All Chapters of Bercinta Denganmu: Chapter 21 - Chapter 30
111 Chapters
21. Kejujuran
"Mama cuma nggak mau kamu bertindak gegabah ... lagi," ujar Paula lembut. "Tapi, bukan dengan perjodohan Ma. Pandu saja pergi bagaimana dengan aku? Aku lagi yang harus merasaka ketidakadilan di keluarga ini?" Alvin menghentikan kata-katanya saat ketukan pintu terdengar. "Masuk," ujar Alvin. Shesa masuk dengan beberapa laporan yang harus di tandatangani oleh Alvin. Shesa sedikit menundukkan kepalanya pada Paula lalu beralih menatap Alvin dengan kening yang berkerut.  "Laporan yang harus Bapak tanda tangani," ujar Shesa meletakkan laporan di atas meja Alvin. "Kamu yakin saya nggak ada jadwal keluar hari ini?" tanya Alvin memastikan lagi. "Belum ada perubahan, Pak. Jadwal masih seperti biasa." "Kita ke Tasikmalaya, saya mau sudah sejauh mana proyek berjalan." Alvin menyerahkan laporan yang sudah di tandatangani. "Hari ini, Pak?" Shesa merasa Alvin sedang tidak baik-baik saja. "Iya, setelah makan siang kita berangkat."
Read more
22. Bercinta Denganmu
"Kamu belum jawab pertanyaan aku," ujar Shesa masih dengan tangan melingkar pada leher Alvin. Alvin merebahkan tubuh kekasihnya, membelai lembut pipi Shesa lalu mengecup bibirnya. "Kami belum menikah, rencana pernikahan itu ada setelah anak kami lahir. Kiara menunggu saat itu dengan suka cita, hingga kejadian itu terjadi." Alvin terdiam. "Sakit banget ya," ujar Shesa meraba dada Alvin, seakan merasakan kehilangan terdalam lelaki itu. "Banget, Sha ... perlu waktu bertahun-tahun aku untuk perlahan menutup masa laluku."  "Tapi setidaknya meraka berdua akan selalu menempati hati kamu," ujar Shesa memandang wajah kekasihnya. "Kamu nggak marah?" "Buat apa? Bagaimana pun itu masa lalu, dan akan selalu menjadi bagian dari hidup kamu, begitupun aku ... aku bukan manusia sempurna, Vin." "Aku rasa, aku semakin cinta sama kamu." Alvin menautkan bibirnya pada Shesa. Ciuman itu sungguh memabukkan, Alvin mulai menyusuri l
Read more
23. Siapa?
Alvin menarik dirinya menjauh. "Enggak apa-apa kan? Maksud aku, kamu lagi masa subur?" Shesa menggeleng. "Aku nggak tau." Shesa mengulum senyum, wajah Alvin terlihat lucu jika sedang kebingungan. "Kok senyum? Aku harus secepatnya membatalkan pertunangan itu," ujarnya. "Kamu takut ya? Takut kejadian lagi seperti Kiara?" tanya Shesa. "Bukan cuma itu, sekarang masalahnya lebih melebar, Sayang ... aku pasti menyelesaikannya segera. Kamu sabar, ya."  Shesa hanya terdiam, saat ini dia hanya ingin Alvin terus bersamanya, menikmati waktu mereka berdua, sampai permasalahan semua selesai. Namun, Shesa belum menceritakan semua tentang dirinya, itulah yang ditakutkan boleh Shesa jika harus menjalin hubungan serius dengan seseorang. "Kok ngelamun? Kamu mau kan menunggu sebentar lagi? Setelahnya kita berjuang sama-sama." Alvin mengeratkan pelukannya. "Tidur, Sayang ... pekerjaan kita besok pagi menanti." Shesa menarik tangan Alvin hingg
Read more
24. Terungkap
"Mama?" tanya Alvin heran. "Vin, aku tinggal sebentar ya." "Mau kemana? Aku temenin." "Nggak usah, tunggu di sini ... aku sebentar kok." Shesa bangkit dari duduknya meninggalkan Alvin yang masih kebingungan. Shesa berdiri agak jauh dari tempat wanita paruh baya itu berbincang, wanita itu masih terlihat cantik di usianya sekarang. Seorang ibu yang tega meninggalkannya di saat Shesa berumur 16 tahun, di saat Shesa membutuhkan teman untuk bertukar cerita seperti teman-temannya jika bersama ibu mereka. Shesa mendekati Wulan, saat sang Ibu berjalan ke meja kasir. "Mama." Wulan menoleh ke asal suara, alangkah terkejutnya Wulan saat mendapati Shesa berdiri di hadapannya. "Shesa ... Shesa anak Mama," ujar Wulan menahan suaranya. "Ikut Mama, Sha." Wulan meraih tangan Shesa membawanya masuk ke sebuah ruangan, tempat dimana Wulan menjalankan bisnis restorannya selama ini. "Mama kemana aja?" tanya Shesa. "Hampir 10 tahun Sh
Read more
25. Terserah
Kepulangan Shesa dan Alvin dari Tasikmalaya membawa perubahan yang berarti dengan hubungan mereka. Masa lalu akan selalu menjadi bagian dari hidup setiap manusia tak terkecuali dengan pasangan kekasih yang sudah mengikrarkan diri untuk berubah.Kedekatan yang terjadi antara Alvin dengan Wulan, ibu Shesa seperti angin segar bagi lelaki itu. Alvin merasa di terima di keluarga Shesa, meski permasalahan yang dihadapinya masih ada di depan mata. "Mama janji bakal sering ngunjungin aku," ujar Shesa. "Ya bagus kalo gitu, setidaknya sekarang kami gak sendirian lagi, ada Tante Wulan dan Anggi ... sebentar lagi Anggi juga bakal balik ke Jakarta, kan?" "Iya ... aku salut sama Anggi, dia cerdas dan cantik," kata Shesa. "Sama seperti kakaknya, kamu juga cantik dan cerdas." Alvin menyentuh pipi Shesa. "Malam ini kamu sama aku kan?" "Iya, aku pulang besok aja sekalian ambil perlengkapan, pakaian dan lain-lain untuk di bawa ke tempat kamu." Alvin m
Read more
26. Penyatuan dua keluarga
Alvin baru saja menyelesaikan pertemuannya dengan salah satu pemilik departemen store terbesar di negara ini ketika ponselnya berbunyi. Nama Paula sungguh membuatnya malas untuk menerima panggilan telpon itu. "Iya, Ma," ucap Alvin baru saja masuk ke dalam mobilnya. "Kamu dimana?" "Baru kelar meeting, Ma ... tadi kan udah bilang, Mama masih sama Soraya kan?" "Iya, Mama tau. Maksud Mama kamu setelah meeting ini langsung ke restoran yang di Kebayoran Baru ya, ingetkan? Yang terakhir kita makan malam di sana sebelum Pandu kabur," ujar Paula. "Ya ampun Ma, ini udah jam setengah lima sampe sana aku bisa jam enam lebih, sore gini jalanan padat. Kenapa gak di rumah aja sih?" "Udah pokoknya kamu langsung kesana, Mama udah di jalan sama Soraya, Papa kamu juga." Alvin menyalakan mobilnya menuju tempat dimana makan malam itu akan diadakan. Alvin kembali meraih ponselnya untuk mengabari Shesa agar tak menunggunya pulang malam ini. "
Read more
27. Sarapan Pagi
Alvin mengantarkan Soraya beserta kedua orang tua Soraya hingga ke hotel. Malam itu ingin rasanya dia cepat-cepat menemui Shesa. Wanita itu membuatnya tidak dapat berpikir jernih. "Masuk, Vin," ujar Soraya. "Aku langsung pulang aja," ujar Alvin menolak. Soraya mengangkat kedua bahunya, "oke ... see you tomorrow." Soraya mencium pipi Alvin lalu membelai bibir lelaki itu. "Yakin, gak mau mampir," bisik Soraya manja di telinga Alvin. "Sorry, aku harus pergi," ujar Alvin menyadarkan dirinya. "Oke ...." Soraya menutup pintu kamarnya dengan sedikit keras. Alvin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, waktu sudah menunjukkan jam 10 malam saat Alvin sampai di apartemen Shesa. Alvin yakin jika Shesa belum tidur. Alvin membuka akses pintu apartemen, ternyata dugaannya benar. Alvin mendapati Shesa sedang berada di dapur dengan satu tangan memegang ponsel sedang berbicara dengan seseorang. Alvin melangkah mendekat tanpa bersuara, dia m
Read more
28. Puncak
"Vin ... buruan dong, gak enak kita udah di tungguin loh," seru Shesa dari ruang tengah. "Iya, udah selesai kok. Kita langsung ke Puncak?" "Ish, janjian di rest area ... ke Puncaknya ya barengan, iring-iringan mobil." Shesa meraih tas kulitnya sedangkan tas pakaian mereka, Alvin yang membawanya. "Coba kalo kemarin kamu gak lembur, kita gak bakal telat," gerutu Shesa berjalan lebih dulu dari Alvin. "Kalo aku gak lembur, kita gak mungkin bisa pergi sekarang," Alvin menimpali. "Terserah deh." Shesa menahan pintu lift hingga Alvin ikut masuk. "Sha." "Apa?" "Kita udah pernah ciuman di lift, belum sih?" "Astaga ... pikiran kamu tuh." Tepat pukul 12 siang, mereka Samapi di sebuah villa. Villa milik keluarga Nina itu begitu asri, villa bergaya klasik dengan halaman yang luas bergambar rumput hijau, serta kolam renang yang berada di halaman samping. "Sha, kamar kalian di sebelah sana ya," ujar Nina sambil
Read more
29. Dia ....
"Meeting pagi ini dengan PT. Adhiyaksa, pukul 10 nanti," ujar Shesa sambil merapikan dasi yang Alvin kenakan. Jika Shesa sedang merapikan dasinya, tangan Alvin selalu melingkar sempurna di pinggangnya. Alvin tidak harus bersusah payah menunduk terlalu dalam jika harus mencium Shesa, tinggi mereka hanya berjarak 15 sentimeter, tubuh Shesa memang proporsional tubuh seorang model. "Kamu nggak usah ikut meeting, ya." "Kenapa?" tanya Shesa. "Ya nggak usah aja, biar aku yang pergi." "Oke ... sudah selesai," ujar Shesa mengibaskan tangannya di kemeja yang Alvin kenakan. "Ini laporannya, jangan sampe ada yang ketinggalan ya." "Kamu mau kemana?" tanya Alvin meraih tangan Shesa. "Kerja, Sayang ... aku harus ketemu Ibu Sinta, dia minta beberapa proposal yang masuk kemarin, yang diajukan divisi marketing." Alvin melepaskan Shesa untuk kembali ke ruangannya, hari ini meeting yang akan dia hadiri adalah meeting bersama dengan Chandra
Read more
30. Dihantui Masa Lalu
Soraya bergegas keluar dari toilet VVIP perusahaan ayahnya, dia sudah sangat telat untuk menghadiri meeting perusahaan dengan beberapa pemegang saham. Tanpa sengaja Soraya melihat Shesa yang terburu-buru keluar dari ruangan meeting dengan wajah yang pucat."Mau kemana?" tanya Soraya menepuk pundak Shesa yang sedang menekan tombol lift dengan tak rasa ta sabar.Shesa memutar tubuhnya, lagi-lagi dia terkejut harus bertemu dengan Soraya dalam keadaan seperti ini."Kamu ....""Bukannya kamu harus menemani Alvin di ruang meeting?" tanya Soraya dengan alis yang berkerut."Aku ada kepentingan mendadak, sudah izin dengan Pak Alvin, aku permisi," ujar Shesa saat pintu lift terbuka.Pintu lift tertutup, Soraya menaruh curiga pada Shesa. Jelas ada yang terjadi saat dia masuk ke ruangan meeting tadi, tapi entah apa itu.Soraya melenggang masuk ke ruangan meeting, menundukkan kepalanya memberi hormat pada pemegang saham perusahaannya. Soraya duduk b
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status