All Chapters of Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil): Chapter 51 - Chapter 60
110 Chapters
Part 50
“Kau benar-benar istri yang manis, Sesil.” Jemari Saga menelusuri punggung Sesil yang telanjang denga sentuhan seringan bulu. Berhenti di pinggang dan kembali lagi ke atas. Menyentuh tanda merah yang diberikannya di leher dengan kepuasan tak terkira. “Kau hanya menyerahkan tubuhmu untuk satu orang. Bolehkah aku merasa istimewa?”Sesil bergeming. Ya hanya Sagalah yang menyentuh tubuhnya seintim ini. Hanya Saga yang ia biarkan mengetahui bagian-bagian tersembunyi di tubuhnya. Hal itulah yang membuatnya tak tahan menatap wajah pria itu lebih lama. Hanya akan memperjelas perasaannya sebagai wanita yang jatuh di kaki Saga dengan cara paling menyedihkan.Segera setelah Saga menyelesaikan gairah pada tubuhnya dan memisahkan tubuh mereka. Sementara pria itu masih berbaring telentang  di sampingnya, menikmati sisa-sisa kenikmatan sambil mengatur napas, Sesil berbalik memunggungi pria itu. Menarik selimut menutupi tubuhnya yang telanjang. Hanya untuk
Read more
Part 51
“Hanya karena dia suka omelet, kau tidak bisa membuatnya sesuka hatimu, Sesil. Dia punya jadwal makanannya sendiri.” Saga muncul di dapur. Setelah kemarin ia memberi ijin Sesil membuatkan omelet untuk Kei, pagi ini wanita itu bangun lebih awal hanya untuk menyelinap ke dapur dan membuat kokinya kehilangan kuasa.Sesil berhenti mengaduk-aduk telur yang ada di pan. Wajahnya mengerut kecewa saat mengeluarkan protes. “Dia menyukainya.”“Omeletmu kacau, Sesil. Jangan racuni anakku lagi.”“Dia memakannya.”“Dia memang. Tapi jangan menyiksanya lebih jauh lagi.”Sesil mengelak. “Tidak separah itu, Saga!”“Apa kau tahu dia juga ikut kelas memasak pertamanya untuk anak-anak, beberapa hari yang lalu. Dan rasa makanannya tak separah milikmu.”“Ta ....”“Ck ck, menikahimu selama hampir empat tahun, aku tak pernah mengira kau benar-benar kac
Read more
Part 52
“Kau mengatakan dirimu bukan Rega, tapi lihatlah. Kau bersikap seolah ingin menjadi Rega di antara kami. Dan jujur, itu membuatku muak padamu, Sesil,” papar Saga frustrasi. Sesil berhasil menyusulnya di ruang kerja, mengejarnya dengan kata-kata yang semakin membuat hati Saga melonjak. Empat tahun lalu Sesil mengungkit Rega untuk pergi dari rumah ini, apa sekarang wanita itu menggunakan taktik yang sama untuk mendapatkan Kei?Sesil memikirkan kata-kata Saga dalam diam. Apakah ia memang terlihat seperti itu? Ia tahu permusuhan di antara Dirga dan Saga tak akan mereda semudah itu. Bahkan ia tak pernah bermimpi akan bisa meredakan kebencian mereka berdua. Hanya saja, “Dirga mencintaiku dengan tulus.”Saga menggeram. Kedua tangannya mengepal keras dan siap melempar layar komputer di meja kerjanya ke lantai sekarang juga. “Apa sekarang kau berniat mulai bersikap menjijikkan, Sesil?”“Dia juga mencintai adikmu dengan tulus.&rdq
Read more
Part 53
“Kenapa dia belum bangun?!” murka Saga pada dua orang dokter dan dua perawat yang tengah berdiri di depannya. Membuat keempat orang itu semakin menundukkan kepala.“Kami melakukan yang terbaik yang kami bisa.” Salah satu dokter memberanikan diri menjawab.“Jawaban yang bagus, Dok.” Saga meraih pistol di pinggang dan tak bisa menghalangi keinginannya untuk memecahkan kepala dokter sialan itu.“Saga!!” Alec menerjang tubuh Saga ke dinding. Menahan tangan pria itu yang mengacungkan pistol ke arah dokter yang bersuara. “Pergi kalian semua!”Keempat petugas medis itu lari terbirit secepat kaki  mereka melangkah.Alec bersyukur Saga dalam kondisi mental yang kurang sehat, sehingga kekuatan tubuh pria itu tak melebihi dirinya. Menahan tangan pria itu dan menjatuhkan pistol dalam genggaman Saga jatuh ke lantai sebelum menendangnya menjauh dari mereka berdua. “Kau benar-benar sudah gila,
Read more
Part 54
“Aku ingin pulang. Kapan aku boleh pulang?” gumam Sesil pagi itu di hari kelima. Memar-memarnya sudah menghilang, sakit di kakinya juga sudah menunjukkan perkembangan yang sangat baik, tapi Saga bersikeras tak membiarkannya pulang ke rumah.“Sampai kakimu benar-benar sembuh,” tegas Saga.“Dokter bilang itu akan sembuh dalam beberapa minggu. Aku tak mau menunggu selama itu dan tinggal di sini, Saga,” rajuk Sesil. “Itu bisa dilakukan di rumah.”Saga akhirnya mengabulkan permohonan Sesil di usaha yang ke delapan. Denga syarat Sesil hanya boleh berbaring di ranjang. Tanpa melakukan apa pun.“Memangnya apa yang bisa kulakukan dengan kakiku yang sakit,” yakin Sesil yang membuat Saga akhirnya mengangguk. Ya, meski itu juga tak akan menghalanginya untuk melakukan sesuatu jika Saga tak ada. Berbaring hanya membuat tulang-tulangnya kaku dan sulit digerakkan. Bahkan ia bisa berdiri dengan tegak di kamar man
Read more
Part 55
Alec hanya diam. Matanya mengamati dari atas ke bawah pada tubuh Saga yang baru keluar dari kamar. Rambut basah, di siang hari seperti ini. “Sepertinya tidak lama lagi aku akan mendapatkan keponakan baru lagi,” gumam Alec. Saga tersenyum simpul. Alec masih belum terbiasa dengan senyum simpul yang tersungging di bibi Saga, tapi ia akan segera terbiasa. “Aku berharap kali ini keponakanku perempuan, Saga. Mungkin sikap pembangkang Sesil bisa menurun sedikit. Kei sangat membosankan dengan sikap penurutnya. Kenapa anak itu tak pernah membuat masalah?” “Apa kauingin mati?!” “Aku hanya mengungkapkan pendapatku.” Saga mengulurkan secarik kertas putih pada Alec. Mengingat tujuannya menyuruh pria itu datang kemari. “Pastikan dia sendiri yang menerima ini.” Alec mengambil kertas itu. Membuka lipatannya dan membacanya dengan kerutan di kedua alisn. Menatap Saga lagi penuh tanya. “Makam Rega?” “Berikan itu padanya.” Alec tercenung. Masih bertanya-tanya meski t
Read more
Extra Part
“Aku ingin ke rumah sakit,” ungkap Sesil setelah dokter mengatakan tak ada yang serius dengan gejala mual muntahnya dan meresepkan obat anti mual di selembar kertas putih.Dokter itu mengerutkan alisnya tak mengerti.“Aku ingin cek USG. Usianya sudah menginjak tepat delapan belas minggu hari ini, sudah cukup untuk mengetahui jenis kelaminnya.” Wajah Sesil berubah cerah. Menatap dokter itu dan Saga bergantian meminta persetujuan.“Tapi Anda butuh istirahat ....”“Kami akan ke rumah sakit, Dok,” sela Saga sebelum dokter itu melanjutkan kata-katanya. Apa pun untuk Sesil. “Sekalian menebus resep itu.”Sesil mengangguk mantap. “Bolehkah?” tanyanya pada sang dokter yang tampak ragu. Mual dan muntahnya memang menguras banyak tenaga dan ia harus beristirahat demi memulihkan tubuhnya. Tetapi, saat ini ia begitu bersemangat.Dokter itu menatap Saga yang duduk di pinggir ranjang. M
Read more
1. Mimpi Itu Lagi (Saga Sesil Season 2)
Saga Sesil 2 *** Darah itu merembes membasahi lantai. Mengalir di bawah telapak kakinya. Biasanya ia tahan dengan segala macam rasa sakit, tapi ketika darah itu seakan menusuk-nusuk kulit di bawah kakinya, siksaannya terasa tak tertahankan. Darah itu seakan meresap di antara sela-sela kulitnya. Mengalir bersama aliran darahnya menuju jantung. Di sanalah puncak siksaan yang dibawanya. Ia tak bisa bernapas. Ia butuh udara. “Kaakkkk ...” Saga menoleh. Di antara kegelapan, suara kesakitan seorang gadis yang tak kalah menyesakkannya semakin jelas. Dengan tubuhnya yang kurus dan rambut gelapnya yang lurus menutupi sebagian wajahnya. Berbaring di antara genangan darah. Matanya biru dan gelap, tampak sendu dan basah. Menahan kesakitan yang teramat. “Tolong aku, Kak.” Tangan Rega terangkat. Mencoba meraih ke arahnya. Tapi Saga tak bisa menggerakkan tubuhnya yang kaku. Sekuat apa pun ia memiliki keinginan untuk meraih tangan dan tubuh tak berdaya itu ke dalam pelukannya, tubuhnya membeku.
Read more
2. Adik Untuk Kei
“Apa yang kaulamunkan?” Saga melingkarkan lengannya di pinggang Sesil sembari mengecup leher wanita itu. Sepanjang pagi, wanita itu tampak melamun dan lebih banyak diam. Memperhatikannya interaksinya dan Kei dengan reaksi seadanya. Menjawab pertanyaannya dan Kei sekenanya saja. Dan sekarang, wanita itu memandang bagian belakang mobil yang membawa Kei pergi ke sekolah dengan pandangan yang kosong. “Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” Sesil hanya menggeleng pelan. Mengangkat wajahnya ke samping dan mencium pipi Saga. “Pagi ini kalian terlihat sangat akrab.” Saga mengangkat satu alisnya. Menyadari makna yang tersirat dalam kata kalian yang wanita itu ucapkan, menyiratkan kesedihan yang berusaha istrinya pendam. “Kalian?” “Kau dan Kei,” jelas Sesil. Senyum tipis tergores dibibirnya dengan miris. Mata Saga menyipit, berusaha mendalami makna dalam suara Sesil yang terdengar tak seperti biasa. “Kenapa dengan kami?” ‘Kalian tidak membutuhkanku,’ jawab Sesil dalam hati. Wanita itu menggele
Read more
3. Kebahagiaan Yang Sempurna
Gara-gara mulut ember Alec, Saga tiba dua jam kemudian. Tampaknya pria itu langsung pulang begitu ditelpon oleh Alec.Memastikan gosip yang dihibahkan Alec bukanlah sekedar omong kosong, pria itu langsung membawa Sesil ke rumah sakit. Seperti biasa, mereka bisa menerobos antrean karena Saga adalah ketua yayasan rumah sakit. Sesil langsung diperiksa, tanpa menggunakan tes kehamilan dia langsung naik ke ranjang untuk diperiksa dengan mesih USG. Ia positif hamil, usia kandungan memasuki tujuh minggu. Dokter bilang janinnya masih sebesar buah ceri, -dua buah ceri-. Sangat kecil, tapi makhluk itu hidup di rahimnya. Menghangatkan perutnya. Melipatgandakan hentakan kebahagiaan yang masuk ke dadanya. Tak hanya satu keajaiban, dua keajaiban langsung dianugerahkan kepadanya. Tak henti-hentinya Saga mengelus perutnya sepanjang perjalanan mereka pulang ke rumah. Meyakinkan diri bahwa anak itu benar-benar ada di perut Sesil dengan sentuhan itu. Tetapi keyakinan itu meragu ketika sampai di rumah, S
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status