Semua Bab Bercinta Denganmu: Bab 31 - Bab 40
111 Bab
31. Monster Berwujud Manusia
Seperti biasa pagi hari adalah waktu yang paling sibuk di seluruh penjuru dunia, begitupun dengan yang dilakukan Shesa dan Alvin. Pagi ini terlihat' percakapan serius antara keduanya membahas beberapa file yang mengakibatkan mereka harus berdiskusi guna mengambil satu keputusan. "Jadi menurut aku, beberapa brand yang di beli perusahaan itu secepatnya mungkin harus di klaim, karena kalau tidak kita akan di kira membeli barang lepas dan di jual kembali dalam store yang bukan anak dari brand tersebut." Shesa menaikkan kacamatanya. "Kamu kalo lagi diskusi gini, keliatan banget smart nya," ujar Alvin memandangi kekasihnya. "Vin, kerja!"  "Tapi aku seneng liatin kamu," kata Alvin lagi dengan tangan yang sudah mengusap-usap punggung Shesa. "Nanti ada yang tiba-tiba masuk, Vin." Shesa menyingkirkan tangan Alvin ketika pintu ruangan kerja Alvin terbuka. "Sayang." Suara manja itu datang lagi. Wanita dengan penampilan yang elegan itu
Baca selengkapnya
32. Tunggu Sebentar Lagi
"Ada apa ini?" Suara bariton lelaki yang berumur sama dengan Chandra Adhiyaksa masuk ke ruangan Shesa cukup membuat Shesa merasa lega akan keadaan yang menegangkan tadi. "Ah, calon besan," ujar Chandra pada Budiman yang berdiri tak jauh dari dirinya. "Biasalah, kenalan dengan sekretaris Alvin, ternyata mantan model yang sering kita lihat di televisi." Chandra terlihat santai seperti tidak terjadi apa-apa. "Allvin belum kembali?" tanya Budiman pada Shesa yang masih berdiri terpaku. "Oh ... belum, Pak, sedang keluar dengan Ibu Soraya," jawab Shesa. "Kamu seperti melihat hantu," tanya Budiman lagi, melihat wajah Shesa yang masih ketakutan. "Iya, Pak ... maksud saya— saya sedang tidak enak badan."Shesa menjawab terbata-bata. Budiman melirik jam tangannya, "sudah bisa pulang, kalo memang sedang tidak enak badan." "Baik, Pak." Shesa mengangguk. "Kita ngobrol di ruangan saya saja," ucap Budiman pada Chandra lalu beranjak pergi
Baca selengkapnya
33. Tunggu Aku
Alvin mulai melumat bibir Shesa yang basah karena kucuran air. Jari jemari Shesa melepaskan satu persatu kancing kemeja Alvin, hingga resleting celana yang Alvin kenakan. Alvin menyudutkan Shesa ke dinding, melumat bibir itu dengan liar, tangannya mencengkram kuat dada Shesa. Shesa mendesah saat tangan Alvin sudah turun menyusuri area intimnya. Tubuh Shesa bergerak tak beraturan, kucuran air itu menambah keeksotisan dua manusia yang sedang memadu cinta. Dengan satu gerakan, Alvin mengangkat tubuh Shesa dan mendudukkannya pada meja kamar mandi. Alvin semakin liar, lelaki itu mulai mengarahkan kelaki-lakiannya pada pusat inti Shesa.  Lenguhan dan erangan yang menjadi satu memenuhi ruangan berukuran dua kali dua setengah meter itu. Alvin tetap mengayunkan tubuhnya semakin cepat, hentakan itu berulang kali Alvin berikan pada Shesa, cairan hangat itu sepertinya sudah leluasa masuk memenuhi tempat yang seharusnya. Shesa hanya mampu menggigit bi
Baca selengkapnya
34. Aku Bukan Gundik
"Ada yang lupa?" tanya Shesa membuka pintu, mengangkat wajahnya dan mendapati seorang wanita berdiri dengan tangan terlipat di depan dada. "Kamu?" "Oh jadi di sini kalian tinggal." Wanita itu melenggang masuk ke dalam tanpa ada yang mengundang. "Mau apa?" "Gak ada ... aku cuma mau liat aja, tempat tinggal gundik calon suamiku." Soraya mengedarkan pandangan matanya ke semua ruangan.  "Gak ada urusannya sama kamu, mending kamu keluar dari sini." "Untuk sekelas mantan model kayak kamu, boleh juga tempat tinggalnya ... di kasih sama pengusaha yang mana nih." "Jangan sembarangan kamu ngomong." "Pembelaan diri sepertinya ... lagu lama banget." "Keluar!" Shesa mengikat kimono satinnya, meminta Soraya keluar dari apartemen miliknya. "Berapa di bayar sama Alvin? Melayani dia di kantor dan di ranjang." "JAGA MULUT KAMU SORAYA!" "Kenapa? Takut kalo yang aku bilang benar?" "Terserah kamu mau bil
Baca selengkapnya
35. Batalkan
Alvin baru saja memarkirkan mobilnya di pekarangan besar kediaman orang tuanya. Rumah itu nampak sepi, hanya terlihat beberapa orang penjaga rumah, tukang kebun dan satu orang pembantu yang sedang menyapu di teras rumah "Mama sama papa sudah bangun, Mbak?" tanya Alvin pada pembantu rumah tangga itu. "Ada di ruang makan, Mas." Alvin melangkah masuk menuju ruang makan, dilihatnya kedua orangtuanya sedang berbincang seperti biasa. "Ma, Pa," sapa Alvin menarik kursi di samping Paula. "Vin ... tumben pagi udah kesini, gak ke kantor kamu?" "Nanti, Pa." "Tumben pulang, Mama kira kamu udah lupa jalan pulang," ujar Paula ketus. "Inget lah, Ma ... dari kecil Alvin tinggal di sini, gak mungkin Alvin lupa jalan pulang." "Pasti ada maunya," kata Paula lagi, sambil menyuapkan makanannya ke dalam mulut. "Mama memang ibu terbaik," ujar Alvin menyesap teh yang baru saja dia tuangkan di cangkir berwarna putih. "Ka
Baca selengkapnya
36. Pertemuan
Shesa menepikan mobil di sebuah rumah asri, rumah milik Wulan ibunya, satu bulan yang lalu mereka bertemu dan berjanji akan saling mengunjungi. Ini kali kedua Shesa menginjakkan kakinya di rumah ini.  Shesa perlahan membuka pintu pagar berwarna putih yang ukurannya hanya sebatas pinggang orang dewasa. Terparkir dua mobil di pekarangan rumah milik sang Mama.  Rumah itu terlihat sangat sepi, mungkin Wulan masih berada di restorannya pikir Shesa. Shesa mengetuk beberapa kali pintu rumah itu. Tak berapa lama suara kunci terputar pun terdengar, perlahan pintu itu terbuka. Seorang gadis berusia 20 tahun, dengan rambut hitam panjang se pundak, hidung yang mancung dan mata yang sama indah dengannya pun berdiri di ambang pintu itu. Lama mereka saling terdiam, seolah mengamati kemiripan di antara keduanya. Hanya umur saja yang terpaut tujuh tahun. "Kakak ... Kak Shesa? Kakak ...." Anggi memeluk Shesa yang masih berdiri terpaku tak percaya deng
Baca selengkapnya
37. Bala Bantuan
"Kenapa?" tanya Shesa. "Kenal?" Shesa mengerutkan keningnya. "Uhuk ... uhuk ...." Pandu kembali meneguk air minumnya, mengusap bibirnya dengan tisue yang diberikan oleh Anggi. "Alvin? mungkin orang yang berbeda," ujar Pandu. "Tapi Alvin aku juga pernah menyebut nama Pandu, bisa jadi Alvin yang sama," kata Shesa lalu mengusap layar ponselnya. Shesa menunjukkan Poto Alvin dan dirinya saat di apartemen. "Kenal? Alvin ini?" "Alvin?" Pandu seketika terdiam. "Mas, kamu ditanya Kak Shesa, kamu kenal gak?" tanya Anggi. "Alvin Atmaja ... adik tiri aku," ujar Pandu. Shesa menyandarkan tubuhnya di kursi, dunia ini sungguh kecil, bertemu dengan orang yang satu sama lainnya saling berhubungan.  "Mas, kamu serius?" tanya Anggi tak percaya.  "Aku anak Budiman Atmaja dari pernikahan siri nya sebelum menikah dengan Mama Paula, mama nya Alvin." Anggi memijat keningnya, bagaimana mungkin bisa bertemu deng
Baca selengkapnya
38. Chandra Adhiyaksa
"Dimana Shesa?" tanya Alvin pagi itu pada Pandu. "Ada di kamarnya," jawab Pandu. "Lo hutang penjelasan sama gue," ujar Alvin berjalan masuk ke dalam rumah Wulan. Keadaan di dalam rumah itu sudah sepi, waktu menunjukkan pukul setengah 10 pagi. Anggi jelas saja sedang mengantar Wulan ke restorannya, sedangkan Pandu meminta diri untuk di rumah menunggu kedatangan Alvin. Alvin membuka pintu kamar itu perlahan, Shesa masih meringkuk di atas tempat tidur menghadap ke sisi yang lain. Melihat kekasihnya masih tertidur, Alvin ikut masuk ke dalam selimut, memeluk Shesa dari belakang. Menciumi leher jenjang kekasihnya dan mengeratkan pelukannya. Alvin tahu betul apa yang di rasakan Shesa. Dan dia akan berjuang untuk itu. Tubuh Shesa bergerak, merasakan lengan kokoh melingkar di pinggangnya. Mencium wangi yang menyeruak dari sosok yang dia rindukan. Shesa membalikkan tubuhnya, lelaki itu menatapnya, lalu tersenyum. "Sudah siang, ayo bangun
Baca selengkapnya
39. Membuat Rencana
"Tapi kenapa Shesa gak bialng ke gue!" Alvin menahan amarahnya. "Karena aku takut menerima kenyataan." Shesa menghampiri Alvin, Alvin membuang puntung rokoknya lalu merangkul pundak kekasihnya itu. "Kenapa harus takut? Kenapa nggak bilang saat itu juga, supaya aku bisa menghajarnya saat itu juga," geram Alvin. Mata Shesa sudah berkaca-kaca, dia tahun betul Alvin akan benar-benar melakukan tindakan itu jika Shesa mengatakan yang sebenarnya saat itu. "Beberapa hari setelah pertemuan di ruang meeting itu, dia juga datang menghampiriku. Aku jijik melihatnya, Vin." Shesa menangkup wajahnya, menunduk dan menangis terisak. "Kita harus laporkan ini, Sha," kata Alvin. "Benar kata Alvin," ujar Wulan yang ternyata sudah berdiri di dekat mereka. "Kalian harus tetap melaporkan kejadian ini meski sudah terjadi 10 tahun yang lalu." "Benar, aku yakin bukan hanya Shesa yang menjadi korbannya," ujar Pandu.  "Maksud kamu, ini skandal
Baca selengkapnya
40. Keputusan Alvin
Dua hari di Tasikmalaya, akhirnya Shesa dan Alvin memutuskan kembali ke Jakarta. Begitu juga dengan Pandu yang akhirnya kembali ke Bandung, sementara Anggi menghabiskan libur semesternya membantu usaha sang Mama. Rencana mereka untuk menjatuhkan Chandra Adhiyaksa sudah mulai tersusun rapi, jika pun akan terendus oleh media, itu adalah konsekuensi yang harus di ambil oleh Alvin apalagi Shesa. "Hari ini masuk ke kantor ya," ucap Alvin pagi itu masih di atas tempat tidur mereka. Shesa menghela nafasnya, "kalo aku berhenti aja gimana? Bukan karena aku takut oleh cibiran orang, tapi lebih menjaga nama baik perusahaan kamu bahkan ... aku masih ragu bisa menatap mata Pak Budiman lama." "Papa dan mama urusan aku, Sha. Kamu nggak perlu mikir ke arah sana, cukup fokus sama aku," ujar Alvin memberikan kecupan di puncak kepala Shesa. "Tetap aku mikir ke mereka, Vin. Interaksiku dengan mereka akan lebih sering karena masalah ini, apalagi mama kamu sempat t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status