Lahat ng Kabanata ng Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku: Kabanata 61 - Kabanata 70
107 Kabanata
Orang Jahat Itu Masih Ada
Empat hari berlalu sejak kebakaran gudang itu, aku drop. Setelah hampir satu bulan tenaga dan fikiranku di forsir habis-habisan, akhirya badanku pun tumbang tak kuat menahan semua beban ini. Aku pun kini tengah di rawat di rumah sakit, karena penyakit tipes yang kuderita. Alhasil dokter memintaku istirahat selama dua minggu. Namun nanti sore aku sudah di perbolehkan untuk rawat jalan di rumah. Selama empat hari ini benar-benar kuistirahatkan badan dan pikiranku. Aku hanya berserah dan menitipkan semuanya kepada Allah. Kepulanganku dari rumah sakit di sambut bahgia oleh seisi rumah, Alhamdulillah penghuni rumahku kini sudah bertambah satu orang lagi. Ya Linda sekarang sudah menjadi bagian dari rumah ini, karena sejak tadi pagi dia sudah pindah kemari. Sementara itu, Felix belum juga tiba, karena kemarin justru aku mendapat berita duka, istrinya meninggal dunia. Aku hanya bisa mengucapkan  bela sungkawa dan mengirimkan sedikit uang, karena memamg ak
Magbasa pa
Drop
Kumandang adzan magrib membuyarkan lamunanku, aku pun segera mengambil wudhu dan melaksanakan shalat magrib. Setelahnya ku sempatkan membaca ayat suci alquran yang bisa membuat hatiku lebih tenang. Tok tok tokk "Bu Dita!" Terdengar suara Linda dari balik pintu. "Ada apa Lin? Masuk saja, nggak dikunci kok," teriakku. "Eh Bu Dita masih mengaji ya, nanti saja deh," ujar Linda sambil tersenyum. "Sudah selesai kok Lin. Duduklah sini, memangnya ada apa?" "Saya mau bicara sesuatu Bu." "Iya, langsung ngomong saja, nggak apa-apa kok," ucapku sambil merapikan mukena. "Saya ingin resign dari kantor Bu." "Loh, kenapa Lin? Kok tiba-tiba gini?!" ucapku kaget. "Kalau diperbolehkan sama Bu Dita, saya ingin resig
Magbasa pa
Serangan Enam Orang Pria
"Iya-iya Yank, jangan khawatir. Aku nggak akan berhubungan lagi dengan Dita." Sepertinya ada tamu yang datang di teras, tampak Mas Chandra keluar, kemudian kembali duduk ke ruang tamu sambil membawa sebuah bungkusan kotak berwarna coklat. Mas Chandra mulai membukanya. "Apaan sih itu Yank?" tanya Raisa penasaran. "Ya ini yang aku bilang tadi, paketan sabu dari bos besar. Ini yang akan buat kita kaya mendadak Yank." Setelah berhasil di buka, tampak dua buah bungkusan plastik putih besar berisi serbuk berwarna putih, pasti ini lah yang di sebut dengan sabu. "Yank, cepat tutup dulu pintu dan jendelanya, agar nggak ada tetangga yang tahu! Sekalian kamu panggil Ibu agar bantu mengemas ini!" Raisa pun segera melakukan   permintaan suaminya itu, dan segera kembali bersama Bu Mirna. 
Magbasa pa
Pov Chandra
Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku Pov Chandra "Ya lakukan seperti yang ku minta! Jangan sampai gagal!" ucapku tegas. Pagi ini, kuminta anak buahku untuk menculik dan merampok semua barang yang di bawa Dita. Tujuan utamaku tentu saja membuatnya merasakan apa yang kurasakan dulu, hidup segan mati tak mau. Entah mengapa dendamku padanya tak pernah bisa padam, meski Raisa telah memintaku untuk tak lagi berhubungan dengan Dita. Jujur, sebenarnya di dalam hati kecilku masih ada rasa cinta padanya, dan aku tak ingin kedepannya nanti dia bakal hidup bahagia dengan suami barunya. Lebih baik dia mati, dengan begitu tak akan ada pria lain yang bersanding denganya lagi. Aku adalah Wisnu Chandra, seorang lelaki bodoh yang telah membuang berlian seperti Dita, demi memenuhi nafsu sesatku saja. Sejak pertama kali bertemu dengannya dulu, aku lang
Magbasa pa
Pov Chandra 2
Segera aku masuk kamar dan kututup muka mertuaku itu dengan bantal. Tak sampai lima menit, kulihat kakinya yang tadi berontak kini telah diam, berarti nyawanya pun telah melayang. Kembali kurapikan bantal dan cepat-cepat pergi dari kamar itu. Selang sepuluh menit, kudengar teriakan Dita, ahh itu pasti karena papanya sudah mati, eh meninggal. Aku pun menghampirinya dan pura-pura tak tahu. Lega rasanya bisa membuat laki-laki tua itu pergi selamanya. Sejak kematian papanya itu, Dita menyerahkan jabatan CEO-nya kepadaku, karena dia ingin fokus untuk menjadi ibu rumah tangga saja, dan nggak mau kecapekan agar bisa cepat memiliki momongan, katanya. Apapun alasan Dita yang pasti ini menjadi suatu kebanggan bagiku, seorang Wisnu Chandra yang miskin bisa menjadi CEO dan sebentar lagi pemilik segala kekayaan ini, hahahaha. Hubunganku dengan Dita tetap seperti biasa, kutunjukkan padanya bahwa aku adalah se
Magbasa pa
Penyekapan Dita 1
Sesaat kemudian kurasakan sebuah pukulan keras di tengkuk, hingga kemudian semua menjadi gelap. *********** ************* "Awww sakit!"  Saat aku membuka mata, kurasakan tengkukku masih nyeri, kepalaku juga teramat pusing dan juga ada rasa perih di lengan kananku. 'Dimana aku kini?' pikirku. Kususuri sekitarku, aku kini berada di dalam sebuah ruangan, padahal seingatku tadi aku masih berada di pinggir jalan saat para laki-laki itu merampokku.Luka di lenganku ternyata telah di perban, begitupun saat kuraba, ternyata luka di dahiku kini pun telah di beri plester. 'Apakah aku kini telah berada di rumah sakit?' Namun sepertinya tidak, karena ruangan ini tanpa ada peralatan medis tersedia, layaknya ruang perawatan di rumah sakit. Hanya seperti sebuah kamar dengan ranjan
Magbasa pa
Penyekapan Dita 2
"Ingat Dek, ini hanya permulaan saja, nantinya akan banyak hal lagi yang bisa membuatmu menderita dan mati secara perlahan!" ancam Mas Chandra padaku. "Sungguh kejam kamu Mas!! Rela menghaibisi nyawa orang lain demi kepuasanmu belaka," ucapku sambil mendekat dan berusaha memukulinya. "Hei apa-apaan kamu ini! Rahmat cepat bawa kesini tali itu! Ayo kita ikat tangan dan kakinya, agar tak bisa kemana-mana!" ucapnya. Mereka pun akhirnya berhasil mengikat kaki dan tanganku, dan kembali mendudukkanku di.atas kasur.  "Lepas! Lepaskan aku! Tunggu saja Mas, kamu akan mendapatkan balasaan yang setimpal!" teriakku. "Duduk manis di sini ya sayang! Aku akan pulang dulu, besok aku akan kembali lagi ke sini, tentunya dengan kejutan baru pula untukmu!" ancam Mas Chandra. "Tolongg! Tolong! Tolong!"
Magbasa pa
Berhasil Kabur
"Baiklah kamu tak akan ku ikat, tapi ingat jangan coba-coba kabur dan jangan berak di kamar ini! Mengerti?!" ************* ************ Sejak kepergian Bayu tadi, aku membuka korden kamar dan juga korden di ruang tamu, kucoba melepaskan tali yang ada di tangan pun tak bisa, lalu kucoba memukul pintu dengan bahu namun tak bisa juga.  Ya Allah engkau adalah Maha Segala tolonglah aku pagi ini. Aku terus berdiri di depan jendela, hingga kudengar suara langkah kaki, dan dedaunan kering yang terinjak. Apakah itu suara manusia? Atau suara langkah kaki hewan? Ku pertajam pendengaranku. Hingga akhirnya ku dengar suara orang berbincang. Sebenarnya aku takut jika itu adalah anak buah Mas Chandra, karena memang kabut masih terlalu tebal di sini, namun aku tak boleh melewatkan kesemaptan ini. Yang penting sekarang harus teriak sekeras mungkin, masalah hasilnya nanti biar Allah yang tentukan.
Magbasa pa
Membusuklah Di Penjara Mas
"Keluar kamu Dita! Jangan sembunyi di dalam! Atau akan kubakar rumah ini!" "Siapa itu?!" tanya Pak Amin. "Sepertinya dia adalah Mas Chandra dan anak buahnya Pak," jawabku. "Bagaimana dia bisa tahu keberadaan Mbak Dita? Ayo kita keluar semuanya!"  Semua warga yang ada di dalam  kamar ini pun keluar, tak terkecuali aku. "Kamu di sini saja Nduk, nggak usah ikut keluar," ucap Mbah Ginem. "Nggak apa-apa Mbah, aku ingin melihat kemarahannya."  Kami berdua pun akhirnya ikut menyusul para warga yang telah lebih dulu keluar. Ternyata di luar ada lebih banyak lagi warga yang datang, mungkin karena suara motor yang memekakkan telinga itulah, yang mengundang para warga kesini. "Hahaha akhirnya keluar juga kamu Dit! Cepat ikut kami kembali! Atau akan
Magbasa pa
Penyekapan(pov Chandra)
Pov Chandra "Yank hari ini aku ada bisnis besar dengan temannya Bang Rendy, kemungkinan aku nanti malam tidak akan pulang. Nggak apa-apa 'kan Yank?" tanyaku pagi itu pada Raisa di dalam kamar. "Ya terserah kamu saja, meski nggak pulang yang penting setoran lancar sih, tak masalah bagiku," jawabnya cuek. Hal seperti itulah yang tak kusuka dari istri baruku ini, di pikirannya hanya ada uang dan uang saja. Jujur kini aku menyesal menduakan Dita, hanya demi seorang perempuan sepertinya. Memang Dita dulu itu kadang jahat kepadaku, dan seolah-olah aku ini bagian dari komedi 'suami-suami takut istri', tapi Dita masih perhatian kepadaku, dan tak pernah meminta uang barang sepeserpun. Setiap aku belum pulang, atau telat dikit saja, dia akan segera menelepon,marah-marah nggak jelas. Tapi itukan bukti kalau dia khawatir denganku, dan memang mencintaiku. 
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status