Semua Bab The Tales of Deer's Princess: Bab 21 - Bab 30
57 Bab
Bab 20. Rhea dan Philip
“Ini tak bisa dibenarkan. Raja harus tahu akan ini.” Philip bangkit dari tempat tidurnya. Namun sebelum itu ia pergi ke bilik kecil samping tempat tidurnya. Tersambung ke taman belakang. Saat Philip masuk ke dalam bilik tersebut, biliknya memanjang lalu melingkari sebuah pohon. Saat dirinya mendekat, gelembung-gelembung air keluar dari pohon tersebut. Terbang mengelilingi badannya. Pecah saat terkena badan Philip. Gelembung itu bukan sembarang gelembung. Gelembung tersebut dihasilkan oleh pohon sabun dengan setiap kandungan airnya mengandung senyawa alkali dengan dicampur lemak nabati, serta wewangian yang dihasilkan untuk membersihkan tubuh. Saat dirasa dirinya sudah bersih dan wangi, ia keluar dari bilik tersebut. Lantas, lima menit kemudian ia telah rapi. Philip melangkah ke luar, membuka pintunya. Pukul 06.20 Namun suasana istana sudah mulai hidup. Para penjaga malam sudah tidak nampak batang hidungnya, mungkin mereka telah terbuai dalam dunia mimpi. Seka
Baca selengkapnya
Bab 21: Senam Muka
 Pukul 06.00. Penginapan Nyonya Gajah.Kegiatan sarapan telah selesai. Tak ada lagi suara berbincang ataupun tertawa di atas meja. Sekarang hanya terdengar suara dentingan piring dan sendok–garpu, saling beradu­–dikelompokkan. Hans mengikuti setiap langkah para tamu. Bangkit berdiri, merapikan piring serta alat makan yang digunakan secara pribadi, dibawa ke dapur. Lantas kembali ke meja, ada yang mengangkat sisa lauk untuk kemudian ditaruh di dalam kulkas, ada juga yang menarik kain meja untuk digulung dan ditaruh ke dalam baskom besar. Hans bingung apa yang harus dilakukannya. Jadi dirinya memutuskan untuk mengikuti gerakan seorang tamu. Ia merapikan kursi untuk dirapatkan dengan meja.“Semuanya terima kasih telah hadir sarapan dengan baik hari ini. Nanti sore pukul enam berkumpul kembali untuk makan malam!” teriak Nyonya Gajah. Lalu kemudian mengambil sebuah tas jinjing, keluar dari gerbang penginapan.“H
Baca selengkapnya
Bab 22: Waktunya Hampir Tiba
“Paman, aku sudah hampir mual! Sampai kapan kita akan berada di atas udara seperti ini!” Hans menggerutu. Mukanya sudah hampir pucat. Sepuluh menit mereka mengangkasa di atas langit.Namun, tak banyak bicara setelah lima belas menit mengangkasa, Cakra menurunkan Hans. Hans mengerjap-ngerjap matanya. Satu dua kali kerjapan ia masih belum bisa melihat dengan jelas. Kepalanya cukup pusing.“Hei, untuk seorang yang sudah bisa terbang sendiri tidak mungkin begini saja akan mual!” Cakra tertawa.“Paman! Bagaimana tidak mual? Paman membawaku memutar kesana-kemari. Lalu kadang naik dan turun tiba-tiba. Paman itu bukannya balon udara yang bisa mengalami turbulensi.” Hans menunduk, kedua tangannya memegang perut. Menahan gejolak isi perut yang mungkin akan terlontar sebentar lagi.“Jangan pura-pura untuk tidak menggunakannya. Aku tahu kamu bisa menghilangkan rasa mual itu! Disini, Kerajaan Peri, semua Peri boleh menggunakan
Baca selengkapnya
Bab 23: Pembukaan Pertama
Pukul 08.00. Kerajaan Aphrodite.Rhea dan Marsha tiba berdiri di sebuah kediaman. Masih di lingkungan istana. Berada di sebelah utara dari istana. Di atas daun pintu terdapat sebuah papan nama kayu, terukir dengan tulisan “Memorial Putri Harmonie”. Inilah tempat yang sering dikunjungi Rhea dimulai dari ia berusia enam tahun.“Ayo, kita masuk!” Rhea mengatakannya pelan. Mereka melepaskan alas kaki mereka secara bersamaan. Menggeser pintu dengan pelan.Sunyi dan dingin menyambut mereka. Ruangan itu rapi dan bersih. Selalu terjaga dan memang akan selalu dijaga. Tak boleh ada yang berani mengusiknya atau seseorang itu akan mati.Rhea langsung menuju ke sudut ruangan. Dimana terdapat rak-rak buku. Ia mulai mencari dengan menggeser jarinya ke setiap buku disana. Cahaya mentari masuk dari balik celah-celah jendela. Gemerisik pohon pun bergoyang dengan sangat pelan. Wangi semerbak bunga tercium, bertebangan mengisi seisi ruang.&ldq
Baca selengkapnya
Bab 24: Malam Purnama
Malam purnama menghiasi hari ke-27 bulan pertama. Saatnya bulan semi. Dimulai sejak tadi pagi. Saat padang bunga Reveihan bermekaran. Aroma musim semi menjadi hal yang ditunggu-tunggu klan Peri Kerajaan Aphrodite. Karena itu berarti buah-buah legendaris akan tumbuh. Hanya akan tumbuh setahun sekali. Dari buah obat, buah kecantikan, buah panjang umur, sampai dengan buah aroma akan sangat tumbuh banyak.Itulah yang menjadi salah satu kelebihan Kerajaan Aphrodite yang sekaligus menjadi bumerang, bagi klan peri sendiri. Tak ada satupun Kerajaan yang bekerja sama tulus dengan mereka. Dulunya memang ada, tetapi semuanya menjadi pengkhianat. Termasuk tetangga Kerajaan, tetangga terdekat, Kerajaan Theligonia.Malam ini saat musim semi di istana, semuanya bergembira. Raja dan Ratu berdua mengeliling ladang bunga Reveihan. Marsha senang bukan kepalang saat ia tahu bahwa dirinya diberi kebebasan untuk merancang gaunnya sendiri. Tentunya dengan kain sutra serta kain dari yang diha
Baca selengkapnya
Bab 25: Selamat Datang di Kerajaan Theligonia
Mari kita biarkan Rhea istirahat sebentar. Ia memerlukan istirahat untuk kepulihan badannya. Kita beralih ke Kerajaan klan manusia. Tempat lahir seorang Hans Dharma Panenta. Seorang Pangeran tampan yang memiliki ayah yang super cuek.Pukul 23.00. Kerajaan Theligonia.Para prajurit berkumpul di halaman istana. Mereka sambil berbisik-bisik, apa gerangan yang terjadi? Menurut mereka tidak terjadi kerusuhan apapun. Bahkan kalau untuk preman pasar yang baru-baru ini meresahkan warga sudah diselesaikan oleh dewan keadilan. Mereka telah dihukum untuk bekerja secara sukarela di daerah pertambangan.Menurut para prajurit, Raja sebenarnya baik. Namun, ia membungkusnya dengan rapi seakan ia tidak nampak baik sama sekali. Bahkan orang bilang, Raja tak ada hati. Ada bagusnya, kata Raja suatu hari. Dengan begitu mereka tidak akan ada yang berani melawan perintah Raja. Biarlah anakku kelak yang menjadi Raja yang baik untuk mereka.Penasihat istana beri
Baca selengkapnya
Bab 26: Kendalikan Emosimu
“Akhirnya aku bisa istirahat juga!” Marsha merebahkan punggungnya ke atas tempat tidur di kamarnya. Namun, kali ini dia belum bisa langsung tidur karena masih ada dua pria yang terus-terusan bertatap-tatapan sengit di meja bundar, tepatnya di dalam kamarnya. Kamar tamu yang disediakan untuknya memiliki ukuran yang cukup besar. Sebenarnya bahkan tampilannya kamarnya tidak jauh berbeda dengan kamarnya di Kerajaan Aphrodite. Hanya yang berbeda adalah dekorasi dan interior. Jika Kerajaannya menggunakan bahan alam dan tentunya dibentuk dengan kekuatan magis, berbeda dengan disini yang semuanya dibuat dan dirancang oleh tangan para manusia pekerja, yang lagi-lagi menggunakan ornamen kayu, tembaga, dan emas. Kamarnya terdiri dari tiga bagian. Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah meja mundar coklat yang dikelilingi dengan empat kursi. Di sebelah kanan ruangan, itulah tempat Marsha sedang merebahkan punggungnya. Sedangkan di sebelah kiri ruangan, terdapat tempat duduk panjang yan
Baca selengkapnya
Bab 27: Mereka Semua Kemana?
Kembali ke Kerajaan Aphrodite. Kerajaan Peri nan asri dengan komoditi utama adalah memproduksi parfum dan rempah-rempah.Saat mentari keluar dari tempat peraduannya, para peri mulai sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Gemericik suara air dari aliran Sungai Timur mulai terdengar melewati pipa-pipa bambu. Aliran sungai juga terdengar begitu syahdu. Para peri kecil berlarian kesana-kemari. Taman bunga Reveihan lagi-lagi sedang panen. Para peri bergembira. Gesekan-gesekan pohon bambu terkena angin lembut berpadu dengan bunyi suling dari Peri Burung terdengar lembut dan menenangkan. Semua bergembira menyambut panen bunga Reveihan.Para prajurit juga turut bergembira, mereka berpatroli sembari mencium wangi semerbak dari olahan-olahan parfum yang sedang diolah. Tentu saja dari bunga Reveihan. Setiap kali mereka lewat, aroma parfum tercium. Sedang di sisi barat aroma rempah-rempah juga menggiurkan. Sepanjang perjalanan keluar masuk istana, para prajurit tidak menemui
Baca selengkapnya
Bab 28: Rhea & Cakra
Peri serigala itu hanya tersenyum. Menunjukkan kedua taringnya yang tajam. Lantas tertawa. Menggema. Suara tertawanya menggema ke seluruh hutan terlarang. Beberapa burung yang bertengger di pohon memilih untuk pergi.Saat ini langit sudah berubah warna menjadi oranye kebiruan.“Apakah kamu ingin mati terbunuh di tangan saya?” Rhea sangat penasaran dengan kalimat yang terlontar dari mulut si peri serigala ini.Bagaimana ia bisa tahu jika sekarang jantungnya bermasalah?“Putri janganlah terburu-buru. Waktu kita masih panjang sebelum acara pesta bunga Reveihan digelar.”“Sebenarnya siapa kamu?”“Aku? Aku adalah peri. Seperti yang Putri tahu, akulah peri Serigala.” Ia melompat terbang. Lantas duduk di salah satu ranting pohon yang kokoh. Pohon-pohon di hutan terlarang memang sangat besar. Jadi, patutlah jika seorang dapat menyenderkan tubuhnya di ranting, seberat apapun berat bobot tubuhny
Baca selengkapnya
Bab 29: Gila Hormat
Pangeran Philip, Putri Marsha, dan Pangeran Hans berjalan menuju ke penginapan Raja Harry. Dalam perjalanannya, mereka diiringi oleh para pelayan dan prajurit. Pelayan dan prajurit lainnya yang tidak ada di dalam iringan mencuri-curi mata ke arah para tamu. Mereka semua berbisik mengagumi. Herannya, tak ada satu pun yang melihat ke arah mereka secara langsung.“Mengapa para pelayan dan prajuritmu tidak ada yang berani menatap kami?” Philip bertanya ingin tahu.“Di kerajaan kami, tidak ada satupun rakyat yang boleh menatap anggota Kerajaan secara langsung. Bahkan para menteri saja tidak berhak menatap langsung mata kami, kecuali diizinkan.” Pangeran Hans menatap sekilas ke arah Philip. Ia hampir kira jika ini khayalan karena seorang Pangeran Philip sekarang malah memulai obrolan santai.“Bagaimana jika ada yang melanggar?” Kini giliran Marsha yang bertanya penuh tahu.“Palingan hukuman cambuk. Jika yang ditatap tidak terima. Tapi biasanya jarang yang ada terima ditatap seperti itu. Itu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status