Semua Bab Bercinta Denganmu: Bab 11 - Bab 20
111 Bab
11. Tatapan Itu
Suara ponsel Shesa berbunyi kala dua sahabat itu sedang membahas tentang masalah percintaan yang dialami oleh Shesa. "Siapa?" tanya Nina. "Alvin," jawab Shesa dengan mata yang terbelalak lalu menatap Nina. "Nin ... gimana?" "Eh, gimana? malah nanya gue." Nina mengangkat kedua bahunya. "Angkat aja." Shesa meletakkan jari telunjuk di bibirnya memberikan isyarat pada Nina untuk diam. "Halo," sapa Shesa dengan wajah yang datar. "Kamu dimana?" "Kenapa?" "Aku tanya kamu dimana, jangan balik bertanya," ujar Alvin. "Sedang di suatu tempat, kenapa?" "Aku jemput, katakan dimana?" "Aku lagi sama teman-teman," ujar Shesa. "Lain kali saja ...." "Sha ...." "I got to go now, bye (aku pergi dulu)" ujar Shesa menutup telponnya. "Ish ... kejam lo," ujar Nina. "Biar gak kebiasaan maenin hati anak perawan," ujar Shesa terkekeh meski hatinya perih. "Anak perawan, njiirr." Nina
Baca selengkapnya
12. Dimana kamu?
Alvin menatap Shesa dengan tatapan tajam saat Shesa meminta izin meninggalkan ruangan kerjanya. Sedangkan Soraya masih asyik mengingat ingat, semahal apa bayaran Shesa hingga mantan model itu memutuskan untuk bekerja di perusahaan Alvin."Aku keluar sebentar," ujar Alvin beranjak dari kursinya."Kemana?""Ke ruangan Ibu Sinta," bohong Alvin yang sebenarnya ingin mengejar Shesa.Langkah lebar Alvin keluar dari ruangannya mengejar Shesa sampai ke depan pintu lift, dan nasib baik berpihak padanya. Wanita itu masih berada di depan lift, pintu lift terbuka Alvin berlari kecil dan berhasil menahan pintu lift dengan tangannya."Tunggu!" seru Alvin.Shesa memutar tubuhnya saat satu kakinya baru saja masuk ke dalam lift, cepat-cepat dia menekan tombol close namun kalah cepat dengan Alvin yang buru-buru ikut masuk ke dalam."Dengerin dulu," ujar Alvin meraih tangan Shesa."Apa-apa sih," sungut Shesa menepis tangan Alvin.Alvin men
Baca selengkapnya
13. Baku Hantam
Shesa baru saja turun dari mobilnya saat dia melihat Alvin memasuki apartemen tempat Shesa tinggal. Wanita itu mengerutkan kedua alisnya, darimana Alvin tahu dimana tempat tinggalnya, pikir Shesa. Barulah dia tersadar jika dia mengaktifkan GPS pada ponsel yang Shesa gunakan. "Ck, kenapa harus kesini sih," gumam Shesa lalu masuk lagi ke dalam mobilnya. Rencananya untuk menukar pakaiannya terlebih dahulu baru pergi lagi menuju ke sebuah Mall pun kandas. Shesa menonaktifkan GPS ponselnya, lalu mengemudikan mobilnya ke tempat yang dia tuju. Lelah mencari sesuatu yang dia butuhkan, Shesa masuk ke restoran Jepang yang berada di Mall itu. Setelah memesan makanannya, Shesa kembali menggulir layar ponselnya, beberapa pesan masuk termasuk dari Nina dan Alvin. "Shesa? Hai ... Shesa," sapa dua orang wanita dengan postur tubuh yang tak kalah tinggi darinya dengan paper bag yang berisi barang-barang branded, dua wanita itu bergabung duduk bersama Shesa di sana. "Lo
Baca selengkapnya
14. Aku Maunya Kamu
"Kalo udah baikan kamu boleh pulang," ujar Shesa, kali ini Shesa beranjak keluar dari kamarnya.Alvin mengusap wajahnya, dia meringis ketika tangannya mengenai pelipis mata, dan pipinya yang lebam. Matanya menyusuri ke seluruh ruangan, kamar yang berukuran besar berwarna putih itu berdesain sangat elegan, satu pintu penghubung berhadapan langsung dengan tempat tidur, Alvin yakin itu adalah ruangan dimana segala benda ber merk seperti sepatu, tas bahkan baju berada di sana. Alvin beranjak perlahan, menyusuri kamar itu. Balkon yang menghadap langsung pada pemandangan malam kota Jakarta begitu indah terlihat dari tempat dia berdiri sekarang. Bisa dia tebak, jika Shesa sedang ingin menyendiri, maka Shesa akan menghabiskan waktunya berlama-lama duduk di sana."Mau aku pesankan taksi?" Suara Shesa membuyarkan lamunan Alvin.Alvin memutar tubuhnya, bersandar pada pagar pembatas balkon."Luka aku belum juga kering, udah kamu suruh pulang." 
Baca selengkapnya
15. Status Baru
"Vin," lirih Shesa dengan tatapan mata yang sayu. Mereka saling bertatapan, Alvin masih berada di atas tubuh wanita itu. Alvin meraih tengkuk leher Shesa memulai pagutannya kembali kali ini mereka saling membalas, tanpa sadar Shesa melingkarkan tangannya pada leher Alvin. Alvin mulai menyusuri leher wanita itu perlahan tangannya membawa turun tali tank top yang dikenakan Shesa. "Apa? Kamu mulai suka aku kan?" tanya Alvin menciumi dada Shesa yang sedikit demi sedikit terbuka. "Vin,, aku gak bisa—" Alvin masih tak memperdulikan ucapan Shesa, tubuhnya terus menuju perut Shesa yang terbuka. Kulit wanita itu begitu bening, Alvin menyentuhnya hingga masuk ke dalam celah-celah pakaian Shesa. Shesa bergerak tak beraturan, dadanya membusung ketika tangan Alvin masuk dan meremasnya. Alvin suka hal itu, payudara berukuran pas pada cengkraman tangannya itu, Alvin tersenyum. "Aku suka ini, Sha ... Please jadi milik aku," bisiknya pada telinga Shesa.
Baca selengkapnya
16. Sekretaris Baru
"Vin." "Iya," jawab Alvin yang masih menikmati permainan lidahnya pada dada Shesa. Shesa menjauhkan tubuh avin yang berada di atasnya perlahan. "Susu coklat kita keburu dingin." Shesa memunguti tank topnya yang berada di lantai lalu memakainya kembali. "Setelah sarapan ya?" "Apa?" "Kita lanjut lagi." Alvin tersenyum nakal.  "Kamu itu." Shesa meninggalkan Alvin menuju meja bar yang sudah siap dengan sarapan yang dia buat tadi. "Alvin." Shesa terkejut ketika Alvin meletakkan bra miliknya di atas meja. "Kamu gak pake, jadi aku taruh di sini." "Ya gak di sini juga kali," ujar Shesa meraih pembungkus dadanya itu. "Kamu emang menggoda aku ya."  "Apa?" "Kenapa gak pake?" "Astaga dibahas ... makan." Shesa menyuapkan potongan omelette ke mulut Alvin dengan tangannya. "Enak." Alvin menahan tangan Shesa, menyesapnya hingga membuat sensasi menggelitik di sekujur tubuh Shesa.
Baca selengkapnya
17. Makan Kamu
Ini adalah hari pertama Shesa berada di sebuah ruangan menduduki posisi sekretaris wakil direktur. Setelah berpamitan pada tim Humas yang selama ini banyak membantunya dalam mengerjakan pekerjaannya, Shesa sibuk mempelajari beberapa file yang harus dia berikan pada Alvin nanti.  Pagi itu masih pukul setengah sembilan, Alvin belum juga datang. Sementara, Ibu Sinta sudah bolak-balik ke ruangan Shesa untuk memberitahukan urutan pekerjaan yang akan dia lakukan jika Alvin datang nanti. "Laporan tadi sudah di siapkan?" tanya Bu Sinta. "Kalau sudah, taruh di atas meja Pak Alvin, lalu nanti Pak Alvin datang, sebutkan jadwal dia hari ini. Sudah ada semua di tablet, kamu cukup pelajari saja susunannya, nanti terbiasa kok." Shesa mengangguk, "lalu, kalau nanti dibutuhkan kamu harus siap menemani kemana Pak Alvin pergi, ke proyek sekalipun." "Proyek?"  "Iya, sudah dengarkan perusahaan kita membangun satu pabrik lagi di daerah Tasikmalaya?"
Baca selengkapnya
18. Ada Aku, Jangan Takut.
Shesa baru saja menyelesaikan masakannya, lasagna yang berisi daging, sayur-sayuran, serta olesan saos putih dan lelehan keju mozzarella begitu nikmat walau hanya di pandang mata. Bel pintu apartemen itu pun berbunyi, Shesa menanggalkan appron yang dia kenakan, dan melangkah menuju pintu, Alvin datang lebih awal dari yang dia kira, begitulah pikir Shesa. "Hai, Sha."  "Catur?" Shesa terkejut begitu dia membuka pintu dan melihat Catur sudah berdiri di sana. "Ngapain kesini?" Shesa mengerutkan alisnya. "Kangen kamu." "Ngaco kamu ... lebih baik kamu pergi, sebelum aku panggil security." "Aku gak ngapa-ngapain kamu, cuma mau berkunjung aja, Sha." "Tapi aku gak mau terima kamu, aku gak mau ini terlihat dan jadi berita." "Makanya suruh aku masuk dong." Catur membuka pintu itu lebar dan melangkah masuk. "Gila! Pergi gak ... aku gak mau kamu ada di apartemen aku. Jadi, tolong pergi dari sini!" Shesa menarik tangan Catur aga
Baca selengkapnya
19. Tinggal Bareng
Lumatan ciuman yang memabukkan itu membuat tubuh Shesa menegang. Tangan Alvin tak berhenti hanya dengan menjamah dada kekasihnya saja, perlahan kancing-kancing kemeja itu terlepas, memperlihatkan tempat favorit Alvin untuk bermain lama di sana. Lenguhan Shesa semakin samar terdengar kala tangan Alvin mengarah ke pusat di bawah perutnya.  "Mau gak?" tanya Alvin. "Kalo aku bilang gak, kamu mau berhenti?" Shesa tersenyum nakal. "Aku mau hapus semua bekas yang pernah orang lain jamah di tubuh kamu, Sha. Kita mulai lagi dari awal, ya."  Mata Alvin begitu sendu, Alvin membenamkan kembali wajahnya ke dada sintal milik Shesa. Lidahnya bermain-main di sana, Shesa semakin membusungkan dadanya, mengacak-acak rambut lelaki itu. "Vin," lirih Shesa. "Apa, Sayang?" "Aku gak punya pengaman," ucap Shesa terbata pada saat jari jemari Alvin bermain di bagian inti tubuhnya. "Jadi?"  "Jangan sekarang?" "Terus?
Baca selengkapnya
20. Kisah Masa Lalu
"Sudah di dalam?" tanya Alvin pada Shesa saat dia baru saja tiba di kantor. "Iya di dalam, ada apa?" tanya Shesa dengan sedikit berbisik. "Biasa ... aku tinggal dulu ya, aku gak ada jadwal kan?" Shesa menggeleng lalu membiarkan Alvin masuk ke dalam ruangannya. Paula Atmaja berdiri di dekat jendela kaca gedung bertingkat itu,  memandangi aktivitas hectic jauh di bawah sana. "Ma," sapa Alvin. "Kamu masih ingat gak sama Mama?" Ekspresi wajah Paula terlihat kesal. "Ya masih lah Ma, masa aku lupa sama ibu sendiri." Alvin mencium pipi ibunya. "Jarak antara apartemen kamu ke rumah itu paling cuma 45 menit, Vin ... gak bisa kamu kunjungi Mama sebentar aja gitu. Heran Mama sama kalian ini, yang satu minggat karena nggak mau di jodohin, yang satu ngambek karena harus terima perjodohan." Paula menghenyakkan tubuhnya di atas sofa. "Mama juga aneh, sudah tau anak-anaknya nggak suka dijodohin, masih aja dilakukan." "Coba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status