Amanda mengambil sebuah souvenir juga, dan mengeluarkan isinya. Ia menggigit bibirnya gugup saat mempresentasikan benda itu. Kembali ia menarik salah satu ruas dari benda pipih itu.
Sebuah sisir berikut kacanya terbentuk dari benda pipih itu. “Sisir lipat …,” cicitnya sambil menyodorkan barang itu ke Pangeran Hitam. ‘Ide bodoh Amanda,’ rutuk gadis bersurai perak itu dalam hati melihat ekspresi kaku dari suaminya.
Illarion membolak-balikkan ‘sisir lipat’ itu. “Aha...hahahaha! Sisir lipat, ya ampun Amanda. Ini sisir.”
Tawa renyah pria itu langsung menghipnotis semua kaum hawa yang ada di ruangan. Apa matahari akan terbit dari barat? Sepertinya ini kali pertama mereka melihat Tuan junjungan mereka tergelak begitu riang
Dukung penulis dengan VOTE dan bintang 5 ya ⭐⭐⭐⭐⭐ Di tunggu komentarnya kak ^^
‘Menurut mereka.’ Suasana pesta masih berlanjut membicarakan perbedaan derajat antara Pangeran Hitam dengan istri sah hasil perjodohan itu. “Ia sekelas baron, bahkan bukan viscount! Pangeran Hitam memang lebih pantas dengan Ratu Zaina!” Ratu kerajaan Eden itu tersenyum, menyadarkan nyonya bangsawan yang barusan berucap hal itu. “Terima kasih, kami tinggal menunggu izin dari Baginda Raja.” Mata-mata berkilat penasaran ketika hal itu terucap dari bibir tipis Ratu Zaina. “Kurasa sebentar lagi ‘kan? Kudengar Anda juga yang mengobati Baginda Raja.” Wanita dengan iris secerah langit siang itu menyabitkan matanya, membuat
Perjamuan minum teh pun berakhir dengan banyak buah bibir yang muncul di kalangan masyarakat Anarka. Tentang istri baru Pangeran Hitam yang boros, padahal berasal dari bangsawan kalangan rendah, hingga penampilan Amanda yang berusaha menyamai Ratu Zaina, namun berakhir sangat mengerikan. Tentang penguasa Eden yang tampak serasi dengan Pangeran Hitam dan tinggal menunggu waktu direstui sang Baginda Raja. Desas-desus yang bekembang penguasa Anarka itu juga sangat setuju dengan hubungan mereka. Sedangkan, tentang kemesraan yang ditunjukkan Illarion Black dan Amanda White yang seharusnya menjadi topik utama perjamuan itu, malah tak terdengar beritanya. Sepertinya banyak pihak yang meredam berita keharmonisan pasangan yang berada di dalam kemelut politik itu. Tapi sebuah hal positif juga terjadi di antara
“Pernah …?” Andreas bertanya-tanya dalam hati. ‘Pernah mengkhianatinya? pernah membocorkan rahasia pada lawan? pernah apa?’ “Pernah sangat menginginkan wanita? Sedangkan kau cuma sekali menghabiskan satu malam saja dengannya?” Andreas tak dapat menahan tawanya. “Astaga, hahaha! Pernah itu maksud Anda Tuan. HAHAHA!” “Keluar.” ujar Pangeran Hitam dingin. Andreas langsung sadar kesalahannya. “Ha-hamba benar-benar minta maaf Tuan, hamba hanya-.” Ekspresi Pangeran Hitam semakin kelam. Selintas tanya muncul di benak pengawal setia Pangeran Hitam itu, ‘apakah ini tentang wanita keluarga Ratu Minerva itu?‘
‘Teman tidur.’ Hanya itu yang terpikir di kepala gadis beriris amethyst itu. ‘Mereka juga begitu cantik. Tentu saja ia tak akan kehabisan para wanita di ibu kota ini. Tak seperti di kota kecil beberapa waktu lalu.’ ‘Ia tak membutuhkanku… .’ Amanda langsung membalikan badannya. “Nyonya Anda tak jadi menemui Tuan?” tanya Aime. “Lain kali saja,” jawab Amanda lemah dan berjalan dengan kepala tertunduk. “Anda tak ingin mengetahui kenapa wanita-wanita itu ada di sini?” tanya Aime penasaran. ‘Bahkan aku yang pengawal saja bisa kesal melihat pemandangan itu. Kenapa nyonya mungil ini ma
Sebuah tanda yang menandakan betapa liarnya malam yang sudah dilalui Illarion kemarin. Dan Amanda tahu itu berasal dari mana, karena beberapa waktu yang lalu ia juga memiliki bekas yang sama setelah menghabiskan malam dengan pria di hadapannya sekarang. ‘Itu berasal dari para wanita kemarin malam? Apa karena mereka sudah tak ada jadi ia memintaku menggantikan mereka.’ Amanda langsung membuang mukanya sambil melangkah mundur. Illarion tersentak dengan gerakan tiba-tiba itu. ‘Ia menolakku?’ Masih menunduk, Amanda mengucapkan, “hamba akan meminta Adam untuk menyerahkan rincian hutang pada Tuan.” “Jalang.”
“Pilihan Jenderal Andreas memang tidak main-main.” “Apa Tuan akan men-.” Belum selesai pembicaraan pelayan terakhir ia dengar, Amanda memaksa diri untuk menutup jendela kamarnya. “Lagi, ia memanggil wanita lain… ,” gumam gadis itu, sambil memukul pelan dadanya yang mulai sakit karena cemburu. *** “Terima kasih undangannya, Dutchess Lala,” ucap Ratu Zaina. Lawan bicara penguasa Eden itu tampak khawatir. “Seperti permintaan Anda, Ratu Zaina. Aku batal mengundang istri Pangeran Hitam, tapi apakah Tuan tidak akan marah denganku?” “Kenapa Pangeran Hitam harus marah padamu?” tanya Ratu Zaina dengan mendongakkan kepalanya, tampak angkuh. “Mereka hanya terikat kontrak pernikahan, bu
Senyum Amanda menghilang dengan cepat. Ia langsung jatuh terduduk, memaksa diri untuk tersenyum. ‘Ah harusnya aku sudah menduga ia akan pergi sendirian, alih-alih mengajakku.’ Gadis itu melihat gaun yang ia buat dengan susah payah seminggu terakhir ini. ‘Setidaknya aku bisa melakukan hobby yang menyenangkan ini tanpa gangguan seperti di kediamanku dahulu,’ batinnya berusaha syukur walau hatinya masih kecewa ditinggal begitu saja. Setelah beberapa saat kepergian rombongan Pangeran Hitam, seorang pelayan datang ke kamar Amanda. “Maaf Nyonya, Pangeran Apollo mencari Nyonya.” “Pangeran Apollo?” tanya Amanda balik meyakinkan. ‘Apa ia mencari P
'Kenapa ia bertanya seperti itu?' Tapi Amanda tak punya keberanian untuk menanyakan hal itu. 'Pangeran Hitam memperlakukanku sangat baik, walau tak seperti hubungan ayah dan ibu, yang begitu romantis dan harmonis. Kurasa perlakuannya lebih dari cukup kepadaku, jika dibandingkan dengan orang-orang di sekitarku.’ Gadis itu menekukkan tubuhnya seakan ada dalam persidangan, dan dia terdakwa. "Is-istri," jawab Amanda sambil menelan salivanya. Senyum Pangeran Apollo semakin melebar. 'Oh, ini yang menyebabkanmu menyukainya? Aku juga ingin mendominasinya.' Pangeran Apollo berdiri dan melangkah ke arah Amanda, membuat jarak yang begitu dekat, hingga mengharuskan gadis