All Chapters of Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam: Chapter 171 - Chapter 180
222 Chapters
CLXXI. Hera
Hera kemudian menatap mata Illarion. “Lihat bahkan kantung matamu semakin hitam saja.” Illarion berdecak tak senang mendengar kecerewetan wanita yang sekarang sedang berkacak pinggang di hadapannya. “Izinkan aku berperang dan aku akan tidur nyenyak!” Hera menggeleng. “Tidak! Para petinggi kerajaan selalu was-was begitu kau pergi perang, begitupun aku. Kau belum memiliki penerus Illarion! Tidurilah salah satu wanita itu, buat mereka hamil dan kau boleh berperang kemana pun kau mau,” perintah wanita cantik dengan baju seronok itu. “Terkadang aku menyesal membawamu kembali ke Anarka,” ucap Illarion. Hera tersenyum. “Kau tidak impoten kan?” tanyanya jenaka tapi dibalas dengan mata melotot oleh Illarion.
Read more
CLXXII. Gadis lain.
Esok harinya Illarion beserta Putri Hera menggunakan kereta kecil ke desa terpencil itu. Kembali kilasan nostalgia yang nyaris membuat Illarion gila memasuki benaknya.  ‘Betapa aku sangat rindu denganmu Amanda.’  Sosok tinggi besar yang penuh kesedihan di hatinya itu masih tak bisa melupakan sosok Amanda. Selama ini Illarion Black berusaha menguasai seluruh Benua Selatan karena satu alasan, ia ingin mati di medan perang, berharap dengan begitu ia bisa menemui Amanda yang sudah tenang di alam sana. Tapi sepertinya malaikat maut masih enggan menyapa pria bersurai gelap itu, sampai sekarang ia masih sehat, karena itulah Illarion Black akan terus berperang, bukan untuk menguasai, tapi lebih karena ia ingin segera mati di medan perang, dengan terhormat.
Read more
CLXXIII. Kitty.
Illarion mengamati wanita yang dibawa oleh Mama Dora. Jujur saja Illarion tak ingat apa pun tentang gadis itu kecuali rambutnya berwarna ungu. 'Seperti manik mata Amanda.' Sejenak padangan Illarion berubah sedih melihat surai amethyst milik Kitty, sedangkan Hera menangkap tatapan itu seperti percikan rasa suka. 'Tatapan adikku melunak begitu melihat gadis ini.' Hera langsung menatap Mama Dora. "Siapkan kamar terbaik kalian, dan gadis itu kami akan menyewanya," perintah Hera sambil menunjuk Kitty dengan berjenggit. Sebenarnya putri kedua dari Raja Abraham itu tak ingin anak dari seorang pelacur seperti Kitty yang menjadi penerus kekuasaan di Anarka. Tapi Hera tak punya pilihan lain.
Read more
CLXXIV. Rahasia Besar.
Melihat adik lain ibunya yang hanya berjalan dengan diam dan tatapan hampa, Hera tahu bahwa apa yang mereka lakukan tak berhasil. Sekarang mereka berdua sedang berjalan-jalan di sekitar desa kecil itu tanpa pengawalan. Tentu saja tampilan pria tinggi besar dengan wajah yang sangat tampan itu sangat menarik perhatian. Terlebih di sebelahnya wanita cantik dengan rambut abu-abu gelap terurai panjang. “Aku akan mengangkat seorang anak saja,” usul Illarion tiba-tiba dan langsung melipir menegur seorang anak yang melintas di hadapan mereka. Jika para orang dewasa akan terpesona kalau tidak terintimidasi dengan aura yang dimiliki Illarion Black. Maka pada anak kecil sosok Kaisar Hitam sangat… mengerikan. “Hai…,” sapa Illarion pada segerombolan anak kecil, dan lima dari enam anak kecil itu menangis meraung-raung, sisanya
Read more
CLXXV. Canda
Rahang pria bersurai hitam itu langsung mengeras. Dengan gerakan secepat kilat sekarang kedua tangan Illarion sudah berada di leher Yurigov. Leher besar bagai beton itu langsung memerah, hal itu memperlihatkan begitu kuatnya Kaisar Hitam mencengkram mantan Jenderal pasukan hitamnya itu.“Kau benar-benar ingin aku mengirimmu lebih cepat ke hadapan malaikat maut?” tanya Illarion begitu gusar mendengar rahasia besar yang Yurigov sembunyikan selama ini padanya.Pria gunung itu sama sekali tak melawan ketika Illarion mencekiknya. ‘Kematian dibawah tangan Kaisar Hitam jauh lebih terhormat daripada menghembuskan napas terakhir akibat sakit tua sialan ini.’ Yurigov menutup matanya, napasnya kian sesak dan terdengar sangat berat. Ia sudah bersiap menemui putrin
Read more
CLXXVI. Pria Gunung
‘Di antara riuh rendah sorakan yang mengumpatku berasal dari kerumunan orang, bisik ajakan itu terdengar jelas sekali.  Suara dari wanita yang sudah sangat aku kenal sekali. Salah satu bawahan Pangeran Hitam yang sangat pria itu percayai. “Aime!” panggilku sambil balas menggenggam tangannya. “Bagaimana keadaan Tuan?” tanyaku lagi, memastikan kesehatan Illarion Black lebih penting daripada diriku yang sekarang sedang menuju detik-detik kematian. Aku tak bisa melihat wajahnya, karena penutup kain hitam ini. Tapi aku tahu tangannya gemetaran, sangat gemetar. "Pangeran Hitam tidak apa-apa, ia baik-baik saja. Tapi Anda tak boleh menemuinya lagi,” jawabnya dengan cepat dan ter
Read more
CLXXVII. Artias
“Yurigov tak tahu Amanda berada di mana. Tapi surat wasiat dari mendiang anaknya yang menggantikan hukuman mati itu mengatakan kalau ia meminta Amanda pergi dari jauh dari wilayah Kerajaan Anarka,” jelas Illarion sambil menyugar rambutnya. Beberapa butir salju jatuh di atas surai hitam kelam itu.Hera tertawa keras mendengarnya. “Dan gadis itu ada di mana? Seluruh Benua Selatan adalah milik Anarka sekarang, dengan kata lain penguasaan mu terhadap kerajaan-kerajaan lain malah menyingkirkannya dari tempatnya berada.”Illarion menghembuskan napas panjang.“Kau memang selalu menyusahkannya ya? Kau yakin ia benar-benar ingin bertemu denganmu? Kurasa kau hanya menambah penderitaannya saja,” cecar Hera sambil menyibak rambutnya. Cuaca dingin membuat bibir merahnya mulai membiru.
Read more
CLXXVIII. Peter
Tiga orang warga desa sedang menunggu di depan sebuah rumah sederhana di tengah hutan. Kediaman yang terpisah cukup jauh dari pemukiman lainnya di daerah itu. Walau begitu, tempat tinggal sederhana itu tak memiliki perbedaan mencolok dari lainnya di wilayah Artias. “Tunggulah sebentar kurasa aku masih punya bahan untuk meracik obat sakit sendi itu,” ujar Amanda setelah mendengar penuturan Mary tentang penyakit ayahnya. “Sebaiknya  ayah mu mengurangi pergi ke pantai di malam hari, itu bisa memicu sakit sendinya,” jelas gadis bersurai perak itu. “Terima kasih!” ucap Mary penuh semangat. Sedangkan Jean dan Theresia, teman gadis itu mencoba melongok ke dalam kediaman Amanda. “Peter sedang mengambil kayu bakar di hutan,” jelas gadis bermanik ungu itu sudah mengerti maksud lain kedatangan gadis-gadis itu, selain m
Read more
CLXXIX. Anak Haram
“Tidak,” bohong Amanda.Peter tersenyum mendengarnya. “Biar kubantu, Amanda,” ujar Peter sambil mengambil keranjang yang berada di pelukan Amanda. Keranjang yang berisi rumput laut itu tak terlalu berat, tapi untuk gadis mungil seperti Amanda, ia terlihat kepayahan membawanya.“Ah! Peter, biar aku yang membawanya,” tolak Amanda sambil berusaha mengambil kembali keranjang di tangan Peter.Tapi Peter menarik keranjang itu lagi. “Bolehkah aku membantumu mengurangi bebanmu, Amanda?” tanya pria bersurai merah tembaga itu sambil tersenyum tulus. “Aku akan dengan senang hati memanjakanmu,” lanjutnya sambil berbisik pelan di telinga Amanda dan mengedipkan sebelah matanya.Wanita dengan manik amethyst itu langsung melang
Read more
CLXXX. Tamu Besar
Luka-luka lebam membiru di lengan Max dan bekas darah di pelipis bocah kecil itu baru saja mengering. Sebenarnya hal ini bukan terjadi sekali dua kali, tapi kerap kali setiap pulang sekolah pasti tubuh anak semata wayang Amanda itu selalu dipenuhi bekas pukulan dan tendangan. Namun, bocah kecil itu tak akan pernah menjelaskan itu penyebab semua itu terjadi pada dirinya. Ia akan hanya mengatakan seolah itu bukan hal yang penting.  “Aku hanya berkelahi karena anak anak tak tahu sopan itu santun berkata kurang ajar, dan aku memenangkan semua pertarungan itu Bu!” ucap anak kecil itu dengan berani yang membuat hati Amanda semakin teriris. Tapi Amanda tahu persis penyebab semua itu terjadi, karena setiap penduduk di desa ini menyebutnya seperti itu. ‘Wanita jalang’ yang memiliki anak tanpa suami. Mereka memberitah
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status