All Chapters of The Tales of Deer's Princess: Chapter 41 - Chapter 50
57 Chapters
Bab 39. Aku ingin Lihat Red Stone Sekarang!
Malam telah tiba. Langit nampak berawan agak kemerahan. Rhea duduk termangu di gajebo dekat kamarnya.Shera dan Pearl sudah tak berada di dekatnya. Mereka sudah terlelap di kediaman dayang."Apa besok aku harus menemui Kak Hans? Apa yang akan dikatakannya? Dan kenapa dia bisa telepati?"Semakin dipikirkan semakin tidak masuk akal baginya. Hans hanyalah seorang manusia biasa dari Kerajaan Theligonia. Bagaimana dia memiliki kekuatan telepati?"Apakah pecahan red stone juga ada di Kerajaan Theligonia? Dan selama ini dia sembunyikan."***"Selamat pagi Putri Rhea, saya tidak menyangka jika Putri memberi kesempatan kepada saya untuk bertemu empat mata," Hans membungkukkan badannya sembilan puluh derajat. Sebagai tanda memberi penghormatan. Setidaknya itu lah tanda kehormatan di Kerajaannya.Rhea memandang Hans dari atas ke bawah. Tidak ada yang berubah. Apakah dia sakit? Kenapa tiba-tiba berbicara formal."Kak Hans,
Read more
Bab 40. Siapakah Gerangan Nona Cantik Ini?
Gua itu terasa dingin dan gelap. Beberapa sudut terdapat genangan air.Beberapa kali Rhea hampir jatuh terpeleset. Beberapa kali Hans menarik, merangkul, dan memegang tangan Rhea. Beberapa kali Rhea menggunakan tangannya menyingkirkan Hans.Jika saja ia bisa menggunakan kekuatannya, ia akan hempaskan Hans sekarang juga. "Merangkul perempuan itu tidak sopan Kak Hans,""Namun, demi keselamatan. Why not?"Rhea berjalan dengan menghentakkan kakinya. Kasar. Jika saja ia boleh terbang.Hans mengerti perasaan Rhea, ia juga sebenarnya ingin meminta Rhea terbang saja, supaya Rhea tidak harus terpeleset beberapa kali.Hans menemukan sebuah ide. Ia berjalan lebih lambat dibandingkan Rhea. Membiarkan Rhea berjalan di depannya.Hans mencoba terbang untuk kesekian kalinya. Semoga saja berhasil. Ia akan merasa malu apalagi di hadapan perempuan."Rhea," panggil Hans lembut dari belakang.Rhea berhenti dan men
Read more
Bab 41. Pasukan Berkuda Hitam
"Siapa kalian?" Hans berteriak saat pasukan berkuda serba hitam menghalangi jalannya.Salah seorang dari mereka yang paling depan turun dari kuda. Berjalan mendekati Hans.Ia memberi hormat dengan membungkukkan badannya sembilan puluh derajat ke depan."Izin, Putra Mahkota. Bukan saya lancang menghalangi perjalanan Putra Mahkota. Namun, kami sedang melakukan patroli. Setiap orang yang masuk dan keluar dari Kerajaan Theligonia maka harus diperiksa,""Atas izin siapa kalian melakukan tindakan ini?" Hans tidak bergeming dari kuda. Ia tetap duduk di atas kuda."Izin, Putra Mahkota. Raja Harry yang memberi titah," Ia menjawab dengan mengatupkan kedua tangannya."Apa yang terjadi Putra Mahkota?" Rhea bertanya dari dalam kereta."Jika mereka mau periksa ke dalam kereta. Periksa saja. Jika ada yang mencurigakan pun saya tidak bisa memberikan keterangan apapun, karena kereta ini juga berasal dari Raja." Rhea melanjutkan.
Read more
Bab 42. Ketegangan Sidang Kepala Biro Pos
Aula Theligonia dijaga ketat di luar. Berdasarkan titah Raja, tidak boleh seorang pun masuk ke dalam tanpa izin.Masih ada Raja, Putra Mahkota, dan Kepala Biro di dalamnya."Kepala Biro Wan, saya bertanya kembali, mengapa surat dari Kerajaan Timur belum sampai di meja Raja?" tanya Hans. "Putra Mahkota, jika surat tersebut adalah salah satu dari sekian surat tanpa stempel. Pasti tidak akan sampai ke meja Raja," jawab Kepala Biro Wan dengan tegas dan cepat."Kau tenang saja. Surat itu sudah ada bersama kasim," Hans menimpali.Kepala Biro Wan mengangkat kepalanya. Melihat Hans yang bermuka datar dengan tatapan matanya tajam bagai elang.Seorang kasim mendekati Raja, menyodorkan gulungan kertas yang berada di atas nampan.Raja melirik Hans dan Kepala Biro sebelum mengambil gulungan kertas itu."Baiklah. Mari kita lihat,"Raja membuka gulungan kertas itu. Membaca dengan suara lantang."Hormat kepada Yang Mulia Raja Kerajaan Theligonia. Kerajaan makmur dengan sumber kekayaan dari pertamban
Read more
Bab 43. Ketegangan Aula Theligonia
"Kenapa Kak Hans lama sekali? Apa yang diperbuatnya di Aula bersama Raja?"Rhea mondar-mandir di kediamannya. Makanan dan minuman yang sudah diantar dari 10 menit yang lalu juga sudah dihabiskannya."Katanya kamu akan menjelaskan ini semua. Apa aku sebaiknya keluar memeriksa?""Putri, sebaiknya kita tunggu sebentar lagi. Ini bukan Kerajaan Aphrodite, kita tak bisa mondar-mandir dengan leluasa. Apalagi Kerajaan Theligonia ini juga luas," Shera memberi saran.Shera dan Pearl masih dalam berbentuk peri kecil. Mereka duduk di tepi meja makan dengan kaki bergelantungan di bawahnya."Tapi coba kalian pikir. Kita sudah di dalam kediaman ini selama setengah jam. Tidakkah kalian merasa takut? Apalagi," Rhea berjalan mendekat. Berlutut di dekat mereka. Ia berbisik, "aku takut kalau penyamaranku terbongkar."Pearl dan Shera tersentak. Mereka jatuh ke belakang. Lalu, kembali ke ukuran semula. Sekarang mereka duduk di meja dalam ukuran normal
Read more
Bab 44. Peri itu Polos, Gampang Terbuai
"Pangeran, Putri Rhea berjalan bersama Pangeran Bladwin!" Steve berlari. Lalu, berhenti di belakang Hans."Siapa itu Putri Rhea?" Hans berhenti menyirami tanamannya. "Yang kutahu ada Putri Helena disini." Hans memberikan alat siraman kepada Steve. Lalu, berlalu pergi. Masuk ke dalam kediamannya.Steve menaruh alat siraman itu pada meja kayu. Berjalan menyusul Hans."Maafkan aku, Pangeran. Aku keceplosan."Hans duduk bersila di atas bantal. Belakang meja."Kau selalu begitu Steve. Sudah aku peringatkan beberapa kali, tapi kau, ya sudahlah percuma,""Maafkan aku, Pangeran!" Steve berlutut dengan kedua kakinya."Tadi kau bilang Putri Helena bersama Pangeran Bladwin? Sejak kapan Baldwin tertarik dengan tamu Kerajaan?""Aku kurang tahu, Pangeran. Tapi Pangeran yang mendatangi kediaman Putri. Lalu menjemputnya,"Sepertinya sainganku bertambah. Sial.***"Bagaimana dengan taman ini? Indah buk
Read more
Bab 45. Aku Seperti Kau, Ingin Menyatukan Dunia dengan Perdamaian
"Hai, Putri Helena!" Hans menyapa ramah.Berani-beraninya dia. Tadi mengolokku, sekarang tersenyum polos seperti itu. Apa ini definisi bermuka dua yang ada di buku?Selama ini aku tidak mengerti apa yang dimaksudkan dengan bermuka dua. Pengalaman sendiri lebih mudah dimengerti daripada penjelasan buku berlembar-lembar.Kenapa Rhea tidak merespon? Apa dia marah karena menungguku terlalu lama?, pikir Hans."Kenapa kamu kesini?" tanya Rhea ketus. Ia duduk di sebuah bantal di balik meja."Seperti janjiku, setelah pertemuan Aula selesai. Aku kesini,""Oh,""Lalu, kau tadi mau tahu kalau kenapa aku bisa jadi Putra Mahkota kan?"Hans berdiri saja. Ia merasa dirinya tak boleh duduk jika si pemilik kediaman belum mempersilakannya."Aku sudah tahu dari Pangeran Bladwin. Kau adalah anak dari Putra Mahkota Dalmacio. Tetapi dikarenakan beliau meninggal dalam pertarungan. Kamu diangkat menjadi anak Raja Harry,"
Read more
Bab 46. Pangeran Hans Menggendong Putri Rhea
"Ouch," Rhea mengerang.Reflek tangannya ditempelkan di dada sebelah kiri. Tepat di jantung. Jantungnya terasa tertusuk.Sakitnya datang lagi. Apakah ini benar-benar karena Kak Hans?, pikir Rhea."Rhea, kau kenapa? Kau sakit?" tanya Hans cemas.Dengan sigap ia memegang kedua lengan atas Rhea. Ia menggenggamnya dengan kuat. Di saat yang bersamaan, kedua kaki Rhea terasa lemas. Rhea berakhir di pelukan Hans."Hei, Kak Hans jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan," protes Rhea.Walaupun matanya sudah tidak terlalu berfungsi dengan baik, ia masih tahu dengan keadaan di sekitarnya. Sinar mentari mulai menusuk matanya. Silau.Hans yang memiliki tingkat peka tinggi, membentangkan telapak tangannya di atas mata Rhea. Menghalau sinar mentari."Mana mungkin aku seorang Putra Mahkota akan melakukan tindakan jahat seperti itu. Aku hanya akan mengambil kesempatan di saat kau mengizinkan,""Apa. maksud. perkataa
Read more
Bab 47. Segera Tarik Jiwa Putri Rhea
Rhea terkulai lemah saat Hans membaringkannya di atas batu besar di dalam gua. Napasnya tersengal kadang sesak. Kekuatannya seperti lenyap seketika.Jantungnya terasa seolah-olah bisa berhenti kapan pun jantungnya mau. Terasa jantungnya akan copot saat ini juga.Rhea berusaha membuka kedua kelopak matanya setelah ia sadar dari jatuh pingsan. Ia mengerjap-ngerjap matanya. Gua yang tidak terlalu terang membuat penglihatannya pulih lebih cepat."Aku ada di gua Red Stone?" Rhea tanya memastikan."Iya Putri. Saat Putri jatuh pingsan, Pangeran Hans juga yang menggendong Putri masuk ke dalam gua," jawab Shera. Ia telah kembali ke ukuran normal. Begitu juga dengan Pearl.Shera berdiri tak jauh dari tempat Rhea terbaring, sedangkan Pearl lebih memilih mengitari gua. Sesekali berjongkok karena kakinya terasa pegal."Apa pecahan Red Stone ini bisa membantuku pulih?""Sedari tadi kami mencoba untuk mempelajari Red Stone ini Putri. R
Read more
Bab 48. Jangan Ikut Campur!
"Pearl, aku akan ikut bermeditasi disini. Aku akan menjemput Putri dari alam kekal," Shera melepaskan tangannya dari punggung Rhea.Ia duduk memunggungi Rhea. Duduk bersila."Hei, apa kamu yakin dengan cara ini? Kita hanyalah peri kecil tanpa kekuatan yang berarti. Jika kamu masuk ke alam sana, bukannya kamu yang menyelamatkan Putri, malah sebaliknya,"Benar juga kata Pearl. Mereka hanyalah peri biasa. Peri yang biasa diakui sebagai peri tingkat terendah. Walaupun Rhea tidak masalah dengan kekurangan mereka, namun tidak ada yang bisa menutupi fakta bahwa hanya pelayan Putri Rhea yang kekuatannya hanya sebesar biji wijen.Shera mengurungkan niatnya. Ia turun dari batu. Kembali membantu Pearl menahan berat tubuh Rhea."Jadi, hanya Putri yang bisa menyelamatkan diri sendiri,""Dan jika ada mukjizat,"***Hans cepat-cepat turun dari langit kira-kira jaraknya 5 meter jauh dari Istana. Ia tak mau jika ia terkena masal
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status