All Chapters of Dimadu Saat Hamil: Chapter 41 - Chapter 50
86 Chapters
POV Yoga( Mimpi Buruk)
Sejak kejadian tabrakan itu, aku selalu di hantui oleh mimpi buruk. Selalu saja tiap malam aku tersentak bangun karena mimpi-mimpi yang mengerikan itu. Sering kali wajah bapak-bapak yang ku tabrak itu seakan meminta pertanggung jawabanku. Dia sering datang dalam mimpiku, dalam wujud yang sangat mengerikan. Aku sangat ketakutan. Aku selalu takut saat malam mulai menjelma. Hingga aku sering begadang di malam hari agar dia tidak datang lagi dalam mimpiku.Tapi, apapun usaha yang aku lakukan selalu saja gagal. Tiap kali mata ini mulai terpejam, dia akan kembali datang. Menakutiku, aku sungguh tidak tahu harus bagaimana.Suatu hari, di kampus sedang ada acara seminar. Aku sebagai panitia acara sedikit sibuk di bagian pintu depan. Selain mahasiswa kampus kami yang datang, mahasiswa kampus lain juga bebas untuk mengikuti acara seminar. Dari pagi, sudah banyak peserta seminar yang datang. Ada yang baru mendaftar, ada juga yang sudah mendaftar dari jau
Read more
POV Yoga( Rencana Lamaran)
 Rania menyuap makanan terakhir yang ada di piringnya. Dia telah selesai makan. Begitupun denganku."Setelah ini kamu mau kemana?" tanyaku penasaran."Pulang kayaknya, Mas. Cukup untuk hari ini", ujarnya merapikan rambutnya.Padahal aku masih pengen berduaan dengannya. Tapi sudahlah. Aku akan cari kesempatan lain untuk bisa bertemu dengannya."Bisa minta nomor handphonemu nggak? Nanti, kalau kamu mau masukin lamaran lagi, kita bisa barengan", ujarku. Padahal itu hanya modus. Aku ingin mendekatinya."Boleh, Mas", dia menyebutkan nomor handphonenya. Aku dengan sigap menyimpannya di handphoneku.Akhirnya, aku punya juga nomor handphone Riana. Dengan ini, aku tidak perlu lagi diam-diam mengikutinya. Setelah keluar dari kafe, kami berpisah. Dia kembali ke rumahnya sedangkan aku kembali ke kontrakan.Aku sangat bahagia hari ini. Akhirnya aku bisa dengan resmi berkenalan dengannya. Bahkan punya nomor handphone Riana. Kapanp
Read more
POV Yoga( Pernikahan)
 Dengan berbagai usaha, akhirnya Paman Riana mau juga menerima lamaranku. Bahkan sesuai dugaanku. Dia mencarikan aku pekerjaan di sebuah perusahaan yang sangat besar. Walau bukan perusahaan Paman. Tapi, aku bersyukur juga. Setidaknya, sekarang aku punya pekerjaan tetap. Sebulan lagi acara pernikahan ku dengan Riana. Aku segera mengabari keluarga di kampung yaitu Ibu dan Ayahku.Agar mereka datang ke kota. Untuk menghadiri acara pernikahanku. Aku yakin, mereka akan setuju dengan pilihanku."Calon istri kamu itu yatim piatu, ya?" tanya Ibu saat datang ke kontrakanku."Iya, Bu. Tapi dia punya Paman yang kaya raya. Dia punya perusahaan sendiri!" balasku meyakinkan Ibu."Tetap saja itu bukan miliknya, cuma milik Pamannya. Kenapa tidak menikah dengan pacarmu yang bernama Vani itu?" tanya Ibu sedikit curiga.Memang aku sering cerita ke Ibu tentang Vani. Karena awalnya memang aku ingin menikah dengan Vani. "Nggak jadi, Bu. Ak
Read more
POV Rindu( Terperangkap)
Rindu menatap Riana yang tergeletak diatas sofa rumahnya. Darah mengalir dari kening Riana. Rindu terlihat syok. Cepat-cepat dia memeriksa nadi Riana. Jangan sampai Riana mati di rumahnya. Rindu menarik nafas lega. Denyut nadinya masih ada. Dia hanya pingsan. Rindu langsung menyambar handphonenya, lalu menghubungi Sakti. "Mas, cepetan datang ke rumahku! Riana pingsan!" ucap Rindu tergesa-gesa."Kenapa bisa pingsan? Dia ngapain ke rumahmu?" tanya Sakti tak sabaran."Mas kesini aja dulu! Aku panik sekali, cepetan!" teriak Rindu mulai tak sabaran."Tunggu sebentar!" balas Sakti.Rindu dengan cepat mematikan sambungan telpon. Duduk di sofa di depan Riana yang tergeletak tak berdaya. Kalau Riana mati bagaimana? Dia tidak mau masuk penjara.Deru sepeda motor Sakti memasuki garasi rumah Rindu. Dengan cepat Rindu membukakan pintu depan."Ayo cepetan, Mas! Aku takut dia mati!" Rindu menarik tangan Sakti memasuki ruang tamu.
Read more
Di Sekap
Aku merasakan sakit pada kepala dan juga pergelangan tanganku. Dengan hati-hati aku membuka mata. Dengan pandangan yang masih buram, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.Aku dimana? Tanganku juga terikat kuat kebelakang kursi. Kaki juga terikat. Aku berupaya berteriak keras. Tapi hanya suara lirih yang keluar dari tenggorokanku. Tiba-tiba, aku melihat sesosok perempuan memasuki kamar. Ku pusatkan pandangan pada orang yang berjalan kearahku. Dia Rindu. Dia yang sudah membuatku seperti ini. Aku langsung berteriak keras. Memanggil nama perempuan jalang itu."Eh, sudah sadar ya?" balasnya sambil memegangi daguku."Kamu apakan saya? Lepaskan!" aku meronta sekuat tenaga."Jangan terlalu kuat meronta seperti itu, Mbak! Kasihan kandungannya, nanti keguguran lho?" ejeknya. Sambil menyilangkan tangan di pangkuannya."Cepat! Lepaskan saya! Saya tidak akan mengampuni kamu!" ujarku menatap tajam perempuan itu."Aduh.
Read more
Tebusan
Aku tak kuasa menolak saat tangan kekar laki-laki itu kembali menutup mulutku dengan lakban. Perutku rasanya sudah sangat kelaparan. Aku kehausan. Aku mencoba meronta-ronta humemanggil laki-laki itu. Aku tak ingin terjadi sesuatu pada bayi yang aku kandung jika tak makan sedikitpun sejak pagi.Tapi laki-laki itu tak mengubrisku sedikitpun. Dia malah asyik dengan handphone yang ada di tangannya. Tuhan, sampai kapan penderitaan ini? Aku seperti tak punya tenaga lagi.Tiba-tiba handphoneku berdering, laki-laki itu dengan sigap meraihnya dari atas meja. Dia menatapku lalu menghadapkan layar handphone padaku. Ternyata dari Mas Yoga. Aku meronta-ronta berupaya meraih handphone itu.Laki-laki itu, dengan senyuman licik menekan tombol jawab. Mendekatkan telpon itu ke telinganya."Hallo", ucapnya menjawab panggilan Mas Yoga."Tenang, jangan emosi! Dia ada bersamaku!" jawabnya lagi."Hahahahaa.....aku bukan selingkuhannya. Aku malah menyekapnya disini
Read more
Menyerah
Mas Yoga langsung membawaku ke rumah sakit. Kepalaku yang dipukul perempuan itu masih terasa sangat sakit. Belum lagi bibirku yang terasa nyeri karena tamparan laki-laki itu. Kedua tangan dan kakiku perih karena bekas ikatan tali itu. Kulit-kulit pergelangan tangan dan kakiku mengelupas. Terasa sangat nyeri.Dokter langsung memeriksa kepalaku. Untunglah hanya luka lebam, tidak sampai membuat kepalaku geger. Dokter juga memeriksa bayi yang ada dalam kandunganku. Semuanya alhamdulillah sehat. Aku bersyukur sekali. Kandunganku tidak kenapa-kenapa.Untuk malam ini, dokter menyarankan agar aku di rawat dulu. Agar besok bisa kembali memeriksa kandunganku. Mas Yoga terlihat sangat panik. Berulang kali dia bertanya pada dokter tentang keadaanku. Tapi dokter menjelaskan, bahwa aku baik-baik saja. "Kenapa semua ini terjadi, Ma? Siapa orang yang telah menyekapmu?" tanya Mas Yoga saat dokter meninggalkan ruangan inapku."Semua ini karena perbuatan
Read more
Kehadiran Mas Candra
Cukup lama aku menangis dipelukan Mas Candra. Aku hanya butuh seseorang sekarang. Hatiku sangat kecewa. Aku sangat berharap sekali saja Mas Yoga percaya dengan apa yang aku katakan. Tapi nyatanya dia tak percaya sedikitpun. Bahkan saat perempuan itu datang, dia tidak mencoba mencari tahu sedikitpun. Dia selalu membela perempuan itu. Selalu aku yang dia salahkan. Kenapa kamu seperti itu? Bathinku meronta meminta belas kasihan darimu. Andai saja, dia mau percaya dengan ucapanku. Andai saja dia membelaku di hadapan perempuan itu. Andai saja dia mau jujur tentang rahasia itu. mungkin aku tidak akan mengambil keputusan ini.Aku merindukan hari-hari penuh kasih dengan Mas Yoga. Aku mencintainya. Berat sekali rasanya jika harus berpisah.  Aku sebenarnya ingin selamanya dengannya. Tapi, begitu banyak ketidak adilan yang dia berikan padaku. Kebohongan yang selalu dia tutupi. Entah mengenai apa.Aku melepaskan diri dari pelukan Mas Candra. Aku bert
Read more
Pulang
Mas Yoga menarik kerah baju Mas Candra, saat mendengar Mas Candra memanggilku dengan sebutan sayang."Kamu siapa? Kenapa berani-beraninya kamu panggil istriku seperti itu?" ucap Mas Yoga mengeratkan pegangannya pada kerah baju Mas Candra.Dengan keras Mas Candra melepaskan genggaman tangan Mas Yoga. Lalu membetulkan kerah bajunya."Jangan cari masalah disini! Ini rumah sakit!" teriakku pada mereka."Jawab dulu, siapa dia? Punya hubungan apa kamu dengan laki-laki itu?" tunjuk Mas Yoga pada Mas Candra.Mas Candra beralih menatapku, kemudian Mas Yoga."Aku pengacara Riana, aku yang akan mengurus perceraian kalian!" jawab Mas Candra tenang."Apa? Jadi kamu sudah mencari seorang pengacara Riana?" tanya Mas Yoga terlihat panik."Iya, aku sudah jelaskan padamu semalam! Aku sudah tidak kuat lagi hidup denganmu! Aku sudah muak dengan semua kebohonganmu!" ujarku turun dari ranjang."Ayo Riana, mas antar kamu pulang", papah Mas Can
Read more
Tak Mempan
 "Apa yang kamu cari, Mas?" teriakku pada Mas Yoga. "Dimana kamu menyimpan surat-surat berharga perusahaan?" tanyanya tak tahu malu. Aku mendesis melengos mendengar pertanyaannya. "Untuk apa itu bagimu?" Tanyaku dengan berpangku tangan. "Kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti ini, Riana!" teriaknya mulai emosi. "Apa yang aku lakukan padamu?" tanyaku sinis. "Apa yang kamu katakan pada Pak Santoso? Kenapa semua barang-barangku di ruangan direktur dikeluarkan seperti itu? Kenapa aku di keluarkan dari perusahaan?" tanyanya terlihat panik. Aku tersenyum sinis menatapnya. Kamu kenapa menyedihkan seperti ini?  "Semuanya sudah jelas, Mas! Kamu dipecat dari perusahaan. Sekarang kamu tidak punya pekerjaan apapun lagi di perusahaan itu!" ujarku ketus. "Tidak bisa seperti ini, Riana! Perusahaan itu juga milikku. Itu adalah milik kita berdua, kamu tidak bisa seenaknya
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status