All Chapters of Nadira: Chapter 1 - Chapter 10
19 Chapters
1. Asal Muasal Nama
Nadira Anjani Armaleo.Nama yang bagus, terlalu bagus untuk disematkan padanya. Nama Nadira seharusnya identik gadis anggun, pemalu dan ceria. Namun, tidak dirinya. Aih,  kecuali ceria tentunya. Bahkan semua orang akan mengira dirinya kelebihan dosis kecerian.Dia tidak anggun. Dia itu; bar-bar, suka ceplos-ceplos, cerewet dan masih banyak sikapnya yang bisa membuat sang bunda menggeleng tak habis pikir.Kata bunda, namanya diambil dari nama gadis kecil yang datang di mimpi bunda-- Alleira Cahaya Starla-- sesosok gadis cantik dan menggemaskan, mengaku sebagai Nadira dan anak bunda, hanya itu cerita singkat asal muasal namanya.Sedangkan Anjani, nama ibu dari Hanoman di film Sinta dan Rama. Bunda adalah menggemar garis depan film-film india. Itulah sebabnya nama tengahnya nama itu.Nadira punya kembaran; namanya, Nadila Sinta Armaleo dan adik laki-laki bernama Gibran Arnov Armaleo. Dari mana nama-nama itu? Tentu saja dari mim
Read more
2. Nadira Anjani Armaleo
 Coba tanya pada setiap sudut di SMA Bina Bakti tentang siapa Nadira Anjani Armaleo?Maka jawaban hampir seluruh murid, guru, satpam, ibu dan bapak kantin, benda mati, tumbuhan, cicak, kecoa, semut serta udara atau angin yang tak sengaja lewat akan dengan lantang menjawab;Suka melanggar peraturan, sering membuat guru naik darah, suka bolos, ikut tauran, intinya dia gadis bermasalah. Silangganan ruang BK, tapi anehnya orang tuanya tidak pernah dipanggil.Jika ada yang bertanya apa sikap yang bisa dijadikan panutan? Maka jawabannya; kesetiaan gadis itu dalam berteman, keceriaan yang tak pernah pudar sekalipun dia dihukum membersihkan toilet, kebaikan hatinya dalam membela anak-anak yang di bully, otak cerdas turunan sang ayah, dan terakhir ramah.Kata bunda, sikap jelek Nadira adalah turunan dari sang ayah sedangkan sikap baik gadis itu sudah jelas adalah turunan darinya, wah keren sekali.Pagi itu Nadira melangkah santai, tidak peduli
Read more
3. Buli Terus
Siang itu kantin sesak akan para murid, suara ibu dan bapak kantin saling bersautan dengan murid-murid yang haus dan lapar.Semua meja nampak penuh. Di SMA Bina Bakti, semua angkatan berkumpul di kantin yang sama. Disediakan pintu untuk setiap angkatan dari kelas 10-12.Nadira tentu saja duduk di meja satu gengnya, bukan dalam artian geng motor atau geng yang ada di otak pintar kalian. Hanya gerombolan anak bermasalah.Erlan, si ketua kelas tentu saja termasuk salah satunya, Nadira dan Nindia adalah murid kelas 11 sedangkan yang lima orang lainnya adalah kakak kelas dan dua adik kelas cowok, dalam empat meja yang disatukan mereka bersembilan duduk bersama."Dir, gua denger lu dihukum sama pak Irwan buat hormat ke pak Rio, gimana rasanya?" Asep bukan Septian ya, namanya Aseprudin, kakak kelas Nadira, bertanya.Nadira yang ditanya seperti itu langsung saja manyun, kesal sekali kalau mengingat guru nyebelin yang kalah ganteng dari ayah Arga. Nam
Read more
4. Ijin Bunda
 Pulang sekolah, tentu saja menjadi saat-saat yang ditunggu hampir semua murid, tapi ada juga beberapa murid yang tidak ingin pulang.Namun, tidak dengan Nadira, gadis itu dengan riang dan suka cita melangkah ke arah gerbang, rambutnya sudah diikat tinggi, tas maronnya melekat santai di punggungnya.Sesekali bibir mungilnya bersenandung."Stop." Langkah Nadira berhenti kala mendengar seruan dan seseorang berdiri di depannya. Dengan reflek dia bersenandung."Kau mencuri hatiku, eaaaak," kekehnya ketika mendapati, Lukas, si kakak kelaslah yang menghadangnya."Yeeeee, malah nyanyi." Lukas menoyor kepalanya, lantas dengan kesal Nadira mencekal tangan cowok itu dan memilintirnya ke belakang.Sudah dia bilang, dia paling tidak suka tubuhnya disentuh. "Dont touch me!" katanya tajam.Lukas meneguk selvinanya, menyengir disela sakit ditangannya. "Iya-iya, enggak gue ulang, Dir," lirihnya menahan sakit, Na
Read more
5. Kangen Kakek
 ***Sore itu, jalan anggrek dipenuhi puluhan anak SMA, di kubu kanan ada SMA Jaya sedangkan di kubu kiri ada SMA Bina Bakti.Nadira berdiri di samping Lukas, di belakang mereka lebih dari 15 murid SMA Bina Bakti berjejer. Hal sama juga terjadi di kubu kanan, lebih dari 20 murid SMA Jaya berdiri bersama senjata masing-masing.Nadira berdiri dengan mata berbinar, seakan baru saja melihat idolanya berdiri di depannya. Ditangannya ada sehelai kain basah, teman-temannya bahkan sampai bingung untuk apa kain tersebut saat seharusnya gadis itu membawa senjata seperti balok, besi, atau sejenis senjata mematikan lainnya?Tapi dengan enteng dia menjawab: "Kata nda enggak boleh kasar, enggak boleh bikin anak orang masuk kuburan karena nda si penguasa dunia itu lagi enggak nerima tamu."Tentu saja semua teman-temannya kembali dibuat melongo tak habis pikir, dan akhirnya membiarkan gadis itu berlaku seenaknya, sedangkan Lukas membawa dua pemukul bisb
Read more
6. Cewek manja
Happy reading  ***  "Ndaaaaaaaa," rengek Nadira ketika melihat bunda berdiri di depan pintu utama.  Gadis itu berlari, menubruk tubuh berdaster bunda dan menangis layaknya anak kecil.  "Eh, kakak kenapa, kok nangis? Mana yang luka? udah nda bilang jangan tauran, kan kalau kalah pulang nangis," omel bunda, tapi, tetap memeluk balik tubuh Nadira yang terisak, tangannya membelai kepala putri sulungnya.  "Hiks bukan karena tauran nda, hiks," kata Nadira memberitahu, gadis itu semakin menenggelamkan wajahnya pada dada sang bunda, "Huaaaa Dira kangen kakek."  Kening bunda berkerut, menatap suaminya dengan pandangan bertanya, meminta penjelasan, tapi sayangnya ayah hanya mengangkat bahu acuh. Lalu, pandangannya beralih pada sekumpulan anak remaja, bunda tersenyum ramah.  "Ya udah kita masuk dulu ya, kita ngobrol di dalam," ajak bunda melepas pelukan Nadira. Namun, bukannya melepaskan bunda sepenuhnya
Read more
7. My Mafia
Happy reading *** Hari senin menjadi hari yang paling dibenci Nadira, bangun pagi dan tentu saja ikut upacara bendera. Sekalipun malas, gadis yang hanya memakai topi tanpa dasi tersebut tetap dengan percaya diri berdiri di barisan kedua paling depan, lolos dari rajiah lengkap berseragam. Upacara tengah berlangsung, setiap sesi sudah di mulai ketika Nadira merasa kakinya terasa lelah, sesekali gadis itu akan menghentak-hentakkan kakinya kesal, menggerutu saat kepala sekolah di depan sana tak kunjung menyelesaikan pidatonya. "Sebagai generasi bangsa, sudah selayaknya kalian mempertahankan sikap-sikap teladan, baik sikap di sekolah, di rumah atau di masyarakat. Apa saja salah satu contohnya? misalnya di sekolah, mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan." "Nyenyenye," lirih Nadira kesal. "Dan masalah prestasi ...." Nadira sudah muak, kesal mendengar hal yang sama. "Tuh k
Read more
8. Arya
Happy reading *** ["Kali ini apa lagi alasanmu ikut tauran, Arya?!"] Suara bentakan dari sebrang sana dibalas hening. ["Jangan malu-maluin keluarga ya kamu!! Kamu saya sekolahkan bukan untuk jadi seorang pembuat onar, mengerti kamu?!"] Lagi, suara bentakan terdengar. ["Arjuna Narayan Bagaskara, kamu dengar atau tidak, hah?!!" ] Dengusan terdengar. "Udah?" tanyanya datar, suara dengusan kasar di sebrang sana membuat kekehan hambar meluncur dari bibirnya. "Kalau udah, saya tutup." ["HEH, ANAK KUR---"] klik! "Berisik," dengusnya memasukan ponsel ke dalam saku celana abu-abunya. Seperti yang kalian dengar, namanya Arjuna Narayan Bagaskara. Entah dari mana nama itu di ambil dan apa alasannya, Arya tidak tahu. Setahunya dua nama di depan nama kebesaran ayahnya adalah nama pemain film india. Mungkin ayah atau ibunya adalah penikmat film tersebut, atau entahlah, pikirnya.&nbs
Read more
9. Bertemu
Happy reading *** Nadira berdecak, menatap sekeliling dengan seksama, dia sudah berdiri di samping gerbang SMA Bina Bakti dari 30 menit yang lalu. Menanti dan berharap sosok yang sadari pagi dia cari, muncul. My Mafia, where are you?-- batinnya mendramatis keadaan. Dia sudah bosan berdiri layaknya seles di toko-toko. "Oyy, ngapain lu?" Rika, si kakak kelas menghampirinya. "Nungguin bang Arya," jawab Nadira tanpa menoleh ke arah Rika. "Arya saha?" "Arjuna Narayan Bagaskara." "Ngapain lu nyari dia?" tanya Rika menatap penasaran Nadira yang masih belum menatapnya, tumben Nadira mau menunggu seperti saat ini. "Jangan bilang, dia itu cowok yang lu bilang keren?" Kepala Nadira mengangguk dua kali. "Dia ke mana sih?" decaknya menatap tidak suka orang-orang yang menatapnya. "Eh, Dir, bener tuh cowok orangnya?" "Iya. Eh, kak, kelas lu seb
Read more
10. Terkejut
Happy reading ** "Kak Dira?" Nadira yang tersenyum-senyum sambil memeluk boneka besarnya menoleh, menatap Nadila dengan senyum yang tak luntur sedikitpun. Tangannya melambai ke arah kembarannya yang berdiri di depan pintu. "Sini, Dek," panggilnya. Nadila masuk. Sudah dia duga, perasaan senang yang meletup-letup di hatinya sudah jelas berasal dari kembarannya ini. Mereka berdua memang sebatin, satu yang merasakan, maka yang lain ikut merasakan. "Sini-sini, duduk sini, Dek." Nadira menepuk sampingnya, meminta Nadila untuk ikut bergabung bersamanya. "Kakak ngapain senyum-senyum kaya orang gila gitu?" tanya Nadila manatap kakaknya penuh selidik, dia tahu Nadira itu orangnya ceria, berbanding terbalik dengannya yang pendiam dan terkesan cuek. Namun, melihat kembarannya bertingkah seperti ini, jelas Nadila penasaran. Nadira yang dikatakan gila tidak tersinggung sama sekali. 
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status