All Chapters of PUDING JELLY: Chapter 11 - Chapter 20
82 Chapters
11. Bersama Albert
( PoV Asmara )"Wah, bagus banget Al." Seperti cerita di dalam novel-novel romantis, Albert membawaku ke tempat yang romantis, dimana aku bisa melihat bintang di atas langit dan lampu di sepanjang jalan ibu kota yang begitu indah. Penasaran di mana tempatnya? Di atas gedung Rumah Sakit milik keluarga Albert. Entah aku lupa atau aku memang tak menganggap penting untuk mengingatnya, jujur aku sudah pernah ke tempat ini. Ketika Albert menyatakan perasaannya kepadaku waktu itu. Namun sepertinya malam itu tak seindah malam ini. Benar-benar berbeda. "Kan udah pernah ke sini." Albert menata tikar dan kasur lantai yang kami bawa dari rumah. Kami memang berniat ingin berkemah di tempat ini. Kami juga membawa tenda. Namun Albert belum memasangnya. "Iya sih. Tapi dulu rasanya biasa aja." Aku berjalan ke arah Albert. Berniat membantunya memasang tenda yang kini sudah di keluarkannya dari tas bawaannya. "Bukannya dulu ke sininya sama aku dan sekarang sama aku lagi? Kok bisa beda rasanya?" "Ih,
Read more
12. Malam yang Sempurna
( PoV Asmara )"Apa kabar kamu Ra? Kamu aman kan di rumah kamu? Yah, meskipun setiap hari ketemu, aku tetap tak tenang memikirkan kamu yang sendirian di rumah itu." Albert mengelus rambutku yang berbaring di sampingnya. "Emmmm. Mungkin aku bisa di bilang menyesal karena sudah meninggalkan keluarga angkatku yang begitu baik kepadaku. Tapi setidaknya aku bisa berjuang untuk hidupku sendiri. Kalau di tanya kabar, kabar aku baik Al. Dan ya, kehidupanku aman-aman saja. Tapi jujur, aku sering merasa kesepian." Aku menatap lurus ke arah langit melihat gemerlap bintang di malam ini. Aku jadi rindu dengan teman-teman di panti asuhan. Seperti inilah kegiatan kami dulu setiap malam. Menatap bulan dan bintang. Belajar memaknai kehidupan. Kata Ibu Panti, belajarlah dari langit. Langit selalu membawa banyak pelajaran. Salah satunya tentang konsekuensi dalam sebuah pilihan. Ketika kita takut akan gelap dan ingin merasakan terang di siang hari, kita harus menerima terik sinar matahari yang terkadang
Read more
13. Sakit Albert
( PoV Albert ) 'Braaakkk!!!' Ku lempar semua yang ada di atas meja belajarku dengan begitu kerasnya. "Di mana sih obat itu?" Ku remas rambutku. Aku sudah putus asa. Sudah sekitar satu jam semenjak aku pulang sekolah, aku mencari benda itu, namun tak aku temukan juga. Benda yang begitu berharga untukku. Benda yang membuatku bisa menjadi lelaki baik di saat aku bersama dengan Asmara. Benda penting itu. Benda itu tak boleh hilang. Kembali ku kelilingi seluruh bagian dari kamarku untuk yang ke sekian kalinya, namun aku tetap tak menemukannya. "Sial! Siapa sih yang nyembunyiin obat itu? Aku lagi butuh banget!" Kali ini almari pakaianku yang menjadi sasaranku. Pakaian yang tertata begitu rapi itu pun tak lepas dari amukanku. Ku obrak-abrik semuanya. Tak ada satupun yang boleh tertinggal di dalam almari sehingga aku bisa dengan leluasa melihat ke dalamnya, apakah obat itu ada di dalam atau tidak. "Ah!!!" Aku membanting pintu almariku dengan amarah yang membara. Hingga pintu yang awalnya
Read more
14. Ancaman
( PoV Asmara ) "Ternyata ini penyebab kamu selalu nyuekin aku dan nggak ngebolehin aku menyentuh kamu Ra?" Aku terkejut. Sepagi ini Aksara sudah ada di rumahku? Apakah tadi malam dia kembali lagi setelah memarahiku, pergi dan tak bisa di hubungi? "Kamu kapan datang? Ini kan masih pagi banget." Aku mencoba mengalihkan pembicaraannya. Aku tahu dia pasti akan marah ketika tahu kalau aku menghabiskan waktuku semalaman bersama dengan Albert. Berkemah bersamanya."Di apain aja sama Albert?" Aksara tang tadinya duduk di atas sofa ruang tamuku, kini berdiri. Berjalan perlahan menghampiriku dengan kedua tangannya dia lipat di atas dadanya. "Apa sih? Udah ah. Aku mau mandi. Nggak mau telat ke sekolahnya." Aku tak menghiraukannya. Aku melanjutkan langkahku. Berniat masuk ke dalam kamar dan mengganti baju ku yang sudah bau bantal ini dengan seragam sekolah. "Kamu tahu kan kalau aku nggak suka di cuekin?" Aksara menggenggam tanganku. Dia menarikku dengan begitu kencang. Hingga tubuhku terbantin
Read more
15. Kehebohan
( PoV Albert ) "Eh, ada istrinya Pak Aksara tuh." Suara riuh anak perempuan di kelas. Seketika ku letakkan botol minumku di atas meja. Aku langsung berdiri dan bergabung bersama dengan teman-teman ku yang kini sudah berdiri di dekat jendela, menyaksikan kedatangan Bu Amanda, istri Aksara yang merupakan anak dari pemilik yayasan dari sekolah elite kami ini. Aku terkejut sekaligus takut. Baru kali ini aku melihat beliau ada di sini. Apa yang sebenarnya beliau lakukan di tempat ini? Mungkinkah ini ada hubungannya dengan Asmara? Mungkinkah beliau mengetahui hubungan gelap antara Aksara dan Asmara? "Tumben ya, Bu Boss main ke sekolah ini. Ada apa ya?" Jelas ku dengar celotehan teman-teman di kelasku. Sama sepertiku. Mereka tampaknya heran dengan kehadiran Bu Amanda di sekolah ini. Dan tentu saja penasaran."Iya ya. Nggak biasanya. Ada apa ya?" Mereka masih menerka-nerka. "Halah, palingan juga mau ngelabrak selingkuhannya Pak Aksara di sekolah ini." Deg! Aku langsung menatap ke arah siap
Read more
16. Pertemuan dengan Cimon
( PoV Albert ) "Al!" Amel mengejarku dan menarik tanganku dengan begitu keras, hingga aku akhirnya menghentikan langkahku tepat di depan kelas Asmara yang memang bersebelahan dengan kelas ku. "Amel, please! Jangan kamu coba menguji kesabaranku." Ku hempaskan genggaman tangannya di lenganku. Aku tak ada waktu untuk meladeni dia. Keselamatan Asmara jauh lebih penting bagiku saat ini jika di banding dengan ocehannya yang tak bermutu. "Jangan terus mengabaikanku kalau kamu ingin rahasia cewek fake itu tetap aman." Amel menatapku tajam. Tatapan yang semakin hari semakin tak aku kenal. Karena Amel yang dulu aku kenal, tak memiliki tatapan setajam saat ini. "Jangan terus mencampuri urusanku jika kamu tak ingin aku membencimu." Mungkin aku sudah cukup berlemah lembut kepadanya. Dia sudah lama membuatku merasa begitu tak nyaman. "Kamu pacar aku Al! Kita belum putus!" Amel semakin tajam menatapku. Kali ini, di sertai dengan genangan air di pelupuk matanya yang aku tahu maknanya. Genangan ai
Read more
17. Perkenalan
( PoV Albert )"Nama kamu siapa?" Aku duduk di depan televisi bersama gadis kecil yang baru saja aku temui tadi. Dia kini berganti baju, menggunakan pakaianku. Di hadapan kami ada dua susu coklat hangat dan pisang krispi kesukaanku, yang telah disiapkan oleh Mbak Nur. "Melanie. Panggil aja Amel." Gadis itu menjawab sambil tertunduk. Wajahnya masih sedikit pucat, dan tubuhnya masih sedikit menggigil meskipun sudah mengenakan sweater hangat punyaku. "Aku Albert. Kamu ngapain tadi duduk di depan pintu pagar Oma Ningsih?" Aku mengambil dua gelas susu coklat yang menjadi lebih cepat dingin karena udara ekstrim di luar sana. Lalu ku berikan satu gelas kepadanya. "Oma Ningsih itu Omaku." Dia memegang dan memutar gelas yang ku berikan tadi di tangannya. Mungkin untuk Menghilangkan sisa-sisa kedinginan yang masih dia rasakan. "Oh ya?" Aku begitu senang. Mungkinkah gadis kecil ini akan menjadi sahabatku? Pasalnya, aku juga lumayan dekat dengan Oma Ningsih. Dan, ah ya, aku baru ingat kalau Om
Read more
18. Janji
(PoV Albert) "Aku pikir kamu lelaki baik Al. Bahkan kamu tak menyambutku dengan baik setelah aku kembali beberapa waktu lalu." Aku tak tega melihat Amel yang terlihat semakin ingin menangis. Tangannya yang sedari tadi menggenggam tanganku, terasa bergetar. Ah. Mengapa harus seperti ini sih? "Mel, please! Aku semakin merasa buruk kalau kamu kayak gini terus." Aku menunduk. Tak berani menatap ke dalam matanya. Mata yang menyiratkan kalau dia sedang kecewa. Aku merasa kalau aku lelaki pecundang yang telah membuat seorang gadis baik sepertinya menangis. "Oke. Mau aku sebaik apapun, kamu udah nggak peduli lagi kan sama aku? Jadi buat apa aku jadi orang baik." Amel berbalik dan berjalan menjauh. Dan aku tahu apa yang akan dia lakukan dengan berbicara seperti itu. Menyebarkan berita tentang Asmara yang saat ini menjalin hubungan dengan Aksara. "Mel! Jangan lakuin Mel." Aku mengejarnya. Meraih tangannya, menariknya untuk menghentikannya. "Secinta itu kamu sama dia? Kebersamaan kita selama
Read more
19. Melabrak Aksara
(PoV Asmara) "Kamu kenapa di sini?" Aksara begitu terkejut melihatku yang datang ke kantornya secara tiba-tiba sepulang aku dari sekolah. Aku sudah tak tahan ingin sekali melabraknya. "Kamu brengsek ya. Bisa-bisanya kamu beneran macarin guru baru aku itu? Gila ya!" Aku mendorong tubuh tegapnya yang tak bergeming meskipun aku sudah menggunakan tenaga dalamku dan berharap dia jatuh tersungkur hingga babak belur. "Memangnya kenapa? Wanita secantik itu mana mungkin aku sia-siain sih?" Aksara mendekat ke arahku. Dia membelai wajahku dengan begitu lembut. Belaian yang beberapa hari terakhir ini menghilang dari kehidupanku. "Amanda ngelabrak dia di sekolah tadi." Ku singkirkan tangannya dengan kasar. Aku benar-benar sedang marah saat ini. "Hah?" Aksara terkejut. Melihat reaksinya, aku bisa menebak, dia belum tahu kalau Amanda baru saja membuat tontonan di sekolah tadi siang. "Bu Andira terancam di pecat dari sekolah gara-gara kelakuan kamu! Dan aku nggak mau ya kalau Bu Andira di pecat.
Read more
20. Cinta Aksara
( PoV Asmara ) "Nggak apa-apa kok, Sayang. Ini kan memang resikonya jika aku berpacaran dengan lelaki beristri seperti kamu." Suara manja Bu Andira begitu jelas aku dengar dari luar pintu ruang kerja Aksara. Ya. Aku urungkan niatku untuk pulang dan memutuskan untuk menguping pembicaraan mereka.Gila memang. Tapi aku memang ingin tahu apa yang akan Bu Andira lakukan di Rumah Produksi Aksara ini. Beliau bukan artis. Bukan juga produser, ataupun sutradara. Tapi kenapa beliau berani-beraninya datang ke tempat ini? Kenapa tak ke tempat yang rahasia saja jika ingin bermesraan dengan Aksara? Kenapa harus kantor ini? "Tenang aja. Aku akan ceraiin Amanda segera dan menikah dengan kamu." Hah? Baru beberapa hari mereka bersama, Aksara sudah bersumpah untuk menceraikan Amanda dan menikahi Bu Andira? Pelet apa sih yang Bu Andira pakai, sehingga Aksara begitu mabuk kepayang di buatnya. Aku yang masih gadis dan artis terkenal saja tak pernah di janjikannya seperti itu. Kenapa dengan Bu Andira berbe
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status