Share

9. Bertemu

Happy reading 

*** 

Nadira berdecak, menatap sekeliling dengan seksama, dia sudah berdiri di samping gerbang SMA Bina Bakti dari 30 menit yang lalu. 

Menanti dan berharap sosok yang sadari pagi dia cari, muncul. 

My Mafia, where are you?-- batinnya mendramatis keadaan. Dia sudah bosan berdiri layaknya seles di toko-toko. 

"Oyy, ngapain lu?" Rika, si kakak kelas menghampirinya. 

"Nungguin bang Arya," jawab Nadira tanpa menoleh ke arah Rika. 

"Arya saha?" 

"Arjuna Narayan Bagaskara." 

"Ngapain lu nyari dia?" tanya Rika menatap penasaran Nadira yang masih belum menatapnya, tumben Nadira mau menunggu seperti saat ini. "Jangan bilang, dia itu cowok yang lu bilang keren?" 

Kepala Nadira mengangguk dua kali. "Dia ke mana sih?" decaknya menatap tidak suka orang-orang yang menatapnya. 

"Eh, Dir, bener tuh cowok orangnya?" 

"Iya. Eh, kak, kelas lu sebelahan kan sama dia?" Nadira yang baru ingat menoleh cepat ke arah Rika, berbinar. 

"Iya, kenapa?" tanya Rika bergidik melihat bagaimana Nadira bertingkah sok imut. 

Emang imut, sih. 

"Tapi dia jarang masuk," lanjut Rika memberitahu. 

Nadira nampak berpikir. Kira-kira kenapa Arya jarang masuk? 

🎶Oh ibu dan ayah selamat pagi, ku pergi sekolah sampaikan nanti.🎶 

Bunyi di saku bajunya menyadarkan Nadira, gadis itu dengan capet meronggoh ponselnya. Menatap sekilas nama bunda kemudian mengangkat telpon tersebut. 

Mengabaikan Rika yang melongo sehabis mendengar lagu yang dijadikan Nadira dering telpon. 

Emang gila nih anak, otaknya harus dipertanyakan~ batin Rika. 

"Iya, bunda. Eh, assalamulaikum dulu, aku lali hehehe," salamnya dengan cengiran. 

Rika di sampingnya masih menatap Nadira, siapapun yang melihat Nadira seperti saat ini akan berpikir kalau Nadira itu lemah, nyatanya Nadira bisa mengalahkan 10 orang sendirian. 

"Iya-iya, Dira bakal pulang, iya sekarang, Nda." 

Dan setelahnya, gadis itu kembali memasukan ponselnya ke dalam saku. Menatap Rika dengan senyuman polos. 

"Kak, gua harus balik, bunda udah nyuruh," pamitnya. 

Rika mengangguk, "Ya udah sana." 

"Wokkeh, papay akak." 

"Bye." 

Setelahnya Nadira menjauh, melupakan niat awalnya berdiri hampir sejam di samping gerbang SMA Bina Bakti. Menaiki motor metic-nya, dan berlalu. 

*** 

Siang itu, Nadira dengan santai membawa motornya, bersenandung kecil di cerahnya siang dengan udara yang menenangkan ketika menaiki motor. 

Merasa haus, Nadira menyempatkan diri berhenti di supermarket yang terjangkau oleh matanya. Membeli minuman dan beberapa makanan ringan. 

Nadira kembali melanjutkan perjalanan, melewati jalan yang biasanya dia tempuh. Mendung menyelimuti langit, membuat Nadira tersenyum. Dia suka hujan. 

Namun, kali ini jalannya terhenti. Dua puluh meter dari tempatnya berhenti, tauran besar-besaran terjadi. 

Dengan semangat Nadira memperbaiki letak motornya, duduk bersila di atas motor dan membuka makanan ringan yang beberapa waktu lalu dia beli. 

Matanya berbinar-binar melihat bagaimana sadisnya perkelahian itu. 

"Wih keren banget," decaknya kagum. Sesekali melirik siapa saja orang-orang di sana, kali aja ada yang dia kenal, pikirnya. 

Sampai akhirnya matanya melebar, mulutnya menganga, satu kripik yang baru saja masuk ke dalam mulutnya meluncur jatuh. 

"My ... Mafiaaa," serunya melompat. Nadira bahkan bertepuk tangan saking senangnya, cowok yang sadari tadi dia cari ternyata tengah bertarung dan dengan lincahnya menghindar atau memberi lawan pukulan sadis. 

Namun, sekejap mata juga binar senangnya menghilang, digantikan rasa kesal yang meluap-luap ketika dari arah belakang satu cowok hendak menyerang cowok-- yang dia panggil mafia-- dengan sebuah tongkat besi. 

Nadira berdecih," si anjing." Lalu berlari dengan tangan kosong, beberapa orang sempet meliriknya penasaran dan bertanya, tapi tetap tidak mengusik Nadira. Sesekali Nadira menghindar kala tak sengaja balok, besi atau bat (pemukul basbel) hampir mengenai dirinya. 

Bugh!! Sreeet!! 

Nadira menendang cowok yang entah siapa tepat di bahunya, membuat cowok itu jatuh. 

"Ngapain lu di sini?" Nadira menoleh, tersenyum lebar ketika Arya menatapnya nyalang. 

Arya yang kaget melihat kedatangan Nadira lantas bertanya, melirik sekilas cowok yang hendak menyerangnya tadi,kini sudah terbaring lemah di aspal. 

Tenaga nih cewek lumayan juga~ batinnya. 

Nadira yang hendak menjawab kembali melotot ketika melihat satu cowok lain hendak menyerang mafianya, menyebalkan. 

Dia dengan gesit melompat, menjadikan bahu Arya sebagai tumpuan tangannya, kemudian menendang si penyerang tepat di dada. 

"Enggak usah pedulin gua, fokus aja ke musuh-musuh lu, my mafia." setelah mengatakan itu, Nadira dengan lincah dan sadis mengahajar orang-orang yang marah padanya karena berani ikut campur. 

Arya kembali fokus, tapi sesekali matanya melirik was-was Nadira. Dia pikir cewek itu hanya pempuat onar di sekolah, tapi melihat bagamana Nadira bertarung, Arya cukup kagum tubuh mungil cewek itu lumayan lincah. 

Wiw! Wiw! Wiw! 

"ANJING, SIAPA YANG MANGGIL POLISI?!" Samson berteriak marah, masih menghajar musuh-musuhnya. 

Dor! 

"KABUR! POLISI!" teriakan itu membubarkan tauran besar-besaran itu. 

Bak ikan yang berkerumul kemudian dilempari batu, langsung bubar. Begitu pula tauran siang itu. 

Nadira masih bingung, menatap sekeliling yang kalang kabut. Dia menoleh ke arah Arya yang berdecak kesal. 

"My mafia ... Ini kenapa?" tanyanya mengerjab. 

Arya meliriknya tidak habis pikir, tidak bisakan Nadira dengar suara sirine mobil polisi dan suara tembakan di udara? 

"BOS, AYOK KABUR! ADA POLISI!" teriak Deon, wakil ketua Hillbillies. 

Bedecak sekali, Arya jelas tidak suka cara pengecut seperti ini, tapi mau bagaimana lagi kasus mereka sudah banyak tercatat di kepolisian, dan jika kali ini mereka tertangkap, ada kemungkinan pihak polisi akan memintanya untuk membubarkarkan Hillbillies yang sudah dia bangun lima tahun terakhir. 

Dengan cepat Arya menarik pergelangan tangan Nadira, mengabaikan keterkejutan cewek itu dan perlawanannya. 

"Hei my mafia, lepasin gua, dont touch me!" sentak Nadira kesal, tapi tidak berhasil. 

Hendak mengahajar Arya yang berani menyentuhnya, tapi urung melihat tatapan dingin cowok itu. 

Nadira bergidik, memilih diam. 

"Motor lu, di mana?" Arya bertanya, menatap lekat wajah bingung Nadira. 

Dasar lemot. 

"Hah?" 

"Motor lu di mana, buru," desak cowok itu. Nadira mengangguk dan menunjuk motor metic-nya. 

Sekali lagi Arya berdecak, kembali menarik Nadira. 

"BURU, OY! ARYA ITU POLISI DI BELAKANG LU, SAT!" 

"Bacot lu, setan," kesal Arya. Dia sempat menoleh ke belakang dan dengan langkah lebar mempercepat jalannya, benar kata Satria, di belakangnya gerombolan polisi mulai terlihat. 

"KALIAN BERHENTI!" 

"Bacot! naik buru!" Arya menyalakan motor Nadira dengan terburu-buru. Nadira yang mengerti langsung naik dan tanpa malu memeluk pinggang Arya. 

Arya sempet mendeliknya, hendak melarang cewek itu, tapi suara tembakan peringatan membuatnya menancap gas penuh. 

"AYOK PAK, KEJAR!" teriak Nadira menoleh ke belakang. Dia tertawa dan sesekali mengeluarkan lidahnya, meledek beberapa polisi yang mengejarnya. 

Polisi itu jelas tidak akan bisa mengejar motor kesayangannya, motor yang sudah dirombak ayahnya agar lebih cepat dari motor metic biasanya. 

"Yeeyyy mereka enggak bisa nangkap kita, my mafia." Nadira berucap girang, tangannya masih setia memeluk Arya. 

Arya yang membawa motor Nadira sempat heran akan kecepatan motor tersebut, tadinya dia mengira mereka akan tertangkap. 

Di jalan yang lumayan sepi, Arya memberhentikan motor Nadira. 

"Lapasin tangan lu!" titahnya datar. 

Nadira yang menyukai suara Arya selalu berbinar. 

"Enggak mau," kekehnya mengeratkan pelukannya. 

"Lepas!" lagi, Arya memerintah. 

Masih di abaikan Nadira. "My mafia, anter gua ke rumah gua," pintanya dengan pupil di imut-imutkan. 

Arya melirik lewat spion, bergidik melihat bagaimana menggemaskannya cewek itu. 

"Gua bukan mafia lu," tegas Arya dingin. 

"Bodo! Mulai dari pertemuan pertama kita, hari ini dan selamanya lu adalah my mafia." Final Nadira tak mau kalah. 

Arya menghela, mendengus kasar lalu kembali menyalakan motor Nadira. 

"Rumah lu di mana?" 

Dia yakin setelah hari ini hidupnya tidak akan tenang. 

*** 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status