Semua Bab SANG INDIGO: Bab 61 - Bab 70
111 Bab
61. KEMARAHAN HANTU BONEKA
"AAGGGGGGHHHHHHH!"Suara teriakan terdengar dari kamar Bella. Galang yang mendengar hal tersebut langsung turun dari kamarnya. Ini keempat kalinya ibunya menjerit-jerit sendiri di kamar. Kini mahasiswa tampan itu tampak letih menanggapi berbagai keanehan yang terjadi di rumahnya.Sementara Renatta terus mengurung diri di kamar. Dia mengunci kamarnya setelah Galang membanting boneka Anastasia. Boneka tersebut pecah. Galang pun menyadari setelah boneka tersebut dibanting dia merasa tubuhnya merinding. Namun nasi sudah menjadi bubur, tidak ada yang bisa dia lakukan lagi.Begitu Galang membuka pintu kamar Bella, dia melihat ibunya menjerit-jerit sendiri. Wajahnya terlihat lebih tua dibandingkan dengan sebelumnya. Bella menunjuk ke atas ke langit-langit. Matanya mengeluarkan air mata dan terbuka sangat lebar. seakan-akan di sana ada sesuatu yang terus menatapnya.Dia langsung menangkap lengan ibunya. Sambil mencoba untuk tetap tenang, dia membisikan sesuatu di
Baca selengkapnya
62. DITEMANI ASIH
Tok.. tok... tok...Luna mengetuk pintu kamar Danny. Dia ingin memberikan informasi tentang foto. Sayangnya beberapa kali mengetuk Danny tidak memberika jawaban. "Apa dia sedang tidak di kosan?"Tidak lama kemudian Sarah keluar dari kamarnya. Dia memandang Luna yang berdiri di depan pintu kamar seniornya. "Apa yang kamu cari Luna?""Apakah ka Danny di kosan?" tanya Luna.Sarah mendekati Luna. "Kenapa mencari dia?""Aku ada perlu," jawabnya."Karena ka Galang izin cukup lama, akhirnya dia menghandle semua kegiatan BEM yang ditinggalkan. Sepertinya dia akan berada di kampus sampai tengah malam." Sarah menjelaskan panjang lebar.Luna mengangguk paham. Kalau begitu dia akan mengirim informasi tentang ini lewat chat saja. Sambil menunggu seniornya itu pulang. "Terima kasih Sarah!"Sarah mengangguk dan pergi ke kamarnya. Luna kemudian memotret foto Anastasia. Dia memberikannya kepada Danny. Ceklis satu, sepertinya seniornya itu sibuk
Baca selengkapnya
63. KUCING HITAM PUTIH
"Pergi sana!" usir Luna. Yang benar saja, dia tidak akan mungkin mau mengorbankan apapun untuk mahkluk buruk rupa ini. "Kamu ingin aku memotong ayam dan memberikannya kepadamu. Mana mau aku melakukannya!""HIHIHIHIHIHIHIHI!" Asih tertawa lagi. "Sayang sekali, padahal dulu ada yang bersedia menumbalkan nyawa untuk dia penguasa di sini!"Deg...Penguasa? Jadi si sini ada raja? Benarkah apa yang dikatakan Asih? Mendengar perkataan Asih membuat sekujur tubuh Luna bergetar. Sugesti mulai merambah dirinya. Ada sedikit kekhawatiran bagi Luna jika yang dia hadapi bukanlah hantu biasa melainkan sesuatu yang lebih besar. "HIHIHIHIHIHI!" Tawa Asih semakin melengking. Suaranya terdengar begitu jelas di telinga Luna. "Kamu mulai takut!"Luna berusaha untuk menepis fakta itu. Dia tahu mahkluk-mahkluk seperti Asih pasti men
Baca selengkapnya
64. PETI MATI ANASTASIA
Brukkk...Luna terjatuh di atas benda padat. Beberapa kulit tubuhnya tergores. Beruntung tidak ada yang retak. Hanya lecet-lecet di beberapa bagian saja. "Awwwwww!"Yang dia cari pertama adalah handphone miliknya yang terjatuh. Berungtung sekali handphone itu terlempar tidak jauh dari tempatnya duduk. Hanya saja layarnya sedikit retak."Semoga tidak rusak!" Luna menyalakan handphonenya kembali. Beruntungnya benda persegi panjang itu masih bisa digunakan. Meskipun dia sedikit kesal karena retakan layar yang tertera di muka.Dia menyalakan senter, kemudian mengarahkan ke seluruh ruangan. Ternyata Luna terjatuh cukup dalam. Jika diukur sekitar 2-3 meter jarak dia sampai ke permukaan. Dia melihat badannya lagi, suatu keajaiban dia terjatuh sedalam itu hanya menyisakan luka memar dan lecet."Meooonggg!"Rupanya Luna tidak sendirian. Batman juga terjatuh ke dalam lubang. Dia langsung mengangkat kucing kecil itu dan menggendongnya. "Kasihan sekali
Baca selengkapnya
65. 1942
Warning!Ada beberapa adegan kekerasan di sini. Mohon bijak dalam membaca. Autor hanya berusaha menuliskan keadaan dengan sebaik mungkin. "Jenny!" seru Luna.Hantu gadis kecil itu masih menunjuk satu peti mati lagi. Luna kembali melangkah. Dalam hati dia menebak-nebak peti mati siapa yang bersamaan dengan Anastasia. Kenapa kedua peti mati tersebut terletak di sana.Setelah beberapa langkah Luna sampai di depan peti mati tersebut. Dia berharap peti mati ini memiliki petunjuk dan nama seperti halnya peti mati Anastasia. Sehingga Luna akan mendapatkan petunjuk baru."Sial!" ucapnya. Peti mati kedua kosong. Tidak ada tulisan apapun di atasnya.Luna kembali menengok ke tempat Jenny. Dia masih menunjuk peti mati tersebut. "Kamu ingin aku membuka peti mati ini? Tidak mungkin! Itu gila!"Jenny tidak menjawab. Dia masih saja menunjuk peti. Jantung Luna semakin berpacu kencang. Benarkah dia akan seberani itu? Siapkah dia membuka p
Baca selengkapnya
66. BERANGKAT MENUJU GALANG
"Luna! Bangun!" Danny menggoyang-goyang tubuh junior kampusnya tersebut. Dia tiba tepat waktu. Dia baru saja sampai ke kosan dan menelpon Galang. Setelah telepon singkat tersebut, Danny langsung bergegas untuk mencari Luna.Meskipun dia ketakutan, namun Danny mencoba untuk menyingkirkan hal itu. Bagaimanapun caranya, dia harus menemukan Luna di kebun belakang. Meskipun harus menuju kebun belakang sekali lagi.Luna mengerdipkan mata. Dia baru tersadar dari mimpinya. "Ada apa denganku?""Entah Luna. Aku sampai di sini kamu sudah tertidur. Sepertinya pingsan mungkin," terang Danny. Dia pun terkejut melihat Luna yang tergeletak di bawah tanah."Bagaimana kakak menemukanku?" tanya Luna."Itu-! Nanti saja. Lebih baik kamu siap-siap berangkat!" Danny menempatkan lengan Luna di bahunya. Mencoba untuk memapah gadis itu."Berangkat?" tanya Luna. "Memang kita mau ke mana?""Bogor!"***"Jadi Batman yang membantu kakak untuk menemuk
Baca selengkapnya
67. MARI KITA KELUAR
"Kakak aku takut!"Renatta memeluk kakaknya. Mereka bersembunyi di kamar Galang di lantai dua. Beruntung sekali Galang bisa menangkap adiknya yang terjatuh di ketinggian. Pengalaman hari ini begitu menegangkan. Ibu mereka bertingkah sangat aneh. Seakan-akan menginginkan nyawa Renatta."Aku ada di sini!" Galang mengelus kepala adiknya. "Aku tidak akan membiarkanmu dibawa.""Hiks!" Renatta mulai menangis. Namun dia menahan suaranya, hanya air mata yang keluar dari kedua bola matanya. "Anastasia bilang-! Anastasia bilang akan membawaku! Dia bilang tidak ingin berpisah denganku!"Galang semakin memeluk erat adiknya. "Tenang saja, aku tidak akan membiarkan setan jahat itu melakukan apapun kepadamu!""Bagaimana dengan mama?" tanya Renatta. Kedua bola matanya yang berlinang air mata itu menatap serius ke arah kakaknya. Galang tidak bisa menampik hal tersebut, dia hanya bisa membuang muka. Dia tidak menyangka Anastasia akan memasuki tubuh ibunya. Membuatny
Baca selengkapnya
68. POHON TUMBANG, CEPAT ATAU KITA AKAN TERLAMBAT
"Masih jauh?" tanya Luna. Karena terburu-buru Luna hanya mengenakan jaket seadanya. Dia sedikit kedinginan.Danny pun demikian. Mereka benar-benar mengejar waktu. "Sedikit lagi Luna. Tinggal lurus saja kemudian kita akan memasuki perumahan tempat Galang tinggal."Tidak lama kemudian mereka berdua mulai memasuki daerah tempat tinggal Galang. Ketika mulai memasuki gerbang perumahan, Luna merasakan situasi yang berbeda dari terakhir kali dia datang berkunjung. Seakan-akan ada sesuatu yang akan terjadi nanti.Luna melihat ke langit. Matanya terbuka lebar. Dia benar-benar tidak sadar saat itu bulan purnama sedang bersinar terang. "Sekarang bulan purnama ya? Aku tidak sadar.""Betul Luna!" Danny berbicara sambil mengendarai motornya. "Aku juga tidak sadar. Tapi kenapa ya aku melihat bulan seakan-akan terlihat mengerikan.""Hmm!" Luna tidak ingin berkomentar apapun. Dia pun merasakan hal demikian. Ada yang aneh malam ini. Seakan-akan ada sesuatu yang menu
Baca selengkapnya
69. PENUMPANG TAMBAHAN
"Kamu baik-baik saja Luna?" tanya Danny.Gadis itu mengangguk. Sambil berpegangan erat ke jaket seniornya, dia tetap mencoba tenang duduk di atas motor.Danny sendiri mengendarai motornya dengan hati-hati. Kali ini mereka mulai memasuki wilayah pepohonan rimbun. Lewat dari sini tanah orang mati akan menanti. Wajahnya tampak was-was. Dia masih memiliki memori tentang dirinya yang dikerubuni hantu waktu itu. 'Hiiii, mana mau aku bertemu dengan setan-setan itu lagi!'"Kakak baik-baik saja?" tanya Luna."Baik tenang saja Luna aku kuat! Demi sahabatku!" ucap Danny. Lain halnya dengan hatinya, 'kuat-kuatin aja lah Lun! Yang penting ga pingsan.'Luna kemudian melihat ke sekeliling. Dia menangkap beberapa bayangan yang terbang di sekitaran pepohonan. Agar pikirannya tetap tenang, dia mencoba untuk mengalihkan pandangan. 'Ingat Luna, ini dekat pemakaman. Wajar jika kamu melihat banyak hal!' ucapnya dalam hati.Tiba-tiba saja Danny berhenti. Dia kemud
Baca selengkapnya
70. GENDERUO
"Maaf ka, dia memang mengikuti kita sedari tadi!"Secara mendadak bulu kuduk Danny langsung berdiri. Dengan spontan dia pun memegang tenguk lehernya. Seakan-akan ada sesuatu di sana. Dia mencoba untuk tetap tenang. "Dia tidak mengganggu kan?"Luna nyengir. Dia kemudian menggeleng. Awalnya Danny bersyukur, dia merasa gelengan itu artinya dia tidak mengganggu. Sayangnya perkataan Luna malah membuat dia semakin tidak tenang. "Aku tidak tahu ka!"'Astaga Luna!' Danny hanya bisa menjerit di dalam hatinya. "Yasudah kita jalan pelan-pelan. Siapa tau dia turun dan pergi.""Iya ka!" ucap Luna. Mereka kemudian mulai berjalan. Luna berjalan di sebelah Danny. Sedikit-sedikit dia menoleh ke penumpang tambahan tersebut. Dia tidak menunjukan wajahnya. Hanya menunduk dengan seluruh rambut menutupi wajah. Dia hanya bisa berkata dalam hati, 'Semoga saja dia tidak mengganggu kami.'Danny menarik nafas panjang. Ternyata membawa motor besar dengan hantu usil yang ikut
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status