Semua Bab SANG INDIGO: Bab 71 - Bab 80
111 Bab
71. PARA HANTU PEMAKAMAN
Mata merah menyala itu menatap Danny dan Luna. Keduanya masih terpaku di tempat masing-masing. Tidak sampai di sana, mahkluk itupun menunjukan gigi taringnya yang besar dan panjang. Badannya besar dan berbulu. Ditambah suasana malam yang sepi di pemakaman menambah suasana mencekam bagi mereka berdua."Lu...! Luna...!" Bibir Danny bergetar saat menyebutkan nama juniornya tersebut. "A...! Apa...! Yang harus kita lakukan?"Luna sendiri tidak merespon. Kakinya terasa berat. Bukan hanya rasa takut dan ngeri yang dia rasakan, namun seakan-akan ada hantaman energi besar yang menekan dirinya. Rasa itu menjadi mual seketika dan membuat kepala Luna berat. Biasanya dia hanya merasakan hawa dingin dan beberapa energi dari mahkluk tersebut. Namun Genderuo di depannya serasa berbeda, dialah pemilik tempat ini. Kesalahan yang Luna dan Danny lakukan adalah memasuki tempat sakral ini tanpa izin."SIAPA KALIAN!!!!"Suara genderuo itu terdengar ber
Baca selengkapnya
72. QADAM
"Luna!" Danny melihat wanita tersebut dengan takjub. "Dia cantik, benar-benar tidak terlihat seperti hantu!""Kakak bisa melihatnya juga?" tanya Luna. Karena terpaku dengan para mahkluk di pemakaman membuat Luna baru menyadari bahwa senior kampusnya itu bisa melihat mereka. "Kakak indigo?"Danny menggeleng. "Boro-boro Luna. Baru sekarang aku bisa melihat mereka. Entah mengapa."Muncul berbagai pertanyaan dalam benak Luna. Namun sekarang bukanlah saatnya, dia harus fokus kepada wanita cantik ini. Dia menyapa Luna, seakan-akan dia mengenalnya. "Siapa kamu?"Belum sempat wanita cantik itu menjawab terdengar tawa dari arah genderuo. "HAHAHAHAHA! PANTAS SAJA GADIS INI BERANI, DIA MEMILIKI QADAM YANG MENGIKUTINYA."'Qadam?" tanya Luna dalam hati. Dia baru mendengar perkataan seperti ini. 'Apa itu qadam? Kenapa genderuo itu bilang aku memiliki qadam?'"Jadi kamu punya qadam Luna?" Danny pun ikut berbicara. "Pantas saj
Baca selengkapnya
73. SUNYI
"Akhirnya sampai juga!" ucap Danny. Mereka berdua telah sampai di depan rumah Galang, setelah sekian lama perjalanan. Mereka saling pandang satu sama lain, kemudian mulai menengok ke sekeliling. "Kok aneh ya Lun! Rasanya sepi. Bener-bener kaya ga ada apa-apa," ucap Danny. Luna melihat lagi ke arah sekeliling. Wajar saja sepi karena sudah tengah malam. Namun memang ada sesuatu yang berbeda dari dalam rumah. Seakan-akan ada sesuatu yang membuat mereka berfikir bahwa segala sesuatu di sini normal dan baik-baik saja. "Justru ka, aku merasa aneh karena terlalu sepi. Kaya suasananya benar-benar aneh." "Lebih baik kita ke dalam buat memastikan!" Danny berjalan ke depan. Luna mengikutinya, hingga akhirnya mereka sampai ke pintu depan. "Kita ketuk dulu kah?" tanya Luna. "Iya dong!" ucap Danny. "Jangan pernah lupakan tata krama dimanapun berada." Tok.. tok... tok... Danny mengetuk pintu. Tidak ada jawaban. Dia mencoba untuk kedua
Baca selengkapnya
74. PANGGILAN TELEPON
"Eh?" Luna melirik ke salah satu jendela di atas. Entah mengapa pandangannya teralihkan ke sana. Seakan-akan ada sesuatu yang memanggilnya. "Kenapa Lun?" tanya Danny. "Kaya ada yang manggil aku," ucapnya. Danny terlihat heran. Dia kemudian menggeleng-gelengkan kepala. "Jangan nakutin deh Lun! Liat suasana sepi gini kaya kuburan." Mata Luna menerawang ke jalanan dan halaman. Benar kata Danny suasana di sini sepi. Bahkan tidak terdengar suara sama sekali. "Ga tahu ya ka, rasanya malah aneh ga sih?" "Kita nyamperin hantu boneka aja udah termasuk aneh Lun!" ucap Danny. "Yaudah sekarang gimana? Kita langsung masuk aja?" tanya Luna. "Dikira maling ga ya?" Danny menimbang-nimbang. Luna juga ikut berfikir. "Gimana kalau kita ngintip dulu dari jendela? Terus keliling kalau dirasa ada hal yang aneh kita langsung mendobrak masuk." "Boleh!" Danny mengangguk. Dia setuju dengan ide Luna, daripada mereka diteriaki maling karen
Baca selengkapnya
75. LAMPUNYA MATI
"Halo?"Luna melangkah masuk ke dalam rumah. Angin dingin mulai menerka wajahnya. Suasana rumah sangat berbeda dengan saat dia mampir ke sini dahulu. Padahal jelas Luna belum lama mampir ke kediaman Galang."Ka Galang?" tanya Luna.Gadis itu menengok ke kanan dan kiri. Tidak ada jawaban apapun. Suasananya benar-benar aneh. Keadaan saat itu gelap gulita. Lampu tidak menyala. Luna pun melihat beberapa pecahan kaca. Pikirannya langsung menerawang. 'Ada apa sebenarnya di sini? Kenapa keadaan sangatlah kacau?'Luna masuk lebih jauh lagi ke dalam. Dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya ada di sini. "Ka Galang? Renatta? Tante Bella?"Semua penghuni rumah disebutkannya satu persatu. Sayangnya tidak ada seorang pun yang membalas panggilannya. Hal itu membuatnya semakin ragu. Di dalam hatinya dia bertanya, 'apa aku menunggu ka Danny saja? Apa aku masuk bersama dia saja?'Setelah masuk beberapa langkah. Dia merasa tubuhnya aga berat. Seolah-olah ba
Baca selengkapnya
76. LARI LUNA
Di kosan belanda sesuatu terjadi. Tepat di makam Anastasia sudah berdiri dua orang. Mereka mengenakan tudung hitam. Membuat wajah mereka benar-benar tidak bisa dikenali oleh orang lain."Luna baru saja dari sini," ucap salah satu dari mereka. Dia melihat sekeliling. Tangannya juga menyentuh lantai dan dinding. Seakan-akan mencari jejak tertentu."Sekarang dia berada di kediaman Galang. Haruskah kita melakukannya?" tanya seorang lagi.Orang itu hanya tersenyum. Dia membawa lilin di tangannya. Kemudian berjongkok di lantai. Dia mengeluarkan pisau kecil dari salah satu kantong bajunya. Tanpa aba-aba dia menusukan pisau tersebut ke kulit tangannya. Darah mulai menetes. Tidak sampai di sana, dia membentuk hexagram dari darahnya yang mengucur tadi. Setelah selesai dia memberikan perintah, "jejerkan lilin-lilin di sekeliling sigil!"Temannya mengangguk. Kemudian mulai menjejerkan lilin yang dibawanya. Lilin tersebut dijejerkan mengelilingi hexagram. Setelah itu
Baca selengkapnya
77. BERSEMBUNYI DI GUDANG LANTAI DUA
Luna masih berdiri mematung. Dia hanya bisa berteriak. Sementara Bella bersiap untuk menerkam dirinya. Gadis itu menutup matanya. Dia terlihat pasrah. Sampai sebuah tangan menariknya ke samping. Menyebabkan lompatan Bella gagal mengenainya.Siapa sangka, Luna berada di dalam pelukan seseorang. Sosok ini adalah, sosok yang sangat dikenalnya. Dia adalah penyelamat Luna. Entah berapa kali lamanya, gadis itu terus menerus diselamatkan olehnya."Ka Galang?" Luna menengok ke atas. Gelap, wajah Galang tidak terlihat. Namun Luna menyadari, dia benar-benar Galang. Tidak salah lagi."Hosh... hosh... hosh..!"Bunyi nafas Galang terdengar tepat di telinga Luna. Membuat jantung gadis itu menjadi berdebar-debar dengan kencangnya. Di dalam hati, dia hanya bisa berdoa, 'Ya Tuhan, semoga ka Galang tidak mendengar suara jantungku yang berdebar dengan kencang ini!'"Kamu ga apa-apa Lun?" tanya Galang. Tangan kanannya merangkul bahu Luna. Membuat gadis itu benar-benar
Baca selengkapnya
78. TERKUNCI LAGI
Brak.. brak... brak...Mereka berdua terkejut mendengar suara gebrakan pintu. Luna bahkan melangkah mundur. Keringat mengalir di pelipisnya. Dia tahu siapa yang ada di balik pintu. Hantu Anastasia yang merasuki Bella sedang berusaha untuk menangkap mereka."Apa yang harus kita lakukan?" tanya Luna. Jika lampu tidak gelap, mungkin Galang bisa melihat wajah Luna yang panik saat ini."Kita tahan pintunya!" Galang langsung mengambil beberapa perabotan dan meletakannya di depan pintu. Mulai dari kursi tua, buku, lampu, pokoknya benda apapun yang mereka temukan langsung dijejerkan di sana. Luna pun membantu, dia ikut mencari beberapa barang.Sampai beberapa menit kemudian, gebrakan di pintu berhenti. Tanpa sadar, Luna dan Galang saling berpegangan satu sama lain. Mereka menunggu sampai Anastasia benar-benar pergi. Ketika mereka tersadar, dengan wajah malu-malu genggaman itu dilepaskan."Maaf!" ucap Galang. Luna hanya mengangguk sambil membuang muka. Enta
Baca selengkapnya
79. RENATTA KAMU DI MANA?
"Lunaaaa...! Galang....!" teriak Danny. Brakkk... Tiba-tiba saja pintu yang semula terbuka mendadak tertutup. Danny terkejut. Namun dia tetap mencoba untuk menguatkan hatinya. "Angin itu angin, udah positif thinking aja Dan okeh!" Mahasiswa itu mulai melangkah menelusuri ruang tamu. Dengan berbekal flashlight dari handphone miliknya, dia mencoba mencari petunjuk apa yang terjadi di sini. Krang, suara pecahan kaca yang terinjak mengagetkan Danny. Segera dia mengarahkan senter ke sana. "Apaan nih! Banyak pecahan kaca kaya abis perang aja deh!" ucapnya spontan. "Galang abis nonton MMA kali ya sampai kaya begini. Mana lampunya mati lagi!" Danny mengarahkan handphonenya untuk mencari saklar terdekat. Dia berjalan mendekat ke arah sofa. "Kalau tidak salah ada di sini deh! Gelap banget rumahnya. Bikin serem aja." Setelah beberapa menit mencari akhirnya saklar itu ketemu. Segera dia mendekatkan tangannya untuk menyalakan lampu. Pik..., pik...,
Baca selengkapnya
80. AKHIRNYA BERTEMU
Kuntilanak putih yang terus menerus mengikuti Danny berdiri di depan pintu dapur. Danny hanya bisa berdiri mematung sambil menatapnya. 'Astaga ini kunti, kayanya seneng banget ganggu hidup orang! Ada masalah hidup apa sih'"Hihihihihihihihi!""Mau apa ngikutin terus?" tanya Danny. Dia sedang dalam misi menyelamatkan Galang, dia tidak boleh diganggu oleh mahkluk yang niatnya tidak jelas seperti kuntilanak ini."Hihihihihihihihihi!"Lagi-lagi kuntilanak di depannya hanya tertawa. Awalnya membuat Danny takut, namun pengalaman bertemu dengan genderuo, tukang sate dan kuntilanak berkali-kali nampaknya membuat mahasiswa itu menjadi lebih terbiasa. Dia tidak menyadari sesuatu bahwa mulai saat ini indra ke enamnya akan terbuka.Danny kemudian mengalihkan cahaya senter handphone ke atas tangga. Dalam hati dia berkata, 'terserah deh kuntilanak ini mau ngapain. Mendingan cari Galang sama Lun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status