Semua Bab Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil): Bab 71 - Bab 80
110 Bab
14. Tidak Baik-Baik Saja
Ketiganya membeku, keheningan membentang di antara ketiganya dalam perjalanan Sesil menutup jarak di antara mereka dan berhenti tepat di samping Saga, menatap dokter Juan. “Jadi Dirga sudah bangun?” Sekali lagi Sesil mengulang pertanyaan tersebut karena ketiganya membisu akan kedatangannya. Dokter Juan mendapatkan satu kedipan mata dari Saga, pria itu langsung mengangguk sekali dan berpamit. Sesil pun beralih pada Alec dan Saga yang tetap bergeming. Saga dengan kemarahan yang terpendam sedangkan Alec terlihat salah tingkah. Tak ingin terlihat memihak Sesil dengan kemarahan Saga yang sangat jelas. Rasanya pertengkaran Saga dan Sesil belum pernah terasa begitu menyesakkan seperti ini. Ya, ia tahu pemicunya. Ada Dirga di balik pintu yang ada di belakang mereka. Sesil menunggu jawaban yang sia-sia. Ia menyelipkan tubuhnya di antara Saga dan Sesil, hendak meraih gagang pintu untuk memastikan apa yang baru didengarnya. Tetapi pergelangan tangannya ditangkap oleh Saga dan ditarik menjauh
Baca selengkapnya
15. Tidak Akan Meninggalkan
Saga dan Sesil memucat menemukan Kei yang berdiri di ambang pintu ruang perawatan yang masih terbuka. Ketegangan di antara keduanya pun terpaksa dikendorkan. Wajah keduanya tampak melunak. Saga menaikkan Sesil kembali ke tempat tidur kemudian berjalan keluar untuk menggendong sang putra. Bersamaan dengan Alec yang muncul dari lorong. Alec segera menyadari ada yang tidak beres menangkap raut tenang yang dipaksaan di wajah Saga. Ia bertanya ada apa tanpa suara pada Saga. “Kenapa kau membawanya kemari?” “Dia bersikeras ingin melihat Sesil. Kau tahu terkadang dia mendapatkan sifat keras kepalanya seperti Sesil, kan?” jawab Alec setengah berbisik. Saga hanya diam, kemudian memberi isyarat gerakan ke dalam ruang perawatan Sesil. Setelah Alec masuk dan menutup pintu di belakangnya, Saga berjongkok di depan Kei, menyejajarkan wajah mereka dan kedua tangan memegang tangan mungil sang putra. “Kenapa papa berteriak pada mama?” Itu adalah pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Kei dengan
Baca selengkapnya
16. Rahasia Dirga
Benar saja, setelah mengetahui keadaan Dirga jauh lebih baik dan akan menjadi lebih baik lagi. Kesehatan Sesil pun berkembang pesat. Stres berlebih karena kekhawatiran yang tak bisa dilepaskan, perlahan mereda. Sesil pun berkonsentrasi meredakan kekhawatiran pada kandungannya dan fokus untuk menyembuhkan diri. Setelah empat hari, tekanan darah wanita itu kembali normal dan janin dalam kandungannya pun keadaannya sudah lebih kuat. Saga menekan kecemburuannya ketika benaknya berpikir bahwa keadaan Dirga berperan cukup besar dalam kestabilan emosi istrinya. Menyadari bahwa ikatan Sesil dan Dirga tak semudah itu akan terputus begitu saja. Ya, Dirga mencintai Sesil dengan tulus, begitu pun sebaliknya. Terkadang ia berpikir, bahwa semua alasan yang dimiliki Sesil untuk kembali ke pelukannya hanyalah Kei, pun dengan Sesil yang mengatakan mencintai dirinya. Tapi jelas Dirga memiliki porsi tersendiri di hati wanita itu. Wanita itu tak bisa mengabaikan keberadaan Dirga begitu saja saat pria i
Baca selengkapnya
17. Keanehan Saga
Saat Saga masuk ke kamarnya, Sesil sudah berdiri di tengah ruangan dan hendak menghambur ke arahnya.“Kau tidak tidur?”Sesil mengusap bibirnya dengan punggung tangan. “Aku sedikit mual,” jawabnya sambil mengamati raut wajah Saga yang mendadak kusut setelah menemui Dirga.Saga menghampiri wanita itu dan menyelipkan helaian rambut Sesil yang berantakan di sekitar wajah ke belakang teling. Rasanya hatinya masih kesal melihat wanita itu kesusahan karena pengaruh kehamilan. “Istirahatlah. Aku akan menyuruh pelayan membawakan sesuatu untuk menghilangkan rasa pahit di mulutmu.”Sesil hanya mengangguk singkat. Pandangannya masih menelisik kekusutan di wajah Saga dan kekhawatirannya terhadap Dirga lagi-lagi sulit untuk disembunyikan. “Kenapa? Ada masalah dengan Dirga?”Gerakan tangan Saga di rambut Sesil berhenti, matanya mengerjap membalas tatapan menelisik wanita itu yang lebih kuat. “Tidak.”Sesil jelas tak percaya dan ia tahu Saga pun tak berpikir dirinya akan percaya. Meski Dirga sudah b
Baca selengkapnya
18. Kau Menyelamatkanku
Cukup lama Sesil berdiri tercenung di teras, hingga merasa kedinginan karena baru menyadari pakaian tidurnya yang tipis. Ia pun masuk ke dalam dan berbaring di sofa panjang, sembari menatap jam di dinding yang sudah menunjukkan jam dua pagi. Rasa kantuk yang mulai datang membuatnya berbaring hingga terlelap. “Nyonya?” Sesil terbangun, mengerjap-ngerjapkan matanya pelan dan melihat salah satu pelayan yang berdiri di sampingnya. Saat itulah ia menyadari ia tidak tidur di tempat tidur. Pandangannya mengarah keluar, melihat hari yang sudah mulai terang. Sesil bangun terduduk dan menelaah ingatan yang membuatnya tertidur di tempat ini. Saga bermimpi buruk dan pergi begitu saja. “Suamiku sudah pulang?” “Belum, Nyonya.” “Jam berapa sekarang?” “Enam.” “Kei?” “Belum bangun.” Sesil pun beranjak dan berjalan ke arah tangga. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika pandangannya melirik ke lorong di samping tangga. Tampak mempertimbangkan sejenak dan mengurungkan niat untuk langsung
Baca selengkapnya
19. Saling Memaafkan
“Kenapa? Apakah dia masih mempengaruhi istrimu?” Salah satu alis Arga terangkat. “Pikirkan jika aku yang bermalam di rumahmu.” Seringai Saga tersungging dengan cara yang licik. “Hanya satu malam.” Raut wajah Arga segera membeku , matanya memicing tajam. “Dia adik iparmu.” Saga hanya mengedikkan bahu. Yang membuat ekspresi Arga semakin tegang. Tetapi ia tetap berusaha terlihat setenang mungkin. Buka Saga yang menginginkan Reynara, tapi Reynaralah yang pernah sangat mengejar Saga. Pun dengan pernikahan mereka yang berjalan dengan penuh ketenangan selama lima tahun ini, tetapi saja kecemburuan itu ada jika menyangkutkan antara Saga dan Reynara. Dan ia paham apa yang dirasakan Saga saat ini dengan keberadaan Dirga di rumah ini. “Kami sudah memiliki anak.” “Aku sudah memiliki Kei, dan apa kau tahu berapa yang ada di perut Sesil sekarang?” Kedua mata Arga membelalak, jika satu tak mungkin Saga menanyakan hal itu kepadanya. “Kembar?” Saga mendesah panjang. Bahkan setelah semua ikatan
Baca selengkapnya
20. Teman Dirga
“Ada apa?” Saga menutup pintu di sampingnya. “Seseorang tertangkap di kasino. Anak buah Jimi. Sepertinya pria itu memiliki hubungan dengan pimpinan gelap lainnya.” “Apa maksudmu?” “Mereka mengincar Dirga.” “Ini tak hanya perebutan kekuasaan di perusahaan Dirga?” Arga menggeleng. “Kupikir ada hubungannya dengan perdagangan yang beroperasi di bawah tanah. Kita akan mengorek informasi pria itu lebih dulu sebelum mengonformasinya lebih dulu pada Dirga. Aku yakin Dirga mengendus sesuatu, itulah sebabnya mereka mengincar nyawanya.” Kerutan di kening Saga menukik semakin tajam, berpikir lebih keras. Menyelidiki tikus-tikus bawah tanah bukanlah pekerjaan yang asing bagi mereka. Tetapi sepertinya kali ini lebih serius. “Aku tak akan melepaskan cecunguk Jimi. Beraninya dia menyentuh Rega,” gumam Arga bersumpah. “Aku akan membunuh cecunguk itu dengan tanganku sendiri.” *** Senyum Sesil mengembang melihat sang putra yang muncul di antara wajah-wajah mungil lainnya. Tangannya melambai, de
Baca selengkapnya
21. Ancaman Dari Sisi Lain
Sesil menjerit dan kedua lengannya kontak mendekap tubuh Kei kuat-kuat. Tubuhnya tersentak ke samping dengan keras bersamaan suara hantaman keras dari arah samping kanan, menyusul dari samping kiri. Kepalanya pusing dengan hentakan yang begitu keras, semua terjadi hanya dalam hitungan detik. Ketika ia menyadari apa yang terjadi, sebuah mobil yang sempat berhenti di depan mobil mereka, melaju pergi dengan kecepatan tinggi. Erangan pelan terdengar dari dalam pelukan Sesil, yang segera mengalihkan perhatian Sesil. “Kei, apa kau baik-baik, Nak?” cemas Sesil sambil merangkum wajah sang putra. Kemudian matanya memindari tubuh Kei dengan seksama. “Apa Kei merasa ada yang sakit?” Kei menggeleng pelan. Kedua lengannya masih memeluk Sesil dengan ekspresi ketakutan yang mulai menyelimuti permukaan wajah polos bocah itu. “Mama?” Sesil mengangguk meski rasa pusing di kepalanya masih tersisa. Kemudian ia beralih pada sang sopir. Yang memutar tubuh menghadap ke belakang. “Apakah Anda baik-baik s
Baca selengkapnya
22. Anting Yang Hilang
“Apa?” Sesil menyentuhkan kedua tangannya di kedua daun telinganya. Merasakan salah satu antingnya yang hilang. “Sepertinya aku menjatuhkannya.” Raut Saga membeku. “Kenapa? Kau marah aku menghilangkannya?” “Di mana kau menjatuhkannya?” Saga merasakan sesuatu yang tak beres. Ia ingat dengan jelas Sesil mengenakannya tadi pagi sebelum ia pergi dengan Arga. Ia tak akan merasakan firasat tersebut jika Sesil menjatuhkannya di rumah atau di mobil. Tetapi hari ini Sesil pergi ke sekolah Kei dan café. Dua kemungkinan yang tak bisa membuat tenang. Sesil berusaha mengingat. “Mungkin saat ke kamar mandi atau mengganti pakaian. Aku akan mencarinya.” Saga masih bergeming. “Kau ingin aku mencarinya sekarang?” Saga hanya menggeleng, kembali merangkul Sesil. “Kita turun sekarang.” Dan firasatnya tak pernah meleset, terutama jika berhubungan dengan Sesil. Ketika ia sampai di lantai bawah, kepala pengawalnya muncul dan cukup satu isyarat ia tahu mereka harus bicara. “Pergilah ke dapur, aku akan
Baca selengkapnya
23. Gionino Bayu
“Dia sudah tidur?” Sesil meletakkan nampan berisi teh hijau di meja untuk Reynara yang baru saja menidurkan Cyara di kamar tamu. Ia pun baru saja turun untuk mengantar Kei tidur. Reynara mengangguk, mengambil cangkir di depannya dan mulai menyesapknya. “Apakah masih tidak ada yang turun?” Sesil menggeleng. Setelah acara makan malam selesai, para pria –kecuali Dirga- naik ke lantai dua dan masuk ke ruang kerja Saga. Sebelum turun, Sesil sempat melihat dua pengawal yang berjaga di depan pintu. “Apa kau tahu sesuatu?” “Tentang Saga? Atau Dirga?” Salah satu alis Reynara terangkat. Menatap Sesil yang duduk di seberang meja. “Kupikir keduanya masih saling berhubungan. Ada masalah serius tentang Dirga, kan?” “Hmm, satu-satunya hal yang membuat mereka saling berhubungan hanya Rega, kan? Arga juga tak mengatakan apa pun. Saat aku bertanya tentang penjagaannya yang semakin ketat, dia malah mengatakan sesuatu yang tak masuk akal tentang adik untuk Cyara. Apa dia sudah gila?” gerutu Reynara.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status