All Chapters of The Tales of Deer's Princess: Chapter 31 - Chapter 40
57 Chapters
Bab 30: Malam Penentuan
“Darimana kau tahu jika Kerajaan Timur akan bersekutu dengan baik dengan Kerajaan kita?” Raja bertanya. Cukup kasar. Rapat telah selesai setengah jam yang lalu. Kini di dalam penginapan Raja, hanya ada Raja Harry dan Pangeran Hans. “Tentu saja dari pesan yang kita dapatkan dari Raja Kerajaan Timur. Bukankah Raja juga membaca pesan tersebut?” “Jika saya menemukan keanehan dari mereka. Mereka berdua akan berurusan langsung dengan pedang saya. Kau awasi mereka. Dan jangan sesekali kau mengecohkanku. Caramu dengan menerobos hutan terlarang saja sungguh sangat bodoh.” Raja berlalu pergi. “Apa?” Raja tahu aku ke Kerajaan Aphrodite? Hans bergegas pergi dari kediaman Raja. Di luar terlihat sepi. Semua pelayan yang tadiny ada di depan pintu semuanya telah bubar. Menyisakan Steve yang berdiri kaku. Steve? Adakah sesuatu yang akan kau sampaikan? “Mari kita kembali ke kediamanmu, Pangeran. Cuaca sedang panas hari ini.” Hans segera berjalan melewati Steve. Menuruni tangga, lantas berbelok
Read more
Bab 31: Tidak ada yang Boleh Menyakiti Rhea
“Raja, Pangeran mohon izin masuk!” seorang dayang kepercayaan Raja berkata cukup lantang di depan kediaman Raja.“Biarkan dia masuk!” suara Raja terdengar lantang.Hans berjalan maju. Penjaga di masing-masing pintu membuka lebar-lebar pintu utama di kediaman Raja.Sepersekian detik kemudian, pintu tertutup kembali.Hans membungkuk sembilan puluh derajat di hadapan Raja. Sebelum ia duduk di atas bantal yang empuk.Semilir angin berembus pelan di luar sana. Udara sudah dingin sejak tadi.Raja menuangkan teh dari teko keramik, kemudian menyodorkannya pada Hans.“Minumlah, selagi hangat!”“Aku tidak sedang ingin berbasa-basi, Ayahanda!”Pandangan Hans kaku. Ia menatap serius Ayahanda. Duduknya tegap, menandakan keseriusannya.“Tidak baik menolak pemberian tuan rumah. Minumlah.”Raja menuangkan teh di gelas kedua. Menghirupnya. Lantas, menyeruputnya.Mau tidak mau Hans minum suguhan teh dari Raja.“Ini bukannya...”“Iya, teh buatan Ratu. Tentu saja kau tahu artinya apa bukan?” Raja menyeri
Read more
Bab 32: Pasukan King's Voice
Pagi-pagi benar, saat matahari sudah menampakkan diri dari peraduannya. Udara masih terasa sejuk. Embun juga masih dengan santainya menempel di pucuk-pucuk daun.“Kak, disini sebenarnya asri juga. Cuman mereka terlalu buta akan semua berbau dengan tanaman. Padahal tanah mereka sangat subur. Tumbuh apa saja akan tumbuh dengan cepat. Buah serba manis. Bunga serba wangi.” Marsha menyeletuk di antara barisan dayang yang juga berjalan mengikuti di belakangnya.Marsha dan Philip sedang dalam perjalanan menuju ke kediaman Raja.“Sst...mereka bisa tahu apa yang baru kamu bicarakan.”“Tenang, aku sudah menutup gendang telinga mereka. Jadi, mereka tidak akan mendengar perkataan kita.”“Marsha! Kita nggak diizinkan menggunakan kekuatan kita di luar dari tanah kita.”“Aku hanya menggunakan sedikit. Auraku tidak akan bisa tercium oleh siapapun.”“Sebentar lagi kita akan sampai. Cepat buka penghalang gendang telinga mereka.”“Iya, tentu saja. Tetapi Kak Philip janji. Tidak akan ada kemarahan seper
Read more
Bab 33: Tamu Tak Diundang
Rapat selesai. Pertemuan itu memakan waktu hampir setengah hari. Dimulai saat matahari terbit sampai ditutup dengan matahari seperempat hari lagi kembali ke peraduannya. Crit Crit Suara burung kecil terdengar merdu di sebuah ranting pohon. Tertampak mengintip lucu dari balik jendela kamar Marsha. Sedang Marsha sedang memangku dagunya di kedua tangannnya yang terlipat menyender jendela. “Kak Philip, mengapa dunia manusia indah?” “Yah, semua dunia itu indah Marsha. Hanya orang-orangnya saja yang terlalu egois. Selalu menaruh kepentingan sendiri di atas kepentingan orang lain, egois, dan lebih parahnya lagi tidak menghargai lingkungan yang telah diberikan dewa.” Kak Philip berjalan mendekati Marsha. Ikut memperhatikan pemandangan yang disuguhkan. Pohon dan gunung terpampang indah disana. Menyejukkan mata. Sesekali angin melewati di antara mereka. Terasa sejuk dan menenangkan, namun tak terlihat. “Jadi kalian pulang?” Hans masuk ke dalam ruangan. “Apakah kamu tidak memiliki sopan s
Read more
Bab 34: Masih Tanda Tanya
Pesta bunga Reveihan akan digelar sekitar satu jam lagi.Rhea sudah berubah penampilan. Tidak sedang mengenakan baju berkudanya ataupun baju latihan pedangnya. Ia tampil lebih anggun malam ini.Ia mengenakan gaun berwarna hijau dan putih. Terbalut indah dengan selendang transparannya. Gaunnya memanjang sampai ke bawah. Menutupi kakinya. Rambutnya yang berwarna abu-abu, berkilau diterpa oleh cahaya. Beberapa di antaranya dikepang. Dibalut dengan bunga-bunga kecil, bunga Reiveihan kecil.Riasannya yang halus dan tipis semakin mempercantik keindahannya. Ia masih mematung di depan cerminnya, saat ia sebenarnya sudah sangat siap bergabung ke pesta. Para tamu sudah berdatangan. Mereka sangat antusias dengan mekarnya bunga Reveihan. Bunga suci di Kerajaan Aphrodite.“Shera, Kak Philip dan Marsha belum nampak ya?” Di dalam kamarnya tidak ada orang. Namun, ia merasa jika sedari tadi Shera dan Pearl mengintip dari balik pintu. “Jika kalian mau masuk. Masuk aja. Ngapain ngintip-ngintip?”Di luar
Read more
Bab 35: Pesta Musim Bunga Reveihan
Pukul 18.00. Saat petang sedang berada di puncaknya. Matahari berwarna oranye menghiasi langit. Walau hanya nampak setengah, pantulan cahayanya sungguh membuat mata nyaman.Hanya di Kerajaan Aphrodite, matahari bisa terlihat lebih besar dan indah. Bukan karena hanya kerajaan ini yang memiliki kekuatan magis. Namun, karena kemurnian mereka dalam menjaga alam semesta.Kerajaan terindah di antara kerajaan indah lainnya.Untuk beberapa menit para tamu yang menghadiri pesta menatap dengan kusyuk. Sudah aturan secara lisan, sebagai apresiasi syukur kepada alam semesta.Perlahan-lahan matahari mulai menutup diri di balik lautan. Pelan-pelan pantulan matahari di sungai menghilang. Tergantikan dengan pantulan sinar bulan.Raja Perseus menaiki panggung. Panggungnya sungguh sederhana. Terbuat dari rangkaian anyaman ranting pohon. Saat Raja melangkah ke atasnya. Pelan-pelan ranting itu naik.“Selamat malam para hadirin. Selamat datang di istana Ap
Read more
Bab 36: Pagi-Pagi Subuh
Pesta berjalan normal. Iring-iringan para pelayan hilir mudik menjamu para tamu. Udara di sekitar tercium sangat segar. Mekarnya bunga Reveihan menambah pengharapan baru di Kerajaan Aphrodite.Saat pesta berjalan normal, tidak ada yang tahu jika dari atas portal kerajaan ada tiga peri yang masuk. Bukan sembarang peri yang bisa membuka portal yang telah dilindungi ratusan tahun lamanya. Hanya keturunan Raja dan yang terpilih bisa melakukannya. Kak Philip baru saja masuk beserta Rhea dan Marsha. Berjalan berjingkrak-jingkrak. Masuk lewat pintu belakang kediaman masing-masing.“Pearl, hatiku jadi nggak tenang. Putri sudah lama di luar. ini sudah lewat setengah jam. Aku takut jika Putri dalam keadaan bahaya.”“Shera, aku juga khawatir tapi aku percaya Putri Rhea baik-baik saja. Kalau Putri sudah pakai baju dinasnya, semuanya akan kalah.”“Itu kan di Kerajaan Aphrodite Pearl!”“Iya juga sih. Tapi memangnya para manusia bodoh itu bisa apa? Jika dalam keadaan terjepit hanya berteriak dan mer
Read more
Bab 37: Stop untuk Keras Kepala
Gemericik air terdengar menggema. Daun-daun dari pohon saling bergesekan terkena angin sepoi-sepoi. Mentari perlahan menghangatkan.“Kak Hans maksa masuk. Bahkan lebih parahnya ia ingin menghadapi Raja seorang diri. Padahal aku sudah kasih pelajaran ke dia. Masih saja dia seberani itu.”Rhea berjalan menjauh dari Kak Philip, duduk di kursi besi putih di taman Harmonie.“Manusia emang keras kepala Rhea. Sekali ada mau, pasti segala cara apapun dilakukan.”“Semua manusia kayak gitu?”“Yah, nggak juga. Ada juga yang cepat menyerah. Nyalinya hanya seujung kuku.”Kak Philip sudah selesai memberi makan.“Sekarang bersihin tangan aku dong!”“Ih, apa coba. Cuci sana di toilet.”“Jauh kesananya.”“Kalau gitu toilet untuk apa?”“Kalau ada yang dekat kenapa harus jauh? Ayolah. Mau aku pergi saja?”“
Read more
From Faver
Petualangan Rhea, si peri rusa cantik dan Hans, si pangeran manusia tetap berlangsung. Namun, dikarenakan satu dan lain hal, penulis dengan berberat hati menyampaikan hiatus untuk beberapa saat. Keterampilan mengurus waktu adalah hal yang harus aku pelajari lebih banyak. Aku akan kangen sekali dengan kalian dan karakter-karakterku ini. Oh ya, sembari hiatus. Apa boleh aku tahu kalian berekspetasi cerita the tales of Deer Princess endingnya bakal jadi gimana sih? Apakah kalian mau sad ending atau happily ever-after ending ya? Sekaligus aku mau sapa kalian! Tunggu kelanjutannya ya! 😆Semoga nggak lama-lama hiatusnya. ✌Salam Faver untuk kalian.Aku tunggu komentar yang berarti dari kalian ya. 😊Psst, aku lagi ngejar update untuk satu ceritaku yang judulnya "Antara Dilema dan Cinta." Ceritaku satu ini sedang ikut event lomba yang berakhir bulan Desember ini. Jika, berkenan boleh dibaca, diberi komentar, bintang, dan masukin ke Pustaka buku kalian. ☺Silakan dengan mengetik di kolom
Read more
Bab 38. Kunang-kunang, Nenek Moyang Peri
Rhea meninggalkan taman Harmonie. Mukanya ditekuk, suram. Kak Hans tidak ada kabar sama sekali. Menghilang seperti ditelan oleh alam. Lalu, Kak Philip yang biasanya akan terbuka padanya juga tidak mengatakan sesuatu."Aku malas jika sepagi ini aku kembali ke kamar. Pasti Shera akan merecoki dengan wejangan. 'Putri harus makan, kalau tidak Putri akan sakit'. Itu sudah dipastikan akan terjadi, lalu Pearl akan nyambung dengan 'Kalau Putri tidak makan, biar aku saja yang makan'. Dan duar, mereka akan bertengkar dan saling menjambak satu sama lain.'"Kamu sepertinya hafal sekali tingkah laku mereka," sebuah suara telepati menggema di telinganya.Rhea berhenti berjalan. Ia berdiri kaku sesaat. Rasa dingin menjulur ke seluruh tangannya. Ia tidak mempercayai suara yang baru saja didengarnya. Lebih kepada tidak yakin."Kak Hans?" Rhea mencoba untuk menebak. Tapi bukannya ini mustahil? Seorang manusia bisa telepati?"Benar sekali. Kamu masih ingat suaraku dengan baik,
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status