Semua Bab Bercinta Denganmu: Bab 41 - Bab 50
111 Bab
41. Mengharap Restu
Shesa hanya bisa terdiam saat Minggu pagi Alvin mengajaknya untuk bertemu dengan keluarganya.  "Ayo, masuk," ajak Alvin saat mereka tiba di rumah besar itu. "Nggak apa-apa, semua terkendali," ujar Alvin tersenyum lalu merangkul kekasihnya itu. Suami-istri itu sedang berbincang-bincang di sebuah taman yang asri, dua cangkir teh dan beberapa bakery menemani mereka pagi itu. "Pa, Ma," sapa Alvin. Paula dan Budiman Atmaja menoleh kepada asal suara, tidak nampak sedikit senyum pun yang menyambut kedatangan Alvin dan Shesa. "Ma, gimana? udah enakan?" tanya Alvin sambil menautkan kedua pipinya. "Kamu kemana aja?" tanya Paula tanpa menjawab pertanyaan Alvin.  Mata Paula beralih pada Shesa, "ini sekretaris kamu itu, kan?"  "Ini Shesa, pacar aku dan sekretaris aku juga, Mama sudah pernah bertemu, Papa juga sudah sering bertemu bahkan papa suka cara Shesa dalam mengerjakan pekerjaannya, iya kan Pa?" Alvin merengkuh
Baca selengkapnya
42. Mencari Saksi
"Halo Mas," sapa Alvin pada Pandu yang menjawab telponnya malam itu. "Gimana?" "Gue udah dapet informasinya, ayah mereka tinggal di Bogor, perusahaan Pak Gunawan bangkrut dua tahun yang lalu, perusahaannya di ambil alih oleh Chandra Adhiyaksa, jadi bohong kalo Chandra bilang dia tidak tau keberadaan ayah Shesa." "Bogor?"  "Iya, gue lagi pastiin alamatnya, tunggu kabar gue," jawab Pandu. "Jangan lama, Mas ... Mau nikah gue," ujar Alvin. "Sabar, Vin ... bukan cuma lo yang mau nikah, gue juga mau," seloroh Pandu. "Lo cari yang lain kenapa, Mas ... yang bener aja, kakak sama adik nikah sama pacarnya yang ternyata kakak adik juga, gimana ini ceritanya," ujar Alvin terkekeh sambil menghisap puntung rokoknya. "Gue nggak mikirin itu, Vin," ujar Pandu ikut tertawa. "Kebayang Budiman Atmaja pusing liat kelakuan anaknya," ujar Pandu lagi tertawa terbahak-bahak. "Ngobrolin apa?" tanya Shesa memeluk Alvin dari belakang.
Baca selengkapnya
43. Si Brengsek Itu Ayahku
Butuh waktu hampir dua jam mencari keberadaan Gunawan, ayah dari Shesa. Mobil yang di kendarai Pandu dan Alvin berhenti di sebuah rumah sederhana berhalaman besar tanpa pagar itu. Setelah memastikan pada beberapa orang yang mereka tanyai bahwa benar itu adalah rumah Gunawan. Beberapa kali mengetuk pintu serta kaca rumah itu, belum ada jawaban dari dalam. Hingga akhirnya Pandu dan Alvin menunggu di teras rumah itu. "Cari siapa?" tanya suara wanita berumur 40 tahunan itu tidak jauh dari tempat mereka duduk. Pandu dan Alvin buru-buru berdiri sambil menunduk tanda hormat. "Kami mencari Bapak Gunawan, apa benar ini rumahnya?" tanya Alvin. "Kalian siapa?" tanya wanita itu lagi. "Kami—" Alvin terdiam. "Kami kerabat dari Pak Gunawan. Pak Gunawan ada?" tanya Pandu. "Sebentar, biasanya jam segini dia ada di taman belakang," ujar wanita itu lagi. "Kalau Ibu?" Alvin mencari tahu siapa wanita ini. "Saya yang merawat
Baca selengkapnya
44. Kemarahan Chandra Adhiyaksa
Alvin masih terduduk di sofa kamar Shesa, dia membiarkan Shesa tertidur setelah tangisan itu mulai mereda.  Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Alvin, Wulan membuka pintu kamar itu perlahan, menghampiri Alvin yang sudah berdiri dari sofa. "Gimana, Tante?"  "Tante putuskan sementara Tante tinggal di sini untuk sementara waktu, Tante rasa Tante nggak bisa ninggalin Shesa dan papa nya berdua di rumah ini," ujar Wulan pelan. "Anggi?"  "Minggu depan Anggi sudah harus oulang ke Singapura, jadi ... tadi Pandu bilang dia dan kamu akan bergantian menemani kami, hingga kasus ini selesai," ujar Wulan dan Alvin mengangguk tanda paham. "Bagaimana Shesa?" tanya Wulan. "Keadaannya masih sama, aku kira trauma itu tidak akan muncul lagi setelah hitungan 10 tahun Shesa melewatinya," ujar Alvin. "Tante merasa bersalah," ucap Wulan memandangi putrinya. "Bukan saatnya menyalahkan diri Tante, sekarang saatnya kita
Baca selengkapnya
45. Aku Kangen, Sha
"Aku akan mengusut kasusnya hingga tuntas, agar Papa tau sehebat dan sebaik apa Chandra Adhiyaksa itu." Alvin kembali duduk di kursi kerjanya. Budiman kembali melangkah meninggalkan ruangan itu. Sementara Pandu terduduk lemas menyaksikan perdebatan yang lagi-lagi membuatnya merasa tidak nyaman hidup di dalam keluarga itu. Pandu merogoh sakunya, meraih ponselnya yang bergetar. Nama Anggi tertera di sana. "Ya, Sayang." Suara Anggi terdengar begitu cemas. "Aku segera kesana, tunggu kami." "Kenapa?" tanya Alvin mengerutkan kedua alisnya. "Pak Gunawan terjatuh dari tangga saat akan mengunjungi Shesa ke kamarnya." "Astaga." Dengan langkah cepat mereka bergegas menuju rumah sakit tempat Shesa dan keluarganya berada. Derap langkah kaki Alvin dan Pandu terdengar melewati selasar rumah sakit. Alvin sedikit berlari kala dia melihat Shesa berdiri di depan pintu ruang tindakan. "Gimana?" tanya Alvin merangkul pundak Shesa. "
Baca selengkapnya
46. Tamparan Telak
  Derap langkah Alvin tegas memasuki ruangan pemeriksaan di kepolisian saat berkas kasus Shesa telah di terima oleh pihak kepolisian. Di dampingi kuasa hukumnya, Shesa sudah ada di sana lebih dulu. "Sayang," ujar Alvin membelai lembut rambut Shesa yang duduk berhadapan dengan tim penyidik. "Maaf aku telat," ujar Alvin menarik kursi di sebelah Shesa. "Selain Anda sendiri, adakah orang yang bisa kita jadikan saksi pada kasus ini?" tanya penyidik. "A— ada," jawab Shesa ragu. "Siapa?" Penyidik menatap mata Shesa tajam. Shesa menoleh ke arah Alvin, lalu Alvin mengangguk. "Ayah saya sendiri," ucap Shesa menunduk. Dua jam dalam sesi interogasi, menjawab pertanyaan yang kadang sedikit banyak membuat Shesa merasakan ketakutan. Alvin merengkuh Shesa dalam dekapannya, memberikan kenyamanan pada kekasihnya. Berjalan bersisian, dengan mengenakan masker agar tak banyak orang yang mengetahui keberadaannya, Shesa berjalan
Baca selengkapnya
47. Strategi Pandu
"Arrgh ...." Shesa menggeram saat dia sampai di depan mobil menunggu kedatangan Alvin. "Kelakuan anak dan bapak sama ... sama-sama menyebalkan, sama-sama tidak ber- attitude," umpatnya kesal sambil memukul-mukulkan tangannya pada mobil Alvin. "Sayang ... hei, Shesa ... Shesa cukup," ujar Alvin menahan tubuh Shesa yang sudah bergetar menangis. "Kejam, Vin ... kejam sekali mereka." Shesa terisak, Alvin merengkuh Shesa, mendekapnya menahan sebisa mungkin rasa sakit hati kekasihnya. "Jangan di dengar, jangan di rasa, jangan pedulikan mereka, kamu gak salah, kita nggak salah, Sha ... mereka yang keterlaluan," ujar Alvin menenangkan Shesa. "Lihat aku." Alvin menangkup kedua pipi Shesa, menatap mata merah dan sembab itu. "Fokus, kita harus fokus ... jika kita ingin keluar dari kemelut ini, kita harus fokus pada kasus kamu, biarkan Soraya. Terserah dia mau seperti apa, cukup jangan kamu perduli kan, ya? inget kata-kata aku," ujar Alvin lalu memeluk kembali tu
Baca selengkapnya
48. Persiapan
"Pemirsa, masih ingat dengan mantan model papan atas yang merupakan salah satu ambassador dari brand terkenal, Shesa Larasati. Menjadi korban dalam kasus pelecehan seksual, pemerkosaan yang di lakukan oleh seorang pengusaha ternama 10 tahun silam, hingga berita ini diturunkan belum ada konfirmasi dari dua belah pihak." Suara penyiar acara gosip di televisi menggema di telinga Shesa pagi itu yang baru saja keluar dari kamar mandi kamarnya. Di raihnya remote tv yang tergeletak di atas nakas dan menggantinya dengan yang lain. "Anak seorang pengusaha ternama Gunawan Wibawa, Shesa Larasati menjadi korban pemerkosaan yang di lakukan oleh teman bisnis ayahnya, kasus terbesar tahun ini. Diketahui bahwa Shesa meninggalkan dunia permodelan sudah satu tahun ini dan ternyata menjalin hubungan dengan pengusaha muda, Alvin Atmaja." Lagi - lagi beberapa channel televisi mengabarkan berita yang sama. Ya, inilah puncaknya, semua media dan masyarakat tahu apa yang sedang terja
Baca selengkapnya
49. Meminta Restu
Di sebuah restoran mewah, keluarga Shesa sudah berada dan melengkapi sebuah meja panjang yang tertata rapi dan terhidang berbagai macam menu.  Pak Gunawan sudah bisa tersenyum dan sudah mulai terbiasa dengan kehangatan keluarga itu. Meski rasa bersalah masih terus menghantuinya, ingin rasanya lelaki tua itu memeluk Shesa dan meminta maaf pada putrinya itu. Meski Shesa tidak pernah melihat atau menatap lelaki itu lama, perasaan hati Gunawan sungguh perih mendapat perlakuan seperti itu. Dengan terbata-bata dan gerakan yang terbatas, Gunawan berusaha memulai berbicara malam itu. "Sebelumnya, terimakasih karena saya masih di terima di dalam keluarga ini," ujarnya berkata dengan sangat pelan. "Terimakasih juga untuk Nak Alvin dan Pandu yang sudah membawa saya bertemu dengan putri-putri saya." Mata lelaki itu mulai berembun, tangannya bergetar di atas meja. "Teruntuk Shesa, Papa minta maaf," ujarnya menangis. "Maafkan atas kebodohan Papa di mas
Baca selengkapnya
50. Bantuan Budiman Atmaja
Semua mata beralih pada suara lelaki itu, Chandra berdiri angkuh dengan tersenyum sinis pada Gunawan. "Sepertinya uang yang aku berikan untuk kebutuhanmu setiap bulan kurang cukup, Gunawan hingga kamu harus mendramatisir keadaan seperti ini," ejek Chandra. "Cukup!" Mata Gunawan terlihat merah menahan marah. "Tutup mulutmu," ujar Gunawan. "Cukup sudah tipu dayamu, Chandra," ucap Gunawan terbata, Pandu menahan pundak lelaki tua itu agar menahan emosinya. "Berkas sudah saya masukkan ke kepolisian, saya rasa Anda juga sudah menerima surat panggilan," ujar Alvin yang terdengar santai. "Kalian memang luar biasa ...." Chandra bertepuk tangan. "Sampai bertemu di pengadilan Chandra Adhiyaksa," ucap Alvin yang sudah berdiri dengan wajah dinginnya. Semua keluarga di ruangan itu menghela nafas ketika Chandra Adhiyaksa memutuskan meninggalkan mereka. "Ada satu hal yang ingin Papa katakan pada kalian," ujar Gunawan pelan lalu menatap Shesa.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status