Sebuah kisah seorang Putri Rusa yang tenggelam dalam cinta dan berjuang demi kesejahteraan Kerajaan. Jatuh cinta dengan klan manusia, musuh bebuyutan Kerajaan Peri. Putri Rhea Liseira Mhenta, putri Rusa dari Kerajaan Aphrodite bertemu dengan Pangeran Hans Dharma Panenta, seorang pangeran manusia dari Kerajaan Theligonia. Namun, pertemuan mereka bukanlah sebuah hal yang membanggakan bagi kedua kerajaan. Kedua kerajaan yang selalu bertikai dan tak pernah akur. Akankah Putri Rhea dan Pangeran Hans tetap mendukung pertikaian antar kerajaan atau akankah mereka sebagai penerus Kerajaan membantah itu semua?
Lihat lebih banyakDi sebuah hutan belantara dengan pohonnya menjulang tinggi, angin berembus dengan kencang. Menghasilkan suara parau dari gesekan ranting pohon. Langit semakin mencekam di kala malam telah datang. Hanya dapat diterangi dengan cahaya bulan purnama. Daun-daun berwarna coklat dan kering beterbangan turun ke tanah. Di tengah hutan terdapat halaman luas yang kosong, nampak Putri Rhea memegang alat panah di tangan kanannya dan tas panah dirangkulkan di bagian belakangnya. Tidak jauh darinya, ia berhadapan dengan Pangeran Hans yang sedang memegang pedang panjang di tangan kanannya.
“Aku tidak akan membunuhmu, pergilah! Akan kuanggap kita tidak pernah bertemu disini,” perintah Rhea.
“Kamu menyuruhku untuk meninggalkanmu? Begitu saja, tidakkah ada hal lain yang ingin kamu sampaikan kepadaku?” dengan nada kecewa Hans membuka suara.
“Pangeran Hans yang terhormat, kita tidak akan pernah bersatu. Tidakkah Anda lupa bahwa Kerajaan Aphrodite dan Kerajaan Theligonia sudah bermusuhan sejak lama?” Rhea meninggikan suaranya, mengenggam kuat alat panahnya. “Jika kukatakan pergi, silakan Anda pergi atau aku akan berubah pikiran.” Bulir air matanya mulai turun, secepatnya ia memutar badannya ke belakang.
Hans mencoba meredam amarahnya. Jatuh tersungkur dengan betis kanan menyentuh tanah dan telapak kaki kirinya menginjak tanah, sedangkan pedang di tangan kanannya ditancapkan ke tanah untuk menahan berat tubuhnya. “Jika Kerajaan Aphrodite dan Kerajaan Theligonia tidak pernah mengalami pertikaian. Akankah seorang Putri Rhea Liseira Mhenta akan tetap mencintai Pangeran Hans Dharma Panenta?” Hans menatap punggung Rhea.
Rhea baru saja ingin mengatakan sesuatu sebelum terdengar suara pedang dari kejauhan dan teriakan yang menggema. Ia menoleh ke arah suara, nampak gumpalan asap tebal membumbung naik di atas beberapa pohon. Rhea angkat suara dan menolehkan kepalanya ke samping, “Di dunia ini hal yang paling disayangkan adalah selalu ada kata JIKA.” Rhea berlari dan terbang meninggalkan Hans yang masih tersungkur di atas tanah.
***
“Raja, apa yang terjadi disini? Dimana Ratu dan yang lainnya?”
“Putri Rhea! Cepatlah pergi dari sini. Selamatkan dirimu!”
Sebuah kilatan pedang menusuk lantas membelah punggung Raja Heros dari arah belakang. Raja menoleh ke belakang. Dengan sekuat tenaga bertarung dengan seorang prajurit dari Kerajaan Theligonia.
Putri Rhea melihat dengan matanya sendiri, Raja bertarung dengan sangat keras. Dentuman logam antar pedang terdengar beberapa kali dan percikan api nampak setelahnya. Namun, di lain sisi sebenarnya beliau sudah hampir kehabisan tenaga. Peluhnya mengucur deras di pelipisnya. Terdengar lagi sebuah teriakan wanita dari arah kejauhan, tepatnya dari arah kamar Ratu.
“Ratu?”
Sebelum Rhea sempat terbang mendekati arah kamar Ratu, sebuah kilatan petir ingin menyambar dirinya dari arah belakang. Namun, Rhea berhasil terbang ke sisi sebelah kanan. Lantas, ia menoleh ke belakang. Tepat di belakangnya ada seseorang berbadan tegap dengan tubuhnya yang penuh dengan darah. Tanda ia sudah menghilangkan ratusan nyawa ataupun mungkin ribuan nyawa bangsa peri. Dengan sekuat tenaga Rhea terbang semakin cepat dengan harus memperhatikan arah serangan yang dilontarkan Cakra. Sesekali serangan petir dan cahaya hitam melukai tangannya terkadang kaki.
Aku tidak tahu apa yang ada di otaknya sekarang! Namun, ia terlalu tergila-gila dengan harta. Dasar pengkianat!
Tinggal sepuluh meter lagi Rhea berhasil mencapai ke kamar Ratu. Namun, sepersekian detik kemudian kamar tersebut meledak, menimbulkan efek lontar dengan radius yang cukup besar. Rhea tidak dapat melakukan apapun selain hanya memejamkan matanya, sedang Cakra terlempar jauh ke belakang. “Apa yang kamu lakukan di atas sini?” terdengar suara berat dari sisi telinga kanan Rhea. Ia membuka kedua matanya. Ia masih berada di atas langit dengan sebuah gelembung besar melindungi dirinya dan Philip. Gelembung tersebut difungsikan untuk menahan serangan dari luar termasuk dengan menghindari lontaran dari efek sesuatu yang meledak. Gelembung tersebut dibuat oleh Philip yang sebelumnya baru saja menyadari bahwa Rhea terbang menuju ke arah kamar Ratu.
“Terima kasih telah menolongku. Tetapi aku harus menolong Ratu. Apa yang sedang terjadi di kamar Ratu? Bagaimana dengan Marsha?”
Philip tak menjawab satu pun pertanyaan yang dilontarkan dari Rhea. Perlahan-lahan dirinya terbang turun, memaksa Rhea juga harus ikut turun ke daratan karena dirinya masih terlindung di dalam gelembung. Tidak banyak perkataan, setelah mereka berdua turun. Philip sudah hampir tidak memiliki tenaga sedikit pun. Sesampai di daratan, terakhir yang dilakukannya adalah menghilangkan gelembung lalu terkulai pingsan tak bertenaga. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka sayatan. Namun, di bagian tulang rusuknya keluar banyak darah karena sebelumnya telah terhunus dengan sebuah pedang. Rhea menggendong Philip, terbang menuju ke arah hutan terlarang. Lantas, membaringkannya di sebuah pohon rindang. Tepatnya di pohon kesukaannya. Dengan mengeluarkan sedikit cahaya putih dari telunjuk kirinya, perlahan ranting-ranting pohon tersebut bergerak memanjang dengan saling menyimpul satu sama lain, membentuk sebuah tempat tidur. Kemudian, dibaringkannya Philip ke atasnya. Dengan jarinya yang lain, ia menyembuhkan luka Philip, walaupun tetap tidak bisa seratus persen sempurna. Lukanya terlalu dalam.
Rhea berlutut dengan telapak kaki kirinya di tanah sedangkan lutut kaki kanannya disentuhnya di tanah “Rhea berjanji untuk membangkitkan Kerajaan Aphrodite menjadi damai seperti semula. Aku berjanji!”
Rhea bangkit berdiri, berjalan kecil, kemudian berlari keluar dari hutan. Suasana istananya semakin kacau. Raja Heros yang masih bertarung tak pantang mundur. Sedang Marsha yang baru saja tertangkap oleh ekor matanya, merubah diri menjadi rubah dan memangsa serta menggigit beberapa pasukan manusia yang ingin memaksa masuk istana. Rhea mengucapkan beberapa mantra untuk menghilangkan diri, berlari masuk ke dalam istana melewati pintu belakang istana. Namun, efek penghilang diri yang baru saja dipelajarinya dari hasil membaca buku peninggalan ibundanya belum seratus persen ia kuasai. Dirinya hanya mampu bertahan paling lama sepuluh menit. Sesampainya, ia di dalam istana, ilmu penghilang dirinya memudar. Keadaan di dalam istana bagai kapal pecah. Keadaan di dalam begitu sunyi dan dingin.
“Hei, lihat siapa yang datang?” sebuah suara terdengar dari arah belakang telinganya.
“Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam sini?” Rhea mulai menyiapkan posisi kuda-kudanya sedang alat panah semakin kuat digenggamnya.
“Oh, Putri Rusa yang malang. Kamu akan habis saat ini juga.” Sekali lagi manusia itu menyunggingkan senyumnya. Senyuman yang berhasil membuat bulu kuduk Rhea bergidik. Tak pernah ia merasa sesak seperti ini. Apalagi ketakutan yang teramat luar biasa pada seorang manusia berbadan tegap dengan perangai yang angkuh seperti itu.
Manusia itu tidak perlu ditakuti Rhea. Mereka terlahir tanpa memiliki kekuatan.
Pukul 11.35.25 menit sebelum waktu menunjukkan tengah malam. Tanda Putri Rhea sudah meninggalkan Kerajaan selama satu malam.Bulan purnama bercahaya penuh di langit. Nampak jelas dari gedung pencakar langit Kerajaan Aphrodite.Raja Perseus berjalan perlahan di bawah sinar rembulan. Ia berhenti dan memandang ke langit."Bahkan awan saja tak berani menghalangi cahaya rembulan ini. Iya kan, Pangeran Philip?"Philip yang sedari tadi mengikuti dan sesekali bersembunyi, akhirnya ketahuan."Ayahanda, maafkan jika saya telah lancang mengikuti Anda!" Philip mengatupkan kedua tangannya. Berlutut dengan lutut kanannya.Raja tertawa terbahak-bahak."Ternyata saya masih pintar dan masih peka,""Ayah, bisa kah menanggapi dengan serius?""Pangeran, seharusnya kamu harus lebih santai. Jangan terus mengerutkan wajahmu. Coba lihat ayahmu ini. Masih awet muda karena tidak menekuk wajah terus-menerus,""Ayah, kita tidak lah sama. Ayo, kita segera temui Putri Harmonie,""Siapa bilang kamu boleh ikut?""Ke
"Putra Mahkota datang menghadap Raja," Hans membungkuk ke depan sembari mengatupkan kedua tangannya.Ia menemui Raja di kediaman Raja, yang berarti apapun yang akan dibicarakan Raja pastilah bersifat pribadi yang menyangkut dirinya."Aku memanggilmu kesini untuk segera enyahkan Putri Helen," Tanpa berbasa-basi dan tanpa melihat raut wajah Hans yang kaget Raja mengeluarkan perintah dengan santai."Maaf, Yang Mulia. Kenapa Putri Helena harus dilenyapkan?""Semakin lama dia disini, semakin cinta kalian akan lebih dalam padanya,""Kalian? Apa maksud Ayahanda,""Janganlah pura-pura bodoh dan polos. Selain kau, Pangeran Bladwin juga mencintainya. Apalagi Ratu malah mendukung. Pokoknya saya tidak mau tahu, enyahkanlah dia,""Yang Mulia, maaf jika lancang. Jika Yang Mulia bermaksud enyahkan Putri, enyahkan lah saya terlebih dahulu,""Kau?"***"Dasar brengsek! Apa-apaan Raja ini. Bahkan meminta seluruh
"Enak sekali dia ngomong aku dengan sebutan bodoh." gerutu Rhea.Rhea terus mengikuti mereka sampai ke luar pasar. Orang-orang semakin sedikit yang berlalu lalang.Mentari sudah ada di atas kepala. Peluh mulai mengucuri wajah Rhea."Dunia manusia panas sekali. Gersang." Ia mengusap peluh yang menetes dengan lengan bajunya. Sesekali ia mengibas-ngibaskan telapak tangannya untuk menghasilkan embusan angin.Rhea terus berlari. Sesekali berjalan. Berhenti. Bersembunyi."Orang-orang ini apa tidak tahu aku sedang mengikuti? Mengapa mereka tidak berhenti ataupun balik memaki?"Dari arah belakang tanpa Rhea sadar, seorang gadis melemparnya dengan batu kecil. Batu itu mengenai betis kirinya.Rhea memutar wajahnya ke belakang."Hei, kau. Nona bodoh! Kenapa kau mengikuti kami? Apa maumu?"Anak ini, apa nggak diajari sopan santun oleh orang tuanya? Kenapa bicara dengan yang lebih tua dengan nada seperti itu. Apalag
"Jangan lah memandang wajahku seperti itu. Aku tahu jika aku ganteng. Malahan gosipnya ada belasan wanita cantik yang setiap harinya membicarakan ketampananku," Hans menyombongkan diri walaupun sedikit canggung.Bagaimana tidak? Sudah sekitar 5 menit, Rhea hanya memandanginya tanpa berkata satu kata pun. Bahkan yang lebih menakutkan, Rhea tidak mengedipkan kelopak matanya.Berbeda dengan Rhea. Sejak 5 menit yang lalu, jiwanya berinteraksi dengan Philip lewat telepati."Kamu harus pulang sekarang atau kami yang akan menyusulmu kesana!" ancam Philip."Kak Philip, kenapa kamu terus mengancamku? Apa kamu marah karena aku menolakmu?" Rhea geram. Bukannya menanyakan keadaannya atau pun memberikan informasi. Malah langsung marah tak jelas seperti ini."Tidak sama sekali. Hal itu sudah aku lupakan sejak lama. Aku hanya khawatir jika manusia-manusia itu berbuat sesuatu padamu,""Diamlah Kak Philip. Kakak tidak perlu membuang energi terlal
Kerajaan Aphrodite.Raja mengikuti saran Pangeran Philip. Mereka berdua sekarang duduk saling berhadapan di kediaman Raja."Apa info yang ingin Pangeran sampaikan?""Ternyata benar sesuai dugaan Ayahanda. Kerajaan Theligonia merencanakan perang dengan Kerajaan Aphrodite,""Hmm, lalu?""Kenapa malah lalu Ayahanda? Yah, kita harus siap-siap untuk berperang,""Perang mengakibatkan kerusuhan, perpecahan, dan kehilangan. Semuanya hanya tentang duka. Mengapa bangsa manusia tidak pernah puas?""Dari dulu manusia sudah seperti itu dan saya tidak mau Rhea terjebak juga,""Perkataan bisa menjadi doa Pangeran. Lebih baik mengatakan hal baik saja. Dan perihal hal ini, sebelum perang itu terjadi, kita harus meminta petunjuk Dewa,""Red Stone kita hanyalah serpihan, ukurannya tak lebih dari sekepal tangan pria dewasa. Sedangkan manusia-manusia itu seenaknya mengambil, membagi, dan memecah-mecahkannya,""Yah,
Rhea sudah berada dalam kereta kuda. Namun, kudanya terasa lebih stabil dan cepat."Ini bukan kuda seperti tadi pagi. Apakah kuda ini juga menyerap kekuatan Red Stone?""Iya, Putri. Benar sekali," jawab Hans lewat telepati."Hei, kamu menguping?""Tidak. Aku tidak sengaja mendengarnya karena ternyata pemancar sinyalku masih dalam keadaan nyala. Maaf. Aku lancang sekali,""Kamu memang lancang sekali dan tidak beradab Pangeran. Bahkan kamu mengolok-olok aku,""Ngolok? Kapan?""Sudahlah. Aku malas menjelaskannya padamu. Energiku habis karena aku terlalu lama ada di Kerajaan Manusia""Tenang saja. Setelah kau percaya sama aku, kau boleh pulang. Dan aku harap, kau bisa menjelaskan maksudmu tentang mengolok-olok,""Persetan!""Putri, apa kau lebih mempercayai Pangeran Bladwin daripada aku?""Kenapa malah bawa-bawa Pangeran Bladwin?""Jawab saja!""Jika kamu mau tahu, iya. A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen