Semua Bab Cinta Si Mantan Sugar Baby: Bab 21 - Bab 30
113 Bab
BAB 21| Mama Rina
Pandanganku masih terfokus pada Alma dan Dean di depan sana, hingga tanpa sadar aku mengabaikan Naka yang berada di sampingku.Badanku bergetar hebat saat mataku tak sengaja bertatapan dengan mata Dean, bayangan tentang hubungan gelapku bersamanya menari-nari di kepalaku tanpa bisa kucegah. Aku memejamkan mataku berusaha menghapus berbagai bayangan itu.Tangan kucengkeramkan dengan kuat, dadaku naik turun, napasku berhembus tak beraturan.“Alice ….” Aku membuka mataku saat suara Naka masuk melewati gendang telingaku.Aku memandangnya dengan mata berkaca-kaca, Naka berucap pelan, “Astaga, Alice tidak usah memikirkan tentang hadiah lagi. Mama tidak akan mempermasakahkan itu, percayalah.”Aku mengangguk samar, “I-iya, Naka ….”Naka membawa lenganku pelan, pemuda itu berbicara pelan sembari berjalan, “Mari menemui mama dulu, setelah itu kita bisa bebas menikmati pesta malam ini, setuju?&rdq
Baca selengkapnya
BAB 22| Ancaman yang Kudapatkan
Rina membawaku duduk bersamanya, wanita itu memperkenalkanku pada teman-teman sosialitanya. Suara Rina begitu bangga memperkenalkanku membuat hatiku menghangat karena diterima di keluarga Naka. Aku tak mengira ini terjadi.Aku menatap Rina dari samping, mungkinkah jika wanita ini melupakan masalahku dengan Dean? Atau justru Rina tidak mengetahui itu?Pikiran itu membuat badanku bergetar, aku menoleh dan menganggukkan kepala begitu Rina menanyakan sesuatu."Nama kamu Alice, 'kan, sayang?"Rina tersenyum membelai kepalaku lembut, "Baiklah, coba ceritakan bagaimana pertemuan pertama kalian? Bagaimana Naka mengajakmu berkencan, sayang?"Aku menatap Rina kaku, sedang Rina mendesakku untuk menjawab. Aku tersenyum tipis dan berkata, "Alice tidak berkencan dengan Naka, tante ...."Rina membelalakkan matanya kaget dan langsung berkata, "Astaga, jadi Naka tidak memberikan kamu kepastian, ya?"Aku menggeleng tersenyum tipis, "Alice dan Naka hanya berteman, ta
Baca selengkapnya
BAB 22| Mana yang Harus Kuutamakan?
Suasana menjadi begitu hening setelah perkataan dari Rina. Aku menghembuskan napas beratku, mataku masih memandang ujung sepatu yang kukenakan."Bersihkan wajahmu sebelum menemui Naka! Dengar, jangan pernah membahas ini bersamanya, kamu mengerti?" Aku mengangguk samar.Rina dan Alma telah pergi di hadapanku. Badanku merosot ke lantai, suara tangisan yang kutahan sejak tadi keluar. Aku memukuli dadaku, rasanya aku sangat bodoh. Terjebak ke dalam hubungan percintaan yang begitu rumit, sulit untuk dideskripsikan.Menghirup udara saja begitu sulit rasanya, dadaku dipenuhi dengan rasa sesak. Rasa bersalah dan membenci diri sendiri begitu mendominasi. Sulit untuk dikendalikan, bahkan aku tak bisa mengendalikan perasaan ini.Aku melirik ponselku yang bergetar, nama Naka terpampang di sana. Aku menghapus sisa-sisa air mata di wajahku segera, menetralkan suara sebaik mungkin dan segera beranjak menghampiri pemuda itu.Begitu tiba di sana, aku hanya menunduk dan berpu
Baca selengkapnya
BAB 24| Aktivitas Gila
Aku memandangi Naka dari samping, pemuda itu sedang fokus menyetir mobil. Kami sedang dalam perjalanan menuju kampus.Dilihat dari samping sekalipun, wajah Naka tetap saja tampan, hatiku kembali berdebar. Pandanganku turun menuju tangan kami yang saling bertautan, sekarang aku yakin, perasaanku telah sempurna. Tak ada keraguan lagi di dalam hatiku, aku begitu mencinta pemuda di sampingku.Aku menatapnya dengan pandangan bahagia, entah bagaimana kehidupanku setelah ini, untuk sekarang aku ingin selalu bersama Naka, menghabiskan sisa waktuku bersamanya. Saling berpelukan, berciuman, dan melakukan kegiatan yang lebih intim.Karena ... aku sudah mencintanya terlalu dalam."Ada apa, Alice?" ucapan Naka membuatku tersadar bahwa sedari tadi aku memandanginya terus menerus.Aku tersenyum hangat, "Tidak ada ....""Ada apa dengan senyumanmu, hei?" aku menggeleng dengan diam, memilih untuk tidak menjawabnya.Naka terkekeh, mobilnya ia tepikan, pemuda itu menarik tengkukku
Baca selengkapnya
BAB 25| Cinta Imajinasi
Naka mengalihkan pandangannya, ia meantapku dengan pandangan hangatnya. Tangannya yang berada di pundakku ia lepaskan. Aku menatap itu dengan perasaan yang sesak.Kemudian Naka berkata dengan sedikit kekehan, "Tidak, kami hanya berteman. Iya, 'kan, Alice?"Aku menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, walau aku dari awal sadar jika kalimat itulah yang akan ia katakan, namun tetap saja mendengarnya langsung dari mulut Naka membuat hatiku nyeri.Aku mengangguk patah-patah, terkekeh pelan menutupi perasaanku yang patah berkeping-keping. "Iya, kami hanya berteman, Rio ...." Ujarku membenarkan.Naka terkekeh, ia memegang tanganku melanjutkan perjalanan menuju kelas. Naka berkata pelan, "Kenapa semua orang menganggap kalau kita berkencan? Bukankah itu terlalu berlebihan, Alice?"Aku lagi-lagi hanya mengangguk, wajahku kubuat seceria mungkin agar Naka tak menyadari hatiku yang sakit mendengar perkataannya."Kamu benar, ini terlalu berlebihan ...."Naka menangguk semang
Baca selengkapnya
BAB 26| Perasaan Naka
Pancaran kemarahan dapat kutangkat dari mata Naka, aku membenahi posisiku dan berdiri dengan tegap. Naka mengeratkan tangannya pada tubuhku. Ia melingkari pinggangku dengan tangannya, terkesan sedikit posesif. Aku menunduk menatap ujung sepatuku, tak berani mendongakkan wajahku walau sejenak."Ada apa ini?" Diva datang dan berbicara memecahkan raut ketegangan.Naka masih diam, ia menatap Rio tajam. Sedang Rio terkekeh pelan, ia berucap santai, "Tidak, tadi Alice hampir menabrakku dan aku hanya membantunya. Itu saja,"Diva beralih menatap Naka meminta kebenaran. Naka tak mengalihkan pandangannya, ia masih menatap Rio dengan raut tak suka, terlihat sangat kentara sekali. "Jangan menyentuh Alice!"Rio menatap Naka tidak mengerti, "Apa maksudmu? Bro, aku hanya membantunya yang hampir terjatuh, apa itu salah?""Tentu saja salah, kamu menyentuh Alice dan itu kesalahanmu!" Naka menjawab dengan marah."Maaf, tapi aku merasa tidak melakukan kesalahan. Bro,
Baca selengkapnya
BAB 27| Hari Jadi Pernikahan
Aku sedang duduk sembari menikmati susu panas. Mataku memandang televisi yang sedang menampilkan film romantis. Bibirku tersenyum televisi menampilkan adegan romantis, aku jadi membayangkan setiap interaksiku bersama Naka. Bibirku tersungging senyuman hangat begitu kepalaku membayangkan interaksi tersebut.Aku terpekik kaget begitu tangan lembut menutupi mataku. Tanganku mulai meraba-raba ujung tangannya dengan senyuman yang merekah. Aku berkata semangat, "Naka, ada apa?"Naka berbisik pelan, "Mau ikut bersamaku, hm?"Wajahnya mulai digesek-gesekkan disepanjang batang leherku. Aku menyusuri pahanya dan berkata, "Kamu mau kemana?"Naka menarik tangannya, ia duduk di sampingku dan berkata, "Makan malam keluarga, ayo ikut, sayang ...."Aku menatapnya, ragu-ragu aku berkata, "T-tapi ...."Naka menggelengkan kepalanya, ia memeluk badanku, "Ayolah, aku ingin kamu bisa dekat dengan keluargaku. Kamu mau, ya, hm?"Aku membelai puncak kepalanya le
Baca selengkapnya
BAB 28| Satu Tahun yang Lalu
Aku menatap wajahku dipantulan cermin, ujung tanganku segera membenahi wajahku yang berantakkan. Badanku masih bergetar, aku kembali menitikkan air mata, hubunganku dengan Naka tidak semudah yang aku pikirkan.Pemuda yang kusukai, tetapi keluarganya menentang keras hubungan ini. Aku memang bukan gadis baik, tetapi yang mengawali hubunganku dengan Dean pun bukan atas keinginanku. Semuanya berawal dari Dean, pria itu yang memaksaku ... tetapi kehidupanku yang menjadi imbasnya.Bagaimana aku menghadapi Naka jika ia tahu yang sebenarnya ... maksudku, jika ia tahu kalau aku pernah memiliki hubungan dengan Dean lebih dari seorang dosen dan anak didiknya. Apa Naka akan menolakku juga seperti mama dan kakaknya? Aku memejamkan mataku, rasanya sedikit menyesal pada pertemuan pertamaku dengan pria itu. Andai saat itu koperku tidak tertukar, hidupku pasti akan baik-baik saja.Semuanya berawal dari satu tahun yang lalu ....Kepergianku dari kota kelahiran mengawali
Baca selengkapnya
BAB 29| Teman Biasa
Kenzo masih berada di samping Naka, aku dan Naka sudah berada di hadapan Rina dan Faiz—Papa Naka. Aku menundukkan pandanganku, ujung tanganku meremas gaun yang kukenakan, perasaanku tidak enak. Instingku mengatakan jika akan teejadi hal yang buruk, dan aku ketakutan.Mataku bertatapan dengan Alma, tatapan sedikit tajam membuat pikiranku bercabang kemana-mana. Aku takut jika apa yang tengah aku pikirkan menjadi kenyataan."Mama, papa aku dan Alice akan pulang." Aku menampilkan senyuman sebaik mungkin, seolah kejadian beberapa waktu yang lalu tidak terjadi.Naka memegang ujung tanagnku lembut lalu menghampiri Alma dan Dean, Naka berucap dengan suara pelan, "Selamat hari jadi pernikahan untuk kalian, aku dan Alice turut bahagia."Aku mengangguk tersenyum, "Selamat hari jadi pernikahan, pak Dean dan bu Alma. Semoga pernikahana kalian bahagia."Dean menatapku lembut, pria itu tersenyum hangat memandangku lalu berkata, "Terima kasih sudah hadir, Alice. Dan untuk doanya ...
Baca selengkapnya
BAB 30| Saling Mencinta
Begitu aku turun, mobil Naka kembali melesat dengan laju yang kencang. Aku berteriak memanggil namanya, namun ia tidak menghentikan mobilnya.Aku menatap ujung sepatuku, Naka pasti marah padaku, ini salahku. Sekarang ... sebaiknya apa yang harus kulakukan?Aku berjalan masuk menuju Apartemen Naka sembari mengiriminya pesan singkat yang menyatakan permintaan maaf dariku.Naka benar, tidak seharusnya aku mengatakan bahwa Naka hanya teman biasa bagiku. Tidak, Naka lebih dari itu, aku juga mencintainya. Tetapi ... belum pernah sekalipun aku mengungkapkan perasaanku padanya. Aku menyesali itu, seharusnya aku pun mengatakan isi hatiku padanya.Naka ... sekarang kamu ada dimana? Malam semakin larut, tetapi kamu belum juga kembali. Maaf, ini salahku. Baiklah, kita akan tetap bersama, kita akan melewati ini bersama-sama, tetapi tolong ... pulanglah. Aku begitu khawatir ....Naka ... aku juga merasakan sakitnya ketika kamu mengatakan jika aku menganggap omonganmu hanya lelucon,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status