All Chapters of Tawanan Sang Mafia - New Story (Saga & Sesil): Chapter 81 - Chapter 90
110 Chapters
24. Teman Lama
“Apakah menurutmu dia sedang mencari Dirga?” tanya Sesil. “Tapi dia bahkan tak tahu kalau kami sudah putus dan aku menikah denganmu. Dia bilang, sudah enam atau tujuh tahun mereka tak saling bertemu. Aku ingin memastikannya pada Dirga, tapi … aku tahu kau akan marah padaku jika aku ke ruangan Dirga.” Dan jelas masalah ini lebih serius dari Sesil yang diam-diam menyelinap menemui Dirga. “Apa lagi yang dikatakannya?” “Hanya itu. Apa kau mengenalnya juga?” Saga tak menjawab. Gionino Arsyaka Bayu. Tentu saja ia mengenalnya. Juga Dirga. Cukup dibilang saling mengenal. Sekarang ia paham kenapa pria itu menargetnya Dirga, juga dirinya. Masa lalu mereka jelas lebih rumit dari permusuhan antara keluarganya dan Dirga. Sesil mengamati Saga yang tampak sedang berpikir keras, tetapi ia tak berani menanyakan hal apa pun tentang Dirga. “Apa kau bisa menanyakan hal ini pada Dirga? Mungkin ini akan sedikit membantunya untuk waspada pada siapa pun.” Saga mengangguk singkat, pasti akan melakukanny
Read more
25. Nyawa Dibayar Nyawa
Dari bayangan kaca mobil bagian depan, Saga bisa melihat mobil yang membawa Sesil melaju semakin jauh. Ia mendesah dengan gusar, menghampiri pintu mobil. Ia sudah membuka pintu mobil ketika sesuatu menahannya. Kepalanya berputar dan menemukan mobil sport hitam yang berhenti di seberang bahu jalan. Kaca mobil bergerak turun, memperlihatkan sang pengemudi yang menurunkan kacamata hitamnya. Wajah Saga mengeras mengenali pria yang duduk di balik kemudi. Cukup lama pandangan keduanya saling bertemu, lalu Saga masuk ke dalam mobil. “Ikuti mobil itu.” Mobil pun melaju, mengikuti mobil sport hitam dengan jarak yang cukup dekat. Tak lebih dari dua menit, kedua mobil itu berhenti di lapangan tenis yang sunyi. Saga turun lebih dulu dan berjalan ke samping agar besi. Wajahnya tampak mengeras, menyimpan kemarahan yang begitu besar, yang nyaris tak mampu dibendungnya. “Kau benar-benar tak melepaskan pandangan dari istrimu setelah menerima kiriman hadiahku, Saga.” Ada tawa kecil yang terselip da
Read more
26. Pesta
Pada akhirnya, Saga pun membawa Sesil ke pesta di rumah Alec. Keduanya datang terlambat –sengaja melambat. Sepanjang perjalanan, Sesil tak berhenti tersenyum, dan bergelayut manja di lengannya. Ada kelegaan ia bisa melihat Sesil menikmati semua ini, tetapi masih lebih banyak kecemasan dan kekhawatiran yang menggantung berat di atas kepalanya. Matanya tak lepas mengamati area sekitar mereka, dengan sikap siaga dan peganggannya di pinggang wanita itu pun tak melonggar sedikit pun. “Itu Alec dan Alea.” Sesil menunjuk ke arah sebelah kiri mereka. Melihat Alec dan Alea yang berdiri tak jauh dari posisi mereka. Saga pun membiarkan lengannya ditarik Sesil mendekati Alec. “Alec,” panggil Sesil, yang segera mendapatkan perhatian dari Alec. “Sesil?” Alec tersenyum, kemudian pandangannya turun ke arah perut Sesil yang lebih besar dari perut istrinya. Dan yang pasti akan menjadi perempuan. Topik yang sangat tak disukai oleh wanita itu. “Perutmu sudah terlihat lebih besar. Apakah keponakanku
Read more
27. Keputusan
“Kenapa tanganmu?” Sesil berkerut kening melihat telapak tangan kanan Saga yang ditempeli perban. Saga menggeleng singkat. “Hanya luka kecil.” Sesil menyangsikan hal itu karena perbannya yang cukup lebar dan hampir memenuhi seluruh telapak pria itu. “Itu bukan …” “Artinya, kau tak perlu khawatir, Sesil. Bagiku ini hanya luka kecil.” “Dan bagaimana kau mendapatkannya?” “Kau tak akan ingin tahu.” Bibir Sesil memberengut, yang malah dicium oleh Saga. “Apakah bayi kecil kita merindukan ayahnya?” bisik Saga di antara bibir mereka yang saling menempel. Menarik pinggang Sesil semakin menempel di tubuhnya. Sesil terkikik, mengalungkan kedua lengannya di leher Saga dan membiarkan tubuhnya dibawa ke tempat tidur. “Aku yang lebih merindukanmu.” “Baguslah. Kalau begitu kita bisa saling melampiaskan kerinduan.” Saga mengakhiri kalimatnya dengan lumatan yang panjang, dan dengan tangan yang mulai melucuti pakaian Sesil satu persatu. *** Alec membuka pintu ruang kerja Saga dan langsung m
Read more
28. Rencana
“Aku ingin tempat yang aman. Siapkan beberapa orang di sana dan pastikan tidak aka nada yang mengendus rencana ini. Buat beberapa pengalihan dan gosip tak penting. Mungkin itu akan membantu.” Sesil mengerjap pelan, kemudian berbalik dan berjalan kembali ke kamar tanpa menciptakan suara sekecil apa pun sebelum Saga menyelesaikan panggilan tersebut. Langsung masuk ke kamar mandi dan mengunci lalu menyandarkan punggungnya di pintu. Raut wajahnya masih memucat, menelaah apa yang baru saja didengarnya. Apakah Saga akan mengirimnya dan Kei pergi? Pesawat? Passport? Sudah jelas tidak di negara ini lagi. Jadi Saga akan mengirimnya dan Kei ke luar negeri? Kenapa? Berkali-kali Sesil memikirkannya, semua terasa tidak masuk akal. Suara gagang pintu yang digerakkan dari luar mengalihkan lamunan Sesil. Sesil segera mengeringkan wajahnya menggunakan handuk dan membuka kunci. “Kenapa kau menguncinya?” Sesil mengedipkan mata, menampilkan ekspresi senormal mungkin saat menjawab, “Sepertinya k
Read more
29. Melarikan Diri
Sesil tengah berdiri di depan cermin wastafel, menatap wajahnya yang termenung. Benaknya tak berhenti bertanya-tanya dan berpikir. Juga mencoba introspeksi diri, sikapnya yang mana yang membuat Saga mulai muak? Keras kepalanya? Ketidak patuhannya? Apakah pria itu tidak lagi mencintainya? Cukup lama dan merasa pegal berdiri, Sesil keluar dari kamar mandi. Saga melangkah masuk. “Kau baik-baik saja?” tanya Saga karena Sesil hanya terdiam di depan pintu kamar mandi. Sesil mengangguk, dan tak suka pertanyaan-pertanyaan di kepalanya hanya menggantung begitu saja. Ia pun menghampiri Saga bergelayut manja di lengan pria itu dan menjatuhkan kepalanya di pundak saat membawa pria itu untuk duduk di sofa. “Apakah kau mencintaiku, Saga?” Kening Saga berkerut dengan pertanyaan aneh tersebut. “Kenapa kau mempertanyakan pertanyaan yang kau sudah tahu pasti jawabannya, Sesil.” “Apakah kau bisa hidup tanpaku?” Saga merasa pertanyaan Sesil semakin aneh. “Apa yang kau katakan?” Sesil menggeleng
Read more
30. Berhasil
Langkah Sesil terhenti ketika melihat seseorang yang baru saja menaiki tangga berbelok ke arah ruang kerja Saga. Pria itu membawa amplop coklat di tangan kanan. Dan tak lebih dari satu menit, pria itu keluar dengan tangan kosong. Sesil bersembunyi di balik partisi, mengintip hingga pria itu menghilang dari lantai satu. Lalu menyelinap ke ruang kerja Saga. Amplop coklat yang dibawa pria itu diletakkan di meja. Sesil membukanya dan terkesiap menemukan isi amplop tersebut adalah passpor atas namanya dan Kei juga kartu identitasnya. Beberapa kartu berwarna hitam dan gold. Lalu kartu identitas lainnya dengan fotonya tetapi dengan nama yang berbeda. Aileen Jacqueline Clayton Jorda Dan terakhir, yang membuatnya semakin syok adalah tiket penerbangan ke Turki. Untuk dua hari ke depan. Tubuh Sesil terhuyung ke belakang. Jatuh terduduk di kursi. Semua isi amplop tersebut jatuh ke lantai karena tangannya yang bergetar hebat. Menggigit bibirnya demi menahan isak tangis yang terasa mencekik l
Read more
31a. Dijemput
“Mama, kita mau ke mana?” Sesil yang tengah melamun terkesiap pelan mendengarkan pertanyaan Kei. Kepalanya berputar dan menatap wajah putranya dalam diam. Lalu menghela napas panjang dan bertanya, “Kei lelah?” Kei tak mengangguk, juga tak menggeleng, Sesil merangkum wajah sang putra dan mengelusnya dengan lembut. Mata putranya tampak sayu. Sudah lebih dari satu jam keduanya naik taksi tanpa arah dan tujuan. “Kei mengantuk?” Kei menggeleng. “Kalau begitu kita akan istirahat dulu.” Sesil menyuruh sopir membawa mereka ke hotel terdekat. Dalam perjalanan, Sesil singgah sebentar untuk membeli pakaian ganti Kei. Ya, mereka berdua jelas tak membawa apa pun ketika menyelinap keluar. Tetapi beruntung ia membawa uang cash yang cukup banyak dari lemari penyimpanan Saga untuk membayar tagihan taksi yang membengkak. "Kenapa Kei hanya diam saja? Apakah Kei tidak suka pergi dengan mama sendiri?" Kei menggeleng. Mendadak Sesil bertanya, apakah bocah ini tahu kalau diajak melarikan diri? "Kei
Read more
31b. Dijemput
Sesil tahu Saga tak butuh jawaban darinya. "Kau bahkan akan melenyapkan kami dan mengubah identitas kami, kan? Saga menghela napas panjang dan berat. Inilah sebabnya ia benci melepas CCTV di area dalam rumah. Lupa kalau istrinya akan selalu punya pendapatnya sendiri. "Aku memiliki alasan untuk melakukannya." "Kau selalu punya alasannya, Saga." "Kita akan membicarakannya di rumah." "Atau kau hanya menunda rencana itu?" sengit Sesil. Dan kali ini ia tahu tebakannya benar, Saga tak mengatakan apa pun." Hening sejenak "Kita pulang sekarang." Suara Saga setengah membujuk. "Hanya dengan satu syarat." Saga kembali membisu. Ia tahu syarat yang diberikan Sesil tak akan mudah. Bahkan tak mudah masih lebih baik jika dibandingkan dengan tak masuk akal. "Kau tak tahu seberapa besar bahaya yang mengintaimu dan Kei, Sesil." "Setidaknya tak akan lebih buruk dari ingatanku yang hilang dan terbangun sebagai tunangan dari musuh kekasihku, kan?" Kata-kata Sesil berhasil menohok hati Saga. Mulu
Read more
32. Menyesal?
Sepanjang sisa hari, Sesil sama sekali tidak keluar dari kamar. Berbaring di tempat tidur dan hanya bangun untuk memakan makanan yang terasa hambar di lidahnya. Bayangan masa depannya yang tanpa Saga membuat seluruh tenaganya raib entah ke mana. Malamnya, pria itu tidak tidur di kamar. Dan Sesil tak peduli. Menekan rasa membutuhkan yang meronta di dalam hatinya. Memaksa matanya terpejam meski sulit. Ia ingin memeluk Saga. Entah karena ia mencintai pria itu atau memang hormon kehamilan yang membuat keinginan itu sulit ditahan. Lelah memikirkan semua itu, pada akhirnya Sesil tertidur. Keesokan pagi, Sesil terbangun lebih pagi dari biasanya. Rasa kosong dan hatinya yang patah menyambut harinya dengan muram. Memaksa kedua kakinya turun dan melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Menghabiskan waktu di dalam kamar pun ternyata lebih membosankan. Saat ia keluar dari kamar dan hendak ke kamar Kei, ia melihat Saga yang baru keluar dari ruang kerja. Pandangan mereka bertemu sesaat
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status