekanya tumben di bawa turun de?""Anastasia pengen kenalan sama ka Luna," ucap Renatta. Wajahnya polos saat mengatakan hal tersebut. Namun tidak membuat hati Luna tenang. Justru dia semakin gelisan.Galang yang sedari tadi memperhatikan. Mencoba untuk mencairkan suasana. "Karena ka Luna cantik ya de? Makannya An
Read more
26. TERKUNCI DI KAMAR RENATTA
Rasa penasaran membuat Luna masuk ke kamar Renatta. Dia melangkahkan kakinya masuk. Ternyata kamar Renatta penuh dengan boneka. Ketika Luna melihat satu persatu tubuhnya merinding. Boneka-boneka tersebut seakan mengikuti setiap langkahnya. Luna juga melihat sebuah cermin putih besar. Energi di dalam cermin tersebut membuat perhatiannya teralihkan. Dia mendekat sedikit demi sedikit sambil melihat cermin. Dengan jelas dia melihat pantulan dirinya di sana."Luna!"Sebuah suara memanggilnya dari arah kiri. Refleks dia menengok ke samping. Di sebelah kirinya terdapat ranjang empuk. Ranjang tersebut penuh dengan boneka. Salah satunya adalah boneka Anastasia.Luna masih berdiri di depan cermin sambil memperhatikan boneka yang di sebelah kirinya. Tiba-tiba saja dari ujung matanya, dia melihat pantulan cermin berubah menjadi gelap kehitaman. Digantikan sosok tinggi besar berambut panjang. Sontak Luna langsung melihat ke
Read more
27. ANAK KECIL
"Renatta?"Mereka berdua terkejut dengan kedatangan gadis kecil itu. Dia terlihat lucu dengan bola matanya yang besar dan bulat. Serta mengenakan dress ungu yang bagus. Dia menenggak ke atas kakaknya dan Luna dengan tatapan polos.Renatta menunjuk Luna. "Kakak ini membawa sesuatu." Dia baru berumur tujuh tahun, namun saat mengatakan itu terdengar menyeramkan.Galang kemudian berjongkok. Dia memegang pundak adiknya. Terlihat kasih sayang yang begitu besar dari orang nomor satu di kampus tersebut. "Memang Anastasia membawa apa?"Luna sedikit terkejut dengan sikap Galang yang tenang. Bahkan saat beberapa kali mengalami kejadian misterius, Galang tetap tegar dan mensuport Luna. Membuat Luna curiga, apakah ini bukan kali pertamanya dia mengalami kejadian menyeramkan. Namun tentu saja anggapan itu akan tetap dia simpan di dalam hati."Aku gatau." Dia mengeluarkan raut muka sedih. "Anastasia ga bilang apa-apa.""Mungkin saja Anastasia berbohong," u
Read more
28. KALUNG BULAN SABIT
Akhirnya Luna memberanikan diri melihat ke pundaknya. Benar saja kepala anak kecil menyembul dari sana. Luna bisa melihat giginya yang tidak rapi serta mukanya yang hitam. Rongga matanya besar namun kosong. Sontak membuat Luna terdiam. 'Gimana ini?' batinnya berkata.'Mungkin jika aku menutup mata sebentar dia akan hilang,' pikir Luna. Akhirnya dia menutup matanya. Kemudian beberapa menit kemudian membuka kembali. Namun sosok tersebut masih di sana. Menempel erat di pundaknya. Lama kelamaan sosok itu semakin berat.Dia kemudian berlari ke mamanya. Orangtuanya masih mengobrol di ruang tamu. Sedikit heran dengan tingkah Luna. "Kamu kenapa? Lari-lari di dalam rumah."Luna menelan ludahnya. Dia mencoba mencari tahu. "Mah ada yang nempel di pundak aku ga?" ucapnya sambil berbalik ke belakang.Rhea mengangkat alisnya. Dia terlihat kebingungan. "Ga ada apa-apa tuh."Mendengar itu, Luna langsung menggigit bibirnya. Mungkinkah esok hari sosok ini akan hilan
Read more
29. TOLONG AKU
Dengan refleks, Luna berbalik ke belakang. Tidak ada siapapun di sana. Nafasnya masih memburu karena terkejut. Dia meletakan lengan di dada. Terasa debaran jantung yang cepat. "Aku benar-benar lelah rupanya."Luna kemudian merebahkan dirinya di kasur. Dia ingin beristirahat sebentar. Kemudian dia mendengar suara pesan chat masuk ke smartphonenya "Tring". Segera dia mengambil benda persegi panjang tersebut. Rupanya dari Galang. Dia berkata bahwa dia sudah sampai di rumah. Luna tersenyum senang membacanya.Tidak lama kemudian sebuah chat masuk terlihat di pop up layar smartphonenya. Masih dari orang yang sama. "Bolehkah aku menelpon?"Tanpa memakan waktu lama. Sebuah nada dering terdengar di telinga. Nama "Penyelamat" tertera di sana. Segera Luna mencari earphone miliknya dan meletakan di telinga. Agar suara Galang bisa didengarnya dengan jelas."Halo ka!" sapa Luna."Halo," jawabnya. "Bagaimana di sana? Apa kamu senang bisa pulang ke rumah?
Read more
30. JAWABANNYA ADA DI SURAT DARI KAKEK
"Luna!" panggil Rhea.Gadis itu terbangun. Dia melihat ibunya di samping ranjang. Dia menunjukan wajah khawatir. Kemudian dibelainya rambut Luna dengan lembut. "Kamu gapapa sayang? Mimpi apa sampai kamu teriak-teriak seperti ini?""Gapapa kok ma! Cuman bunga tidur aja kok," jawabnya. Dia membasuh wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Badannya serasa berkeringat. "Aku tidur lama ya?"Rhea mengangguk. "Sekarang sudah jam delapan malam. Lanjut tidur aja lagi. Tapi jangan lupa membaca doa!""Aku mau makan dulu deh ma!" bantahnya. Luna kemudian turun dari ranjang dan mengambil ponselnya. Diikuti oleh Rhea mereka menuju ruang makan bersama-sama.Mereka berdua bertemu dengan Dimas di ruang tengah. Sedang menonton sepakbola sendirian. Melihat Luna, Dimas langsung mengajaknya duduk bersama. "Sini na, kita nonton barengan.""Biarin anaknya makan dulu!" potong Rhea.Luna kemudian menuju meja makan. Di sana tersaji beberapa santapan yang lezat
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status