All Chapters of Dipaksa Menikahi Pangeran Kejam: Chapter 61 - Chapter 70
222 Chapters
LXI
Illarion masih terlelap. Terakhir kali ia tertidur nyenyak seperti saat ini ketika ia belum genap berumur sepuluh tahun.  Benar-benar nyenyak hingga tak menyadari saat ‘teman tidurnya’ sudah terbangun sedari tadi dan menangis dalam hening. Tak lama Amanda bangkit dari ranjang itu, dan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Inti tubuhnya masih perih, Illarion bermain sangat kasar padanya semalam. Isak tangis dan derai air mata Amanda semalam tak diindahkan Illarion Black. Tak ada bedanya dengan pertama kali ia melakukannya dulu. Tapi kali ini lebih menyakitkan Amanda, karena hatinya ikut hancur berkeping-keping.  Jika dahulu Amanda melakukannya karena ‘kewajiban’ semata, tanpa tahu anggapan suami sahnya itu padanya. Sekarang ia tahu, dirinya hanya seorang ‘pelac
Read more
LXII
“Aku minta maaf tentang adikku,” ucap Amanda saat menunggangi kuda berdua dengan Illarion menuju ibu kota.  “Aku tak menyangka ia akan bertindak seperti itu.” Kembali Amanda merasa bersalah karena sudah berbohong pada Illarion Black. Ia sudah mengetahui kalau Gisella akan berbuat sejauh itu, tapi perlakuan adik tirinya benar-benar meninggalkan rasa takut yang mendalam pada diri Amanda, hingga ia tak berani menentangnya. Namun, perlakuan Pangeran Hitam terhadap Gisella beberapa waktu lalu cukup membantu Amanda mengurangi rasa takutnya pada gadis bersurai sewarna tembaga itu.  Illarion menanggapi hal itu dengan diam, tapi pertentangan terjadi di hatinya. ‘Tidak menyangka? Itu ‘adikmu’ sungguh aneh jika kau tak bisa menebak kelakuannya. Dan siapa yang bisa percaya perkataan yang seperti buaian semata itu? Tapi kenapa aku ingin menerima kebohongan i
Read more
LXIII
Andreas begitu senang melihat kedatangan Pangeran Hitam. Hilangnya pria itu tiga hari yang lalu meninggalkan banyak tanya bagi para kolega dan petinggi istana. Tapi semua itu berhasil diredam oleh Jendral pasukan berkuda itu, hingga tak ada yang curiga bahwa Illarion pergi melarikan diri dan terluka parah.  “Anda tidak apa-apa Tuan? Kenapa Anda pergi begitu tiba-tiba?” tanya Andreas bertubi-tubi, rasa penasaran bercampur khawatir mendesaknya melontarkan berbagai hal itu ke Pangeran Hitam. "Aku tidak apa-apa," jawab Illarion sambil membantu Amanda turun. "Balik lah ke kamarmu dulu," ujar pria bersurai hitam itu sambil membuang kelopak bunga yang menyangkut di puncak kepala Amanda, perlakuan manis itu tak lepas dari pandangan aneh Andreas. Andreas tertegun, 'jadi benar mereka pergi berdua?'
Read more
LXIV
Waktu makan malam tiba, Pangeran Hitam dan Ratu Zaina terlihat berjalan bersama menuju ruang makan. Para pengawal dan pelayan melihat mereka seakan takjub, sosok Ratu Zaina sangat cocok bersanding dengan Pangeran Hitam. Ratu Zaina memiliki fisik yang tinggi untuk seorang wanita, dengan ukuran tubuh yang semampai itu ia berada tepat di bawah dagu Pangeran Hitam, membuat mereka secara raga ditakdirkan satu sama lain. Persis seperti pasangan dewa-dewi dari kuil Yunani. Amanda berdiri beberapa langkah tak jauh dari Pangeran Hitam dan Ratu Zaina. Hatinya cukup teriris perih saat beberapa pelayan yang ia dengar membicarakan kedua orang itu. “Ah betapa cocoknya.” “Benar-benar pasangan yang serasi, mereka seperti ditakdirkan berdua.” “Aku berharap mereka berakhir berdua, kud
Read more
LXV
“Itu hal yang sangat menguntungkan Kerajaan Eden,” sahut Illarion. “Sekaligus bencana,” timpal Ratu Zaina. “Beberapa kerajaan tetangga mulai mengincar rahasia pengobatan Eden, bukan hanya para tabib, dan kitab, tapi juga sumber daya alam kami yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan obat. Negeriku terkenal dengan armada lautnya yang kuat, tapi di darat kami tak bisa begitu mengandalkan kekuatan militer. Karena itu militer Anarka yang terkenal mampu melibas siapapun membuatku sangat tertarik.  Aku memilih Anda untuk melindungi kami.”    “Sayang kau tak memilih Landyork,” protes pura-pura Apollo. “Bukankah memilih yang terkuat adalah suatu keharusan?” tanya Ratu Zaina balik tanpa membalas hal itu sebagai suatu candaan. Menanggapi pernyataan Ratu Zaina, Ill
Read more
LXVI
"Jadi hanya karena perjanjian belaka," gumam Ratu Zaina sambil mengerlingkan matanya ke arah Amanda. Kembali gadis itu buru-buru menunduk.  Entah sudah berapa kali Amanda tertangkap mata oleh Ratu Zaina, menatap pria berambut kelam di saat Illarion tak melihatnya. Saat pagi tiba, seperti biasa Amanda menuju gazebo taman utara Istana Hitam untuk sarapan bersama. “Amanda!” sapa Apollo hangat. Hanya pria itu sendirian, berdiri dengan tangan melambai-lambai. Makanan sudah dihidangkan dan masih hangat. Menangkap ekspresi bingung dari wajah Amanda, Apollo langsung menjelaskan. “Pangeran Hitam dan Ratu Zaina diminta menghadap ke istana utama, menemui Baginda Raja.” “Oh …,” jawab Amanda singkat. 
Read more
LXVII
Ratu Zaina tertawa, “kau membuatku terkejut. Kukira Ratu Minerva memberikan pembantunya untuk dinikahi oleh Pangeran Hitam.” “Aku sih tidak keberatan kalau pembantu itu secantik Amanda, tapi tentu saja Amandaku adalah seorang putri bangsawan,” sergah Pangeran Apollo yang hendak meletakan tangannya di bahu Amanda. Namun gagal, tangan gadis itu langsung ditarik oleh Pangeran Hitam, hingga Amanda terseret beberapa langkah dari tempatnya. “Amandaku,” desis Illarion pelan. “Bergunjing dengan teman saat pelajaran memanah itu tak baik, aku akan membantumu mengingatnya,” sindir Illarion sambil mengukung Amanda dari belakang. Meraih tangan gadis yang jauh lebih mungil dari ukuran tangannya untuk menggenggam lengkungan busur, dan tangan lainnya ikut mengarahkan untuk menarik tarik busur.
Read more
LXVIII
“Aku permisi dahulu,” pamit Amanda dan berdiri dengan kikuk. ‘Kenapa juga aku duduk di sini.’ “Kemana?” tanya Illarion. ‘Ia tersinggung? Tapi kenapa ia tak marah?’  “Makan, bolehkah Tuan?” Amanda tidak lapar, tapi ia tahu jika seseorang tak nyaman dengan kehadirannya. Bayangkan saja, ia sudah merasakan hal ini hampir sepanjang hidupnya, Amanda sangat peka. ‘Dan si malaikat itu menyindirku terang-terangan Tuan Tampan, aku tidak bisa duduk di sini.’ ‘Ia benar-benar tak bisa marah?’ Illarion melihat Amanda tertawa canggung. “Duduk di sini, aku ak
Read more
LXIX
Illarion langsung beranjak dari tempatnya menuju ke arah Amanda. “Apa kau begitu lapar sampai menangis?!” tanyanya dengan nada tinggi. “Ayo!” ajaknya sambil menarik tangan Amanda. Gadis itu setengah berlari mengikuti langkah Pangeran Hitam yang menyeret tubuh mungilnya. ‘Apa yang akan pria ini lakukan?’ Bersamaan dengan pikiran kalut Amanda, air matanya malah mengalir semakin deras. ‘Aku takut.’ Para koki istana langsung bersiap panik saat Pangeran Hitam ada di lorong istana menuju dapur. Pria itu melangkah masuk setelah menendang pintu dapur. “Duduk.” perintah Illarion pada Amanda sambil menunjuk kursi kayu di sampingnya. Kembali ia berdehem, sebelum mengulang kata-katanya. "Duduk …," ucap Illarion, kali ini jauh lebi
Read more
LXX
“Amanda!” panggil Ratu Zaina sambil berjalan dengan anggun ke gadis berkulit seputih salju itu. “Kau diminta ke istana utama, Baginda Raja ingin menemuimu.” “Aku?” tanya Amanda sambil mendongakan kepalanya menatap Ratu Zaina yang jauh lebih tinggi darinya. ‘Ada apa? Selain saat perkenalan setelah pernikahan kemarin, aku tak pernah diminta bertemu dengan Baginda Raja.’ “Kita pergi bersama ya? Kereta kuda sudah siap. Aku juga diminta ke istana utama.” Amanda mengangguk dan berjalan di belakang Ratu Zaina, karena wanita itu langsung berbalik meninggalkannya. Sesampai di istana utama Ratu Zaina melangkah lebih dahulu, membuat Amanda berjalan di belakangnya. “Istri Pangeran Hitam sepert
Read more
PREV
1
...
56789
...
23
DMCA.com Protection Status