Semua Bab Sang Penata Rias: Bab 41 - Bab 50
55 Bab
BAB 41 – MEMASTIKAN KOMENTAR
Pertama, aku langsung mengecek followersku yang meningkat pesat. Menyentuh angka 15.800 pengikut. Dan benar saja, kebanyakan dari mereka adalah para gadis yang menyukai Geraldy.Kedua, aku mengecek postingan-postingan yang menandaiku. Kebanyakan, sih, hanya video sama yang direpost ulang di beberapa akun berbeda.Ternyata rekaman CCTV kejadian di mana aku ditabrak oleh orang suruhan Mas Rudi disebarluaskan. Wah, benar-benar gila! Ada juga video yang merupakan editan dari foto-fotoku saat sedang bersama Geraldy. Ada juga video editan evaluasi tatapan Mas Rudi kepadaku di lokasi shooting, dan mereka menambahkan berbagai keterangan sesuai persepsi mereka. Seperti, ‘bukti kalau Mas Rudi dari awal nggak suka Jaeryn’. Dan yang terakhir, adalah video-video konferensi pers Geraldy dan istri Mas Rudi kemarin.Sebelum mengecek komentar di akunku sendiri, aku ingin terlebih dulu mengecek komentar di lapak lain. Terutama di video editan-editan fans, karena tampa
Baca selengkapnya
BAB 42 – TERSIKSA DALAM KEBOHONGAN
Saat sedang panik karena ingin memastikan sesuatu, terkadang kita tidak berpikir panjang dalam setiap tindakan yang diambil. Begitulah aku saat ini, serta merta langsung menghubungi Geraldy untuk mendapatkan kepastian.Suara dering tanda panggilan telepon sudah tersambung terdengar, tapi Geraldy tidak mengangkatnya. Aku sempat meneleponnya sebanyak dua kali, dengan penuh kegelisahan.Bunda yang menyadari perilaku resahku itu, menanyakan siapa yang sedang aku hubungi. Dari sanalah aku baru tersadar, tak seharusnya aku menelepon Geraldy di mobil. Karena, kan, ada Pak Tarno. Dia tidak boleh mengetahui rahasiaku ini.Bukan bermaksud mencurigai, hanya ingin jaga aman.Kupikir, mulai hari ini aku harus belajar lebih berhati-hati lagi. Sepertinya mau sedarurat apapun informasi yang ingin kudengar ... tak seharusnya aku mencari tahu di luar rumah. Lagipula sekarang, kan, aku sudah serumah dengan Geraldy. Duh! Bodohnya aku. Nanti dia malah ngira yang aneh-aneh lag
Baca selengkapnya
BAB 43 – MENGHAYATI KEHILANGAN
Di dalam LiftSetelah berhasil turun dari mobil dengan segala keribetan yang ada, kini aku akhirnya berada di dalam lift. Bunda membantu mendorongkan kursi rodaku.Karena sudah terlalu penasaran, aku langsung meraba kasar isi tasku guna mendapatkan ponselku. Setelahnya aku mengecek kembali postingan Geraldy. Tak butuh waktu lama untuk membuat postingan Geraldy kembali terpampang dalam layar. Ditambah lagi aku sedang panik-paniknya.Ternyata yang Geraldy tuliskan dalam caption adalah, “Maaf , terima kasih, dan selamat jalan.”“Haah” Aku lega setengah mati.Untung saja Geraldy tidak menuliskan sesuatu yang kontroversial. Ia bahkan terkesan begitu tulus menghayati kehilangannya.Karena caption itu, sontak saja fans Geraldy langsung membanjiri kolom komentarnya dengan menunjukkan simpati dan memberikan dukungan habis-habisan. Mereka tak ingin Geraldy merasa down, ataupun terlalu menyalahkan
Baca selengkapnya
BAB 44 – BELUM MAMPU MEMEGANG PISAU
Memang, meskipun sekarang ini aku benci dengan Mas Rudi … rasanya aku belum siap ditinggalkan olehnya dengan cara yang mengenaskan.Pisau, lebam, dan darah. Bagaimana aku bisa dengan cepat menghapus ingatan itu? Hanya seorang psycho seperti Geraldy yang tampaknya mampu.Dan karena trauma yang masih mengental dalam ingatanku, lagi-lagi aku berhalusinasi. Padahal Mas Rudi telah jauh pergi. Tapi bayang-bayang kematiannya masih kembali muncul dalam pikiranku, dan semuanya terasa begitu nyata. Seakan sedang reka ulang. Tapi aku masih sadar kalau saat ini sedang berada di apartemen.Aku berusaha memulihkan pandangaku yang buram dengan berkedip cepat, tetapi semuanya malah menjadi semakin menggelap.Aku merasakan kembali sensasi-sensasi yang dulu kuresap dari kejadian pada malam di mana mas Rudi terbunuh. Dan sosok laki-laki yang kulihat tadi, berpindah-pindah tempat dengan cepat. Seakan-akan girang sekali menakut-nakuti aku.“Awh…&rdq
Baca selengkapnya
BAB 45 – TERCIDUK NGUPING
Terlepas dari apakah benar tinggal di atas bangunan super mewah mampu menjernihkan pikiran dengan cepat, kuakui pemandangan dari atas penthouse Geraldy sangat menawan.Sesuai dengan harapan, setelah berada di balkon – aku merasa sedikit lebih baik. Pemandangan dari atas penthouse seharga 20 miliar memang tidak main-main. Mungkin ini adalah alasan mengapa orang-orang rela membayar lebih untuk sebuah ketenangan. Dan kini, aku bisa menikmati semua ini secara cuma-cuma untuk sementara waktu. Meski begitu, aku tetap berpengharapan bisa segera kembali ke rumah lamaku meskipun tak sebagus di sini.Fiuh ... aku duduk merenung sejenak untuk setidaknya bernapas dengan benar. Setelah sempat kembali bertarung dengan halusinasi, aku benar-benar membutuhkan istirahat.Mental issue benar-benar bukanlah sebuah candaan. Yah, kuharap ini hanyalah gangguan mental yang akan sembuh seiring dengan perawatan psikiater. Bukan karena gangguan gaib.Memang sulit membedakanny
Baca selengkapnya
BAB 46 – MASUK KE KAMAR GERALDY UNTUK PERTAMA KALINYA
Gila! Ini gila! Aku menelan ludah karena sangat tegang terkunci berdua saja dengan Geraldy di dalam kamarnya. Lebih tepatnya, lebih mirip disekap nggak, sih? Penyekapan tipis-tipis.Karena merasakan salah tingkah yang luar biasa, aku pun hanya bisa menundukkan kepalaku dan tak berani menatap Geraldy.Tapi tentu saja bukan Geraldy namanya kalau dia tidak menskakmat aku sampai puas.“Kenapa nunduk?” Tanyanya sambil berjongkok untuk mensejajarkan antara matanya dengan mataku.Argh … dia hobi sekali mengintimidasi orang lain. Oleh karena itu, aku belum juga berani menjawab dan membalas tatapan matanya.“Lo bisu lagi?” Ia mulai kesal.“O-h. Enggak, kok.” Dengan raut takut, aku memberanikan diri mendonggak perlahan-lahan.Mata kami pun akhirnya bertemu. Ia menatapku tajam dengan penuh kharisma.Aaaaaa ... Aku nggak kuat menatapnya lama-lama.Meskipun aku membencinya, tapi siapa, sih,
Baca selengkapnya
BAB 47 – SEHARUSNYA MIKIR SEBELUM UPLOAD
“Kalau ditanya, tuh, langsung jawab bisa nggak, sih?” Geraldy kembali mendesakku yang terdiam kehabisan kata-kata.“Maaf,” jawabku singkat karena kehabisan kata-kata serta dipenuh rasa bersalah.Karena ditegur Geraldy, aku baru tersadar atas perilakuku yang salah. Memang seharusnya tadi aku mikir dulu sebelum upload foto itu. Sayangnya nasi sudah terlanjur menjadi bubur.“Duh, bodohnya kamu Jaeryn. Mau curhat malah berakhir nambah beban pikiran,” sesalku dalam batin.“Aku harus gimana, dong?” Tanyaku sedih. Aku kembali mengarahkan pandanganku ke lantai.Geraldy beranjak berdiri dan berkata, “Mau gimana lagi. Kalau ditanya lo harus jawab bahwa tadinya lo cuma mampir ke apartemen gue sepulang dari rumah sakit buat ngambil vitamin yang udah gue beli dari luar negeri. Jangan sampai ada yang tahu kalau lo tinggal di sini. Kecuali, kalau lo mau dihujat.”Mendengar ide kebohongan
Baca selengkapnya
BAB 48 – SALING INGIN MEMENANGKAN PERDEBATAN
Di sela-sela perjuanganku untuk fokus, Geraldy kembali berbicara. Ia terdengar sedikit mabuk.“Santai. Lo nggak harus mikirin biaya karena rumah lo gue renov gratis. Kalau orang tanya sementara rumah lo di renov, lo tinggal di mana … ingat! Bilang aja lo nyewa rumah lagi. Jangan sampai keceplosan bilang kalau lo tinggal di rumah gue!”“Iya, siap,” jawabku cepat.Sepertinya sepulang dari rumah sakit tadi Geraldy langsung mengurusi renovasi rumahku. Makanya dia baliknya agak lama.Namun, jujur saja aku agak tak terima Geraldy merenovasi rumahku tanpa izinku dan Bunda. Meskipun hal itu adalah perbuatan baik, tapi setidaknya dia nanya dulu, ngga, sih? Aish … si micellar water ini benar-benar. Kali ini aku mulai kesal kepada Geraldy. Hanya karena dia punya banyak uang, bukan berarti bisa sesukanya saja merubah rumah orang lain.“Tapi kenapa, sih, renov rumahku tanpa izin? Barang-barangku gimana?” Protesk
Baca selengkapnya
BAB 49 – MENJADI KORBAN KEDUA?
Geraldy, banyak yang tak tahu sesungguhnya laki-laki seperti apa dirinya. Orang-orang pasti tak menyangka, Geraldy yang biasanya dikenal tampan dan penuh bakat bisa dengan keji melakukan pembunuhan. Pulanya ia tak ambil pusing untuk merasa bersalah.Sebuah serpihan besar botol wine kini menempel di leherku. Tanpa basa-basi Geraldy menyayatkan leherku dengan serpihan tersebut. Aku tak berdaya, begitu pula dengan darahku. Mereka mengalir deras ke arah bawah; mencari tempat yang lebih rendah. Pandanganku pun memudar seiring melemahnya kesadaranku.Geraldy benar-benar menjadikan aku sebagai korban keduanya. Sungguh betapa kejinya ia; seorang pembunuh bertopeng idola.Namun, leherku yang tersayat serpihan botol wine hingga mengeluarkan darah seharusnya terasa dingin. Tapi mengapa, aku malah merasakan kehangatan di sekuju
Baca selengkapnya
BAB 50 – SARAPAN MATA DAN BIBIR
“Oh, iya. Ini mau sarapan, kok. Aku mau cuci muka sebentar,” ucapku sembari memegangi pintu yang setengah terbuka. Meskipun tadinya sempat merasa panik sekaligus tegang, Geraldy sukseks membuatku terpaku sejenak memandangi wajahnya; mendonggak dari bawah karena aku terduduk di atas kursi roda.Sungguh ... ia tampan mau dilihat dari sudut manapun. Sebelum bibirku merasakan hangatnya santapan bubur buatan Bunda, mataku sudah terlebih dulu menyatap ketampanan Geraldy. Seperti yang diduga ... itulah mengapa hanya orang-orang pilihan yang bisa menjadi artis terkenal di tanah air. Karena tidak semua orang tetap terlihat rupawan meski tanpa riasan, serta sehabis mengelap iler mimpi semalam.“Oke,” jawab Geraldy singkat, lalu beranjak lebih dulu ke meja makan.Tentu ia sangat berbeda denganku, aku membukakan pintu dalam keadaan rambut yang acak-acakan. Mata yang sedikit bengkak, wajah kusam, bibir pucat ... serta ada perasaan tak nyaman di bawah sana. Ya, celana dalam yang bukan milikku ini t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status