All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Psikopat: Chapter 21 - Chapter 30
116 Chapters
Bab 21.
"DEG!" Seketika, wajah mereka bertiga menegang. Perlahan mereka menoleh kepalanya ke arah sumber suara itu. Terlihat Joey sedang berdiri santai di ujung parkiran sambil tersenyum. Ditambah penampilannya yang dibuat-buat untuk mencerminkan penampilannya. Laki-laki berpenampilan culun itu bersuara, "Cobalah, cek ponsel kalian, ada berita heboh." Joey terkekeh, kebetulan tempat parkir sangat sepi, hanya mereka berempat. Joey masih diam di tempatnya, ia ingin melihat reaksi ketiga gadis cantik itu. Angelica cepat-cepat membuka ponselnya, ia browsing untuk melihat berita terbaru. Seketika Angelica terbelalak setelah membaca berita, Sarah dan Nita penasaran. Sarah mengambil ponsel Luara lalu ia membacanya, dan Nita juga ikut membacanya. Ternyata berita pembunuhan dua preman langsung menjadi berita utama. Para polisi dan pihak lainnya menangani kasus itu. Mereka menemukan sidik jari di pakaian dan di lengan salah satu mayat. Dan mereka juga menemukan rekaman CCTV
Read more
Bab 22.
Di sebuah rumah sederhana, di dalamnya, terlihat Joey tengah duduk di santai sambil minum kopi. Rumah itu adalah rumah yang dibeli oleh Joey. Ia membelinya dengan yang dari hasil uang yang ia rampas dari salah satu koruptor. Tentu saja nasib koruptor itu telah ia bunuh dengan cara sama sadisnya. Semua trik untuk tak dicurigai, dengan mudah ia lakukan. Kini ia terkekeh, sambil mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, saat ia di introgasi di kantor Polisi. Dengan mudah dan pandainya ia bersandiwara. Di kehidupan sebelumnya, hal itu sudah biasanya. Ditambah tubuh yang ia tempati adalah laki-laki culun yang berprestasi. Dengan pikiran liciknya dan otak cerdas dari pemilik tubuhnya. Sudah pasti ia bisa merencanakan hal sesuatu yang mudah. Dengan penampilan polosnya, itu bisa menutupi sosok aslinya. Saat tengah-tengah menikmati kesendiriannya dengan segelas kopi, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Joey segera membuka ponselnya, dan membaca pesan masuk, ternyata dari Sand
Read more
Bab 23.
Seketika Angelica menoleh. "Kamu jangan bicara seperti itu." "Tapi bukankah kamu juga melihat sikapnya yang begitu santai. Jelas-jelas dia pelaku pembunuhan, tapi dia bisa dinyatakan tak memiliki hubungan apapun dengan kasusnya. Sudah kupastikan dibalik wajah polosnya, dia seorang Psychopath." kata Sarah panjang lebar. "Tidak mungkin, aku sangat mengenalnya." ucap Angelica, Sarah dengan tajam menatapnya. Angelica kembali bersuara. "Sebenarnya, dulu sebelum aku dan orang tuaku pindah ke Kota ini...." Angelica mulai menceritakan masa lalunya, yang baru kali ini ia tahu. Dulu saat Angelica kecil ia memiliki teman. Mereka selalu bermain bersama dan teman masa kecilnya yang tak lain adalah Joey. Tak hanya sering bermain bersama, dari TK sampai SD, mereka berdua selalu satu sekolah yang sama. Namun setelah lulusan SD, Angelica ikut kedua orang tuanya pindah ke kota yang sekarang. Dia bahkan belum berpamitan kepada Joey sebelum berpisah. Dan entah takdir
Read more
Bab 24.
"Sial pemandangan macam apa ini? Apa dia dipihaknya dan menghianatiku, Rifky, dan yang lainnya?" tanya Hendrik dalam hati. Joey mendekati Hendrik. Ia berjongkok di hadapan laki-laki itu. "Kalo ngomong yang jelas." Nafas Hendrik memburu, ingin sekali rasanya memukul wajah Joey. Namun apa daya, ikatan yang mengikat kedua tangan dan kedua kakinya sangat erat. Joey menoleh kepalanya sedikit, ia melirik ke arah Sandi yang berdiri di belakangnya. "Sandi, berikan korek Api-mu!" Hendrik mengerut dahinya. "Korek Api?" Dengan sangat terpaksa, Sandi memberikan korek gasnya kepada Joey. Joey menerimanya, lalu ia simpan di saku celananya. Joey menatap Hendrik dengan senyumannya. "Kita langsung saja. Kamu ingin dipihak Rifky, atau dipihakku?" tanya Joey sambil mengangkat alis sebelah nya sambil tersenyum. Hendrik tidak menjawab, namun matanya sedikit gerak, seakan memberi kode. Joey dapat melihat itu, dan ia paham. Joey langsung menggulingkan tubuhnya ke sam
Read more
Bab 25.
"Kamu mau? Ini agak sedikit asin rasanya." Joey menawarkan kedua bola mata Sandi yang sudah dipotong kecil-kecil. Spontan Hendrik langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat. Jelas mana sudi ia memakan salah satu bagian dari tubuh manusia, apalagi itu adalah sahabat sendiri. Ingin muntah rasanya. Joey terkekeh, lalu ia melanjutkan memakannya. Selesai sudah memakannya, kini Joey berdiri di hadapan Hendrik. Terlihat ia sedang memegang dagunya seakan ia sedang berpikir. "Apa kamu ingat sudah berapa lama kamu membully tubuh ini?" Hendrik langsung menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak mengingatnya. Lalu ia tersadar, ada kata-kata yang ganjal yang diucapkan oleh Joey barusan. "Tubuh ini?" Joey kembali bersuara. "Ahh benar, kalau di hitung-hitung, mungkin sudah hampir 2 tahun lebih kamu dan teman-temanmu membully tubuh ini zemenjak awal ospek." Joey dapat melihat kebingungan dari raut wajah Hendrik. Joey terkekeh, "Asal kamu tau, aku
Read more
Bab 26.
"Belum, Tuan, anak buah saya masih belum menemukan tanda-tanda orang ini." "Sial! Kenapa mencari satu orang saja kalian tidak becus! Baru kali ini kalian membuatku kecewa hanya untuk mencari orang itu!" "Maaf tuan, sebenarnya kami menemukan satu rekaman cctv dari salah satu koruptor yang dibunuhnya." "Kirimkan padaku." "Baik, Tuan." Beberapa menit kemudian ada email masuk di laptopnya. Marc membuka email itu, dan mengklik hasil rekaman cctv. Rekaman itu, merekam seorang yang jelas laki-laki dari penampilannya. Laki-laki itu mengenakan masker, kacamata, dan topi serba hitam. Laki-laki itu baru saja menyelesaikan membunuh salah satu koruptor di dalam ruangan. Setelah aki-laki misterius itu menatap ke arah cctv, dan melambai-lambaikan tangannya. Setelah itu ia menunjukan jari tengahnya. Waktu terus berjalan, sore hari. Kini Rifky hanya memiliki dua teman saja semenjak Hendrik dan Sandi telah meninggal satu bulan yang lalu. Entah ingin mencar
Read more
Bab 27.
Joey memasang wajah polosnya, karena orang yang ada di hadapannya adalah salah satu pengunjung cafe tadi. Joey masih mengingat wajah orang ini. "Ada perlu apa?" tanya Joey sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Kita bicara di dalam mobil saja." kata orang itu. Joey hanya menuruti saja, setelah masuk, ia duduk dengan tenang. Ia duduk di belakang bersama orang itu dan dua orang berbadan besar yang ternyata adalah anak buah dari Marc. Mobil pun berjalan, Joey menolehkan kepalanya ke orang yang duduk disebelahnya. Orang itu tersenyum. "Namaku Ribery, aku kesini ingin membawamu ke bos kami." Joey mengerut dahinya. "Bos?" "Ya, bos ingin kamu menjadi anggota kelompok nya, aku adalah asisten nya, dan mereka berdua adalah anak buahku," sambil menunjuk 2 anak buahnya. Joey mengangguk-angguk kepalanya. "Kenapa bos menginginkanku menjadi anggotanya?" "Karena dia tertarik dengan aksimu." jawab Ribery. "Aksiku? Sebagai pelayan cafe?" sahut Joey.
Read more
Bab 28.
Joey sudah menduga, kalau ada orang yang dinilai rendah masuk ke dalam markas mafia. Dipastikan takkan bisa pulang dengan mudah, tepatnya mustahil untuk keluar dengan selamat. Joey memilih memasang wajah paniknya, Marc yang melihatnya hanya bisa menatap datar. "Kau hanyalah sampah di dunia ini. Bisa-bisanya sosok yang kuinginkan, malah yang datang sosok laki-laki yang culun sepertimu. Sungguh tidak lucu." Kedua anak buahnya memegang Joey. Joey mencoba berontak. Itupun hanya pura-pura. "Om, jangan bunuh aku." "Aku janji tidak akan melaporkan ini kepada siapapun." lanjutnya sambil menampilkan wajah sedihnya yang ia buat-buat. Marc terkekeh. "Kamu kira aku akan percaya?" Joey dibawa paksa oleh kedua anak buahnya, Marc menghela nafasnya. Ia berjalan mendekati kursi kebesarannya, dan mendudukinya. "Bisa-bisanya membawa anak culun ke markas." Sementara Disisi Lain. Joey yang sudah di dalam mobil, ia duduk di kursi belakang. Dan dua orang yang m
Read more
Bab 29.
Sarah dan Nita pasrah dengan apa kemauan Angelica. Mereka berdua sudah memberitahunya berkali-kali untuk tidak berurusan lagi dengan Joey. Dan Sarah maupun Nita, mereka sudah tak ingin apapun yang berkaitan dengan Joey. Mungkin berita pembunuhan sudah banyak yang mereka dengar. Tapi jika ada berita pembunuhan yang tak masuk akal, dan tidak ada jejak sang pelaku pembunuhan itu. Sarah dan Nita maupun Angelica sudah bisa menebak siapa pelaku dibalik pembunuhan itu. Sarah maupun Nita, sudah benar-benar tidak ingin ada kaitannya dengan Joey. Meski mereka tau Joey adalah pelaku pembunuhan, tapi tetap saja. Polisi pasti menyatakan kalau Joey tidak ada hubungan kejadian pembunuhan itu. Yang ada, Sarah dan Nita yang kena, karena telah menjelekan nama baik orang lain. Padahal jelas-jelas Joey 'lah pelaku yang sebenarnya. Sisi Psychopath-nya, ditutupi oleh penampilannya yang culun. Sarah dan Nita kembali fokus dengan makanan mereka. Tiba-tiba Rifky dan kedua temannya data
Read more
Bab 30.
Setelah mengatakan itu, keempat laki-laki dewasa itu pergi keluar meninggalkan ketiga gadis itu di dalam ruangan. "Lepaskan kami! Bajingan" Nita terus berteriak. Sarah yang sudah bosan mendengar teriakan Nita pun bersuara. "Cukup Nita, mereka adalah penculik, mana mau mereka melepaskan kita." "Terus kita harus bagaimana? Apa kau tidak takut" ucap Nita yang khawatir. "Aku cuma bisa berharap, ada seseorang yang datang menyelamatkan kita." jawab Sarah. Angelica akhirnya tenang, meskipun ia dalam situasi yang tidak mengenakan, ia harus tetap tenang. "Ini pasti ulah laki-laki culun itu! Joey!" Angelica menoleh ke arah Sarah dengan tatapan dingin, "Kenapa kamu bisa menebak semua ini adalah ulah Joey." "Karena hanya kita bertiga yang tau siapa Joey yang sebenarnya." jawab Sarah. Sarah bersuara lagi. "Kenapa sih, manusia culun dia mengganggu hidup kita. Bukankah kita tidak melakukan apa-apa yang berhubungan dengannya 'kan?" Nita
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status