Semua Bab Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam: Bab 191 - Bab 200
222 Bab
CXCI. Sukarelawan
“Mirip bagaimana? Wajah seperti Kaisar Hitam itu sangat eksklusif, bahkan di antara para bangsawan Anarka yang terkenal tampan, wajahnya lah yang paling tampan,” seru Jean yang tiba-tiba fangirling Illarion Black dan membela pria bersurai hitam itu, tak ingin idolanya disamakan dengan siapapun. Mendadak salah satu warga desa berlari dengan wajah pucat dan langsung menghadap Ketua Fang. “Ketua! Tolong, kereta kuda adikku jatuh di tebing barat, jurang Helena! Aku takut akan terjadi longsor yang bisa menimbun mereka. Tolong mereka segera, adikku dalam perjalanan yang membawa keluargaku dan adik iparku yang sedang hamil besar ke kerajaan Eden,” jelas pria itu terlihat panik. Ketua Fang menepuk pelan pundak pria itu berusaha menenangkannya. “Tunjukkan jalannya ke tempat kejadian, sambil jelaskan apa yang terjadi padak
Baca selengkapnya
CXCII. Jurang
“Tapi kita tak mungkin membiarkan seorang wanita untuk masuk ke sana! Bahkan para pria yang mahir memanjat tebing hanya mampu menyelamatkan keluarga yang terjatuh di pinggir jurang rambut Helena,” tolak Peter. ‘Terlalu membahayakan, aku tak akan membiarkan mereka mengorbankan Amanda.’ “Betul! Terlalu membahayakan!” jerit penduduk lain. Kendati ada beberapa penduduk yang vokal menjelekkan Amanda, tapi banyak dari mereka juga merasa berhutang budi pada gadis itu. Mary berjingkat ke sebelah ibu tua yang tertimpa musibah itu, ia  ikut menenangkan wanita itu yang masih keluarga jauhnya. “Aku akan memberitahu Amanda, gadis itu tak pernah menolak, ia akan membantu.” Segera setelah mengatakan hal itu Mary berlari ke rumah Amanda. Setengah jam berlalu bagai berhari-hari
Baca selengkapnya
CXCIII. Hujan
“Amanda…,” panggil Illarion lirih, setelah beberapa saat suara wanita yang merintih itu mulai menghilang di ruang dengarnya. Membuat pria yang berada di tengah-tengah jurang itu mengkhawatirkan keadaan gadis yang selalu berada di alam pikirannya.“Amanda…,” panggil Illarion lagi.“Amanda… kau baik-baik saja?” tanya Illarion kali ini mulai terdengar panik. Pendengarannya begitu sunyi sampai ia bisa mendengar bunyi gluduk petir berpuluh-puluh meter di atasnya. ‘Akan segera hujan…’Illarion sudah siap menarik tali yang melingkar di pinggang Amanda, saat ia mendengar tangisan keras seorang bayi. Dan tak berapa lama, cahaya dari kunang-kunang di dalam botol terlihat berada di bawah pria bertubuh tin
Baca selengkapnya
CXCIV. Lamaran.
“Kau di sini?” tanya Illarion sambil berlari pelan ke arah Amanda. Gadis itu berada di pinggir pantai. Tadi Illarion mencarinya, tapi sebelum diusir oleh Galela ia mendapat informasi dari Max bahwa Amanda ada di pantai. Warna jingga dari matahari yang mulai menghilang di cakrawala, membuat rambut dan wajah Amanda yang seputih salju menjadi berwarna merah berpendar.  ‘Dahulu aku membenci cahaya ini, seolah mengingatkanku pada hari ibuku dibakar hidup-hidup di alun alun kota. Tapi sekarang sinar yang sama memberikan pesona kecantikan yang menarik pada Amanda, dan aku tak membenci warna itu sama sekali. Karena Amanda? atau waktu akhirnya mengobati trauma ini,' batin Illarion. Iris ungu di mata Amanda membesar. “Tuan mengenakan baju selain warna hitam?” tanyan
Baca selengkapnya
CXCV. Janda dan Duda
Jantung gadis mungil itu masih berdegup kencang. ‘Apakah aku bersedia kembali dengannya, ke kehidupan dahulu, bersama Tuan?’ ‘Ah ia bahkan bukan seorang Pangeran yang akan menjadi Raja saja sekarang, tapi seorang Kaisar, Raja di Raja. Pantaskah aku? kuatkah aku? bisakah aku?’ Amanda mencari jawaban itu di mata kelam milik Illarion, ia yang hanya anak seorang Baron. Bahkan anak yang tidak diharapkan. ‘Menjadi seorang permaisuri? Ini bahkan jauh diluar takdir-takdir yang aku pikirkan’ Amanda menautkan jari-jari tangannya di depan dada, tak tahu harus menjawab apa.  “Aku belum menikah, lagi,” jawab Amanda setelah diam beberapa saat.
Baca selengkapnya
CXCVI. Kaisar Hitam
“Geez,” desis Illarion mendengar cara bocah kecil itu memanggilnya. ‘Kenapa ia semakin mirip denganku dari waktu ke waktu?’ Illarion bertanya-tanya mengingat ia sering memanggil yang lebih tua hanya sekedar sebutan ‘pria tua’ atau ‘wanita tua’. “Pertama, kau merestui aku menjadi suami ibumu karena aku akan menyebarkan tentang kau menangis-.” Max langsung menghentakan kakinya ke tanah. “Hei! Kau sudah berjanji untuk tak menyebarkannya!” Illarion menggerakan telunjuknya di depan Max. “Aku akan menggunakan seluruh kelemahan yang kau punya untuk mendapatkan keuntungan darimu. Ini sebuah pelajaran bocah kecil, jangan sampai kau memperlihatkan kelemahanmu pada orang yang salah. Ah! lebih baik jangan memperlihatkan kelemahanmu pada si
Baca selengkapnya
CXCVII. Bahagia
“Tentu! Bukannya ia masih di Artias!” seru gadis kecil itu antusias, beberapa anak lain juga mulai mendekat.“Aku juga sudah menemuinya!” timpal teman Max lainnya. “Aku juga!”Max menghembuskan napas kesal. ‘Berarti hanya aku saja yang belum menemuinya.’“Memang rupanya seperti apa?”Seorang bocah lelaki dengan wajah bintik bintik yang memenuhi pipi gendutnya tertawa. “Kau belum pernah bertemu dengannya Max? Wah kasihan sekali!” ujarnya dengan nada mengejek. Beberapa anak lain tertawa, membuat Max sedikit geram karena mereka menertawainya.“Ia sangat tinggi, tubuhnya juga kekar,” cerita Alice. Ga
Baca selengkapnya
CXCVIII. Acara Besar
Illarion tersenyum sambil bersandar pada pintu kayu. Tak ingin mengacaukan suasana haru anak dan istrinya itu. ‘Suatu hal yang berat menerimaku kembali setelah mereka terbiasa hidup berdua selama delapan tahun ini. Tapi aku benar-benar tak bisa hidup tanpamu Amanda.’  Pagi yang cerah kembali hadir di Artias. Hari ini akan diadakan sebuah pesta, walau pesta ini diadakan secara tertutup dan dadakan, namun kemewahan acara ini melebihi kemeriahan penyambutan Kaisar Hitam beberapa waktu lalu. Jalan dari arah aula pertemuan penduduk Artias hingga rumah sederhana yang ditinggali Amanda, dihias sedemikian rupa dengan bunga-bunga hidup sebagai pagar jalan, lampu-lampu obor dan botol-botol yang berisi kunang-kunang tergantung sepanjang jalan, dan kelopak bunga mawar yang terhampar seperti karpet merah yang empuk dan
Baca selengkapnya
CXCIX. Pernikahan
Amanda menghadiahi laki-laki itu dengan cubitan pelan atas aksinya barusan. ‘Sejak kapan ia menjadi seperti ini, bahkan delapan tahun juga membuat perubahan pada Tuan.’ “Dengan ini kalian dinyatakan sebagai suami istri yang sah, silahkan-” belum selesai perkataan Pemuka Agama memberi berkat, Kaisar Hitam sudah menarik sang istri dan mengecup lembut namun tergesa bibir semerah cherry milik Amanda. Tepuk tangan riuh rendah dari tamu yang hadir mengiringi ciuman hangat milik kedua pasangan yang baru disahkan itu. Setelah itu Illarion langsung menggendong Amanda, lagu dan tari-tarian mulai dimainkan, semua tersenyum dan tertawa. Kecuali satu orang.  Galela, Wanita tua itu menekukan wajahnya kesal. Usai berdansa dengan Illarion Black, Amanda beranjak pelan dan duduk
Baca selengkapnya
CC. Kembali ke Anarka
Illarion mengangguk datar. “Kami akan melanjutkan perjalanan ke Anarka, terima kasih atas bantuanmu selama ini,” balas pria itu singkat kemudian berbalik pergi.  Amanda tersenyum canggung melihat wanita cantik yang selalu membuatnya cemburu akan eksistensinya, tanpa Amanda ketahui kalau Ratu Zaina sekarang sedang iri dengan kehadiran gadis berkulit pucat itu. ‘Andaikata aku adalah kamu,’ batin Ratu Zaina sebelum mengangguk hormat pada calon permaisuri baru kekaisaran Anarka itu.  Kabar tentang Kaisar Hitam sedang memboyong permaisuri baru beredar begitu cepat, bagai daun kering yang terbakar api. Seluruh kerajaan dan daerah di bawah kekuasaan Kekaisaran Anarka tampak penasaran dengan sosok permaisuri tersebut. Hingga akhirnya rombongan Kaisar Hitam telah s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
181920212223
DMCA.com Protection Status