Semua Bab Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam: Bab 71 - Bab 80
222 Bab
LXXI
Amanda terlonjak kaget, "Ma-maafkan hamba," ujarnya seraya merunduk. 'Dia adalah pria yang terlihat berdebat dengan Tuan sebelum penyerangan di pesta dansa!' "Jangan sungkan, aku kakak iparmu," ucap pria berambut abu gelap bergelombang itu, senyum menawan mengembang dari wajahnya. "Pangeran Alexander," lanjutnya memperkenalkan diri seraya menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat. "Amanda White Broke," balas Amanda sambil membungkuk hormat dan menarik gaunnya ke kedua sisi tanpa menjabat tangan kanan Alexander. 'Ia sama sekali tak mirip Pangeran Hitam atau Baginda Raja kecuali rambut mereka sama-sama berwarna abu gelap.' "Kau akan bertemu Raja?" Amanda menggeleng. "Aku ha
Baca selengkapnya
LXXII
“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Ratu Zaina membuka percakapan di dalam kereta kuda, saat perjalanan balik ke istana hitam. “Pangeran Alexander sangat menyayangi adiknya, ia berharap bisa berbaikan segera dengan Pangeran Hitam,” jawab Amanda prihatin. Ratu Zaina nyaris tertawa mendengarnya, tapi melihat Amanda mengungkapkan hal itu dengan nada sedih, ‘ia benar-benar memberi tahu pembicaraan mereka kepadaku dengan mudahnya, dan memang aku akan percaya hal itu?’ Ia jadi tergelitik untuk bertanya. “Kau akan membantunya?” “Sepertinya, walau hamba tak begitu yakin akan hal ini, Ratu.” ‘Ternyata istri Pangeran Hitam hanya gadis kecil naif yang mudah dibodohi.’
Baca selengkapnya
LXXIII
“Lakukanlah, anggap saja pesta penyambutanmu juga,” ujar Illarion menanggapi bisikan Ratu Zaina. “Aku membebaskan kalian mengatur semuanya,” lanjut pria bermata segelap malam itu sambil memperhatikan Amanda yang gugup. “Bagaimana denganku?” ujar Pangeran Apollo dengan wajah kecewa yang dibuat-buat. Tapi tak ditanggapi oleh Illarion dan langsung beranjak pergi dari tempatnya. *** “Ada kabar?” tanya Illarion begitu masuk ruang kerjanya. “Maaf Tuan, kami belum mendapat keberadaan pria itu. Tapi informasi yang kami dapat, ia biasa datang ke kota setiap sebulan sekali untuk bertemu kliennya.” Illarion tampak kesal, “Segera temukan si sialan itu, aku akan membinasakan siapapun yang berani meracuniku.”
Baca selengkapnya
LXXIV
“Tentu! Kesetiaan loyal pada Tuan!” jawab Adam tanpa ragu. “Ki-kira-kira apa yang akan Pangeran Hitam lakukan padaku jika Tuan tahu hal seperti ini?” Adam berpikir sejenak. ‘Sebenarnya Tuan benar-benar tak peduli dengan berapa budget yang dihabiskan, hal ini bahkan tak menyentuh sedikitpun nominal harta yang dimiliki Tuan. Tapi gadis ini perlu diberi pelajaran agar tidak menghambur-hamburkan uang. Ia dan adiknya dulu ternyata sama saja. Ia perlu  belajar mengelola uang dengan baik, karena banyak yang lebih membutuhkan ketimbang pesta konyol ini.’  “Menjual ginjalmu mungkin? kudengar orang-orang timur sedang mencari organ dalam beberapa wanita muda untuk eksperimen, mereka akan memberi harga sangat mahal,” terang Adam sambil mengangguk-anggukkan kepala.
Baca selengkapnya
LXXV
Hari yang ditentukan untuk pesta akhirnya tiba. Ini merupakan sebuah hal yang mengejutkan mengingat selama ini Istana Hitam tak pernah mengadakan perhelatan kecuali saat Pangeran Hitam kembali dari medan perang, beberapa waktu lalu. Apalagi ini sebuah perjamuan yang biasa dihadiri oleh para nyonya bangsawan, yang berarti istri Pangeran Hitam lah yang mengundang acara ini.   Amanda terlihat gugup sambil mematut dirinya di depan cermin. ‘Aku masih belum terbiasa bertemu banyak orang,’ keluhnya dalam hati. “Pangeran Hitam belum datang?” tanya gadis itu sambil menyibak gaun berwarna lilac yang senada dengan iris amethyst-nya.  Aime menggeleng. “Belum Nyonya. Tapi Ratu Zaina sudah datang.” “Betulkah,” tanya Amanda den
Baca selengkapnya
LXXVI
Para Nona dan Nyonya bangsawan tertawa meremehkan dibalik kipas-kipas mahal mereka. “Lihat dia berusaha menyamai level Ratu Zaina. Suruh gadis keluarga Ratu Minerva untuk sadar diri.” "Tidak tahu malu, aku heran kenapa Pangeran Hitam tak membunuhnya? Anggap saja pelampiasan karena keluarga si istri membunuh ibu Pangeran Hitam." “Gaun menyamai Ratu Zaina, pesta terlihat membosankan padahal yang kudengar acara ini menelan banyak biaya, dan di atas semua itu, apakah ia tak sadar ia tak diharapkan di sini? Beraninya membuat acara untuk kolega Pangeran Hitam, ia ingin mencoba akrab dengan kami? Sadarlah dan lihat latar belakangmu.”  “Ratu Zaina, jujur saja sebenarnya aku tak terlalu ingin datang. Tapi melihat Anda turut mengundang akhirnya aku memutuskan datang,” ujar Dutchess Fito lantang, hadirin yang lain turu
Baca selengkapnya
LXXVII
“Te-terima kasih telah datang di acara perdanaku ini. Hamba ah- aku … aku berharap bisa berteman dengan baik dengan Nona dan Nyonya sekalian,” ujar Amanda gagap. ‘Astaga kenapa aku bahkan tak bisa berbicara dengan baik, Pangeran Hitam pasti malu sekali memiliki pendamping sepertiku.’ Kembali tamu-tamu yang hadir menertawakan tingkah Amanda. Namun, kali ini dengan diam-diam karena mereka merasa sungkan pada pria yang berdiri tinggi menjulang di sebelah gadis bersurai perak itu. ‘Sesuai dugaanku, mereka datang hanya untuk merendahkan dirinya,’ batin Illarion sambil melirik Amanda dengan ekor matanya. Walau kebencian para bangsawan kolega Pangeran Hitam itu terhadap Ratu Minerva tak setara dengan kebenciannya, tapi melampiaskannya pada gadis ini, entah kenapa ikut mem
Baca selengkapnya
LXXVIII
“Apa ia begitu percaya dengan wanita itu? Ia adalah keluarga Ratu.” “Guna-guna, aku yakin itu. Lihat saja penampilan gadis itu seperti penyihir.” Dari sekian banyak pernyataan yang dilontarkan oleh para tamu, seseorang muncul dengan pendapat yang kurang populer. “Apa Pangeran Hitam jatuh cinta?” Ratu Zaina langsung menatap tajam si pemilik komentar. Nona bangsawan itu sadar telah salah berucap, dengan cepat ia bungkam sambil menepuk-nepuk bibirnya sendiri.      “Hmm, enak. Aku tak pernah merasakan minuman ini sebelumnya. Ini seperti campuran madu, wine dan lemon grass tapi dengan rasa yang lebih ringan,” komentar Illarion. Para tamu bangsawan pun turut serta mencoba minuman itu dari gelas-gelas m
Baca selengkapnya
LXXIX
Amanda mengambil sebuah souvenir juga, dan mengeluarkan isinya. Ia menggigit bibirnya gugup saat mempresentasikan benda itu. Kembali ia menarik salah satu ruas dari benda pipih itu. Sebuah sisir berikut kacanya terbentuk dari benda pipih itu. “Sisir lipat …,” cicitnya sambil menyodorkan barang itu ke Pangeran Hitam. ‘Ide bodoh Amanda,’ rutuk gadis bersurai perak itu dalam hati melihat ekspresi kaku dari suaminya. Illarion membolak-balikkan ‘sisir lipat’ itu. “Aha...hahahaha! Sisir lipat, ya ampun Amanda. Ini sisir.”  Tawa  renyah pria itu langsung menghipnotis semua kaum hawa yang ada di ruangan. Apa matahari akan terbit dari barat? Sepertinya ini kali pertama mereka melihat Tuan junjungan mereka tergelak begitu riang
Baca selengkapnya
LXXX
‘Menurut mereka.’   Suasana pesta masih berlanjut membicarakan perbedaan derajat antara Pangeran Hitam dengan istri sah hasil perjodohan itu. “Ia sekelas baron, bahkan bukan viscount! Pangeran Hitam memang lebih pantas dengan Ratu Zaina!” Ratu kerajaan Eden itu tersenyum, menyadarkan nyonya bangsawan yang barusan berucap hal itu. “Terima kasih, kami tinggal menunggu izin dari Baginda Raja.” Mata-mata berkilat penasaran ketika hal itu terucap dari bibir tipis Ratu Zaina. “Kurasa sebentar lagi ‘kan? Kudengar Anda juga yang mengobati Baginda Raja.” Wanita dengan iris secerah langit siang itu menyabitkan matanya, membuat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
23
DMCA.com Protection Status