Semua Bab Cinta Si Mantan Sugar Baby: Bab 11 - Bab 20
113 Bab
BAB 11| Gosip
Aku tengah duduk di meja ditemani setumpuk jurnal, cukup membuat kepalaku berdenyut. Aku berdengus sebal tatkala suara-suara bising menggangu konsentrasiku. Aku menahan diriku untuk sedikit bersabar, lagipula aku sedang duduk di tempat umum, wajar saja ada banyak kebisingan.Sedang di sampingku, tadi ada Naka yang sekarang sedang izin ke toilet. Aku menunggunya yang cukup lama belum juga kembali.Aku menarik gelas yang berisi jus jeruk dan kutegak saja untuk mengurangi dahaga. Aku cukup sebal karena aku ditinggal sendiri tetapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin aku mengikuti Naka hingga ke toilet. Aku menatap ke arah sumber suara yang lagi-lagi memecah konsentrasiku. Pintu kafe terbuka, muncul Diva dan Anna yang mendatangiku. Diva langsung mencomot makanan ringan yang ada di meja, aku menatapnya sedikit malas. Tak berbeda dnegan Diva, Anna juga mengambil gelasku yang berisi jus jeruk, langsung saja ditegak hingga tak bersisa.Aku memandangi mereka b
Baca selengkapnya
BAB 12| Biarkan Saja
Aku berjalan melintasi koridor yang ramai, ucapan-ucapan tak mengenakkan terdengar di telingaku. Aku meremas gaun yang kukenalan, mataku kupejamkan berharap berbagai perkataan yang membuatku sakit hati segera hilang.Aku memandang ke depan, ada Naka dan Diva yang berjalan mendatangiku. Naka langsung memelukku erat, Diva berdiri saja di sampingku.Naka berkata dengan nada khawatir, "Astaga, Alice kamu tidak apa-apa, 'kan? Apa mereka menyakitimu?"Aku menggeleng, "Aku tidak apa, tapi ...."Diva langsung menyelang percakapanku dan Naka, "Alice, kamu pulang ke kos aku!"Naka menggeleng tegas, "Apa-apaan Diva, Alice tetap tinggal di Apartemenku!"Diva tertawa remeh memandang Naka, "Naka, semua ini terjadi karena kamu memaksa Alice untuk tinggal di Apartemen kamu! Kamu itu biang masalah, sadar dong!"Naka tak mendengarkan perkataan Diva, pergelangan tanganku ditarik oleh Naka dan dibawa ke dalam mobilnya. Naka berkata pelan, "Kamu akan tetap tinggal di A
Baca selengkapnya
BAB 13| Hanya Teman Lama
Matahari telah kembali pada tempatnya, tetapi Naka belum juga kembali. Perasaan dongkol nan kecewa menguasai diriku, aku berjalan sembari menyiapkan beberapa barang untuk kubawa ke kampus sambil menghentak-hentakkan kaki."Brengsek, aku pengen banget gigit orang!" ucapku yang sebenarnya kutujukan pada Naka. "Sial, nyebelin banget sih jadi cowok!" "Udahlah, mending ke kampus sekarang aja, semoga aku nggak ketemu sama wajah Naka." Aku mengumpulkan buku dan jurnal menjadi satu lalu kumasukkan ke dalam tas yang biasa kupakai saat ke kampus.Tibalah di kampus setelah aku menaiki transportasi umum. Jarak Apartemen Naka sebenarnya tak terlalu jauh, hanya 15 menit saja. Namun tetap saja akan terasa lama jika ditempuh dengan berjalan kaki.Aku melintasi gedung dan masuk ke dalam gedung Fakultas. Saat berjalan telingaku tak sengaja menangkap para gadis yang sedang membicarakanku. Hatiku kembali menjadi dongkol.Aku berjalan dengan cepat, aku berusaha
Baca selengkapnya
BAB 14| Masih Banyak Waktu
Sedang mobil telah berhenti di tengah pemandangan hutan dan suasana yang sepi. Aku menatap Naka takut lalu bertanya, "Kamu yakin ini tempat rahasiaku, Naka? Kamu mau ngapain aku, hei!?"Naka menarik pergelangan tanganku, jemari Naka langsung saja melingkari perutku erat. Bibirnya terasa dekat di telingaku, Naka berbisik, "Lihatlah ke sana, ada danau yang sangat indah. Mau melihatnya, Alice?"Aku menatap arah yang ditunjukkan oleh Naka. Aku mengangguk saat memandangi danau yang begitu indah. Di sana ada dermaga yang terbuat dari kayu, aku berlari pelan untuk menjangkau dermaga kecil itu. Naka berteriak, aku tak mempedulikan, "Jangan berlari, Alice kamu bisa terpeleset!”Aku pun ikut berteriak, "Tidak akan, cepatlah kesini air danau terasa dingin dan sejuk, Naka!"Naka tertawa singkat, pemuda itu ikut bergabung bersamaku. Kaki kami sengaja dimasukkan ke dalam air. Terasa begitu sejuk.Dengan sengaja, aku menciprat air ke wajah Naka. Aku tertaw
Baca selengkapnya
BAB 15| Kesal
Diva tertawa pelan, "Ayo kita nongkrong nanti malam, Alice sebagai gantinya aku akan memberikan buku ini. Bukankah isi buku ini sesuai dengan tugas kuliahmu, sayang?"Aku menghela napas, "Jika aku belum bilang iya, kamu tidak bakal berhenti membujuk."Diva memelukku dari samping, bibirnya dimanyunkan dengan sengaja, "Jadi, mari kita nongkrong nanti malam, ya!"Aku mengangguk terpaksa, "Iya, Diva sayang,"Senyuman Diva langsung merekah sempurna. Buku yang Diva pegang langsung diberikan padaku. Diva mendorongku menuju kasir, gadis itu berbisik pelan, "Cepatlah bayar, malam sebentar lagi tiba,"Aku mengibas-ibaskan tanganku, "Ya-ya,"*****Aku sudah berada di Apartemen Naka. Aku mendekatkan bagian mataku saat pensil alis sudah tergambar dengan rapi. Huh, rasanya memang sedikit terpaksa, tetapi aku tetap akan merias diri secantik mungkin. Begitu pakaian yang kukenakan terasa pas di tubuhku, aku mendatangi pintu dan menariknya. Aku keluar ber
Baca selengkapnya
BAB 16| Bersatu
"Tidak, aku mau pulang. Sebenarnya ... aku memiliki banyak tugas,"Naka mengerucutkan bibirnya, "Ayolah, bagaimana kalau aku menagih 2 permintaan yang tersisa. Kamu pasti setuju, 'kan?"Aku memejamkan mataku, "Tapi aku banyak tugas, Naka ....""Ayolah, Alice,"Aku akhirnya mengangguk, "Baiklah, tapi jangan ke tempat aneh-aneh, ya!"Naka menangguk senang, mobil berjalan santai menyusuri jalan yang lenggang. Naka menambah kecepatan mobilnya, selang beberapa menit mobil telah berhenti di club malam.Naka membukakan pintu untukku, aku berseru tak suka, "Naka, ih kenapa ke sini?"Naka terkekeh singkat, "Ayolah, aku akan menjagamu, aku janji!"Naka melingkarkan tangannya di bahuku, kami berjalan masuk. Suara dentuman musik begitu kuat memekakkan telinga. Aku menatap sekeliling, banyak pasangan yang sedang menari. Sedang Naka memelukku dari belakang, Naka berbisik, "Menarilah Alice,"Aku menoleh membuat bibir Naka hampi saja menyentuh
Baca selengkapnya
BAB 17| Tak Pernah Puas
Aku membuka mataku, di sampingku ada Naka yang masih terpejam. Aku langsung duduk, selimut yang menutupi tubuhku hingga dadaku melorot, aku membolakan mataku kaget. Aku berteriak kencang, "Aaah!"Mata Naka langsung terbuka, pemuda itu langsung duduk di sampingku dan berkata, "Hei, ada apa, Alice?"Aku menatapnya, badanku bergetar tak karuan. Aku berkata terbata-bata, "N-naka a-apa yang sudah kita l-lakukan?"Naka langsung menutupi tubuh telanjangku dengan selimut. Pemuda itu mengacak-acak rambutnya, napasnya berembus berat. Ia memegang bahuku pelan, "Alice, tidak apa-apa, kamu percaya sama aku, 'kan?"Aku menggeleng, aku bingung tak tahu harus bersikap apa, "N-naka, aku tidak tahu harus apa? A-aku bingung, aku tidak tahu ...."Naka membekap mulutku dengan meletakkan tangannya di bibirku, Naka menggeleng pelan, "Kamu percaya sama aku, 'kan, Alice?"Aku langsung memeluk Naka erat, aku berbisik di telinganya, "Naka aku tidak tahu, tapi aku berus
Baca selengkapnya
BAB 18| Lebih Penting dari Apapun
Wajah Naka yang begitu ceria membuat hatiku bergetar hebat. Naka sedang memasak makanan untukku, gerakkan tangannya begitu seksi, sial aku ingin memeluknya.Aku mendekati Naka yang sedang menggoreng nasi, tangannya begitu lihai bak chef handal kelas dunia. Aku meneguk ludahku begitu kakiku berhenti tepat di belakangnya, Naka membalikkan badannya. Tangannya secara otomatis mengelus puncak kepalaku dengan lembut.Aku menatapnya senang, Naka tertawa menampilkan deretan gigi putihnya. Aku berkata, "Naka, kamu terlihat seksi,"Sedang bibir tipis Naka tersungging manis, aku memegang wajahnya dan kembali berseru, "Kenapa wajahmu sangat indah, Naka!"Naka menggelengkan kepalanya, "Aku memang tampan, sayang. Sudahlah, duduk di sana sebentar lagi nasi goreng akan segera tiba di depanmu."Naka kembali mengaduk nasi di atas wajan panas, aku belum beranjak pergi. Tanganku melingkari tubuhnya, kepalaku menyenderkan pada punggung lebarnya. Aku berseru pelan, "Tempat paling
Baca selengkapnya
BAB 19| Perasaan
Aku memegangi kepalaku yang pening, pandanganku masih menghadap pada ponsel berharap ponsel Naka segera aktif. Aku begitu khawatir pada pemuda itu dan sedikit mengesampingkan rasa peningku.Aku menghembuskan napas kasarku, sampai sekarang ponsel Naka belum juga bisa dihubungi. Sebenarnya, ada apa dengan pemuda itu? Atau jika memang tidak ingin diganggu kebersamaan dengan teman-temannya, hubungi aku, beri tahu aku agar aku tidak perlu menunggu tanpa kepastian seperti ini.Rasanya benar-benar kesal campur khawatir. Aku kembali mengirimi pemuda itu pesan singkat, dan lagi-lagi pesan itu tidak terkirim karena Naka menonaktifkan ponselnya.Aku menyerah, aku menghempaskan ponsel di atas kasur. Badanku pun segera kurebahkan, mataku mulai kupejamkan dengan paksa. Rasa pening di kepalaku tak bisa kukesampingkan lagi, kepalaku tak sekuat itu.Namun tak bertahan lama, aku kembali memandangi ponsel. Aku tak bisa tenang, hatiku, pikiranku selalu saja tertuju pada Naka. Apa yang sedan
Baca selengkapnya
BAB 20| Ulang Tahun
Aku membuka mataku, aroma makanan langsung tercium di hidungku. Aku beranjak dari tempat tidur, mendatangi sumber bau makanan. Dari harumnya saja, sudah pasti makanannya sangatlah lezat.Aku duduk dengan santai menanti makanan tersedia di meja makan. Naka yang memasak makanan tak menyadari kehadiranku di meja makan. Begitu makanan selesai di masak, pemuda itu berseru, “Astaga, sejak kapan kamu di sini, Alice?”Aku terbahak saja, wajah Naka sedikit lucu nan menggemaskan hingga aku tak tahan untuk tidak mencubitnya.Aku mendatangi pemuda itu, tanganku dengan cekatan mengambil makanan yang Naka masak, tak lupa kecupan di pipinya aku berikan. Naka hanya terkekeh gemas, pemuda itu berjalan pelan di belakangku.“Apa kamu sudah tidak pusing? Demammu sudah turun, ‘kan?” aku mengangguk santai.Naka berdehem, aku mengalihkan tatapanku. “Ada apa, Naka?” seruku.Naka menggeleng, senyuman di bibirnya masih saja m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status