Aku menggigit bibir bawahku dengan gelisah. Sedangkan mas Candra duduk sambil terus menatapku. Aku mengendalikan detak jantungku yang teramat kencang. Rasanya lututku goyang, tak mampu menopang tubuhku.Aku menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh mas Candra, aku sebenarnya ingin lebih dari itu. Tapi aku tahu posisiku. Apa bedanya aku dengan mas Yoga jika aku juga berkhianat dibelakangnya.Aku lalu duduk di sofa, agak jauh sedikit dari mas Candra. Aku tak ingin dia tahu, betapa groginya aku."Mas sayang sama kamu, Riana. Bahkan masih sama seperti dulu. Saat kita masih bersama. Mau kah kamu memulai lagi dengan mas, Riana?" tanya mas Candra padaku.Aku menatapnya dalam, aku tak tahu harus menjawab apa. Disatu sisi, aku sudah menyerah atas mas Yoga. Disisi lain aku masih menyimpan keraguan.Aku semakin penasaran dengan ucapan perempuan itu, aku ingin menyelidikinya. Sekarang bukan waktunya aku untuk membuka hati bagi laki-laki lain.
Read more