Semua Bab Orderan Kue Untuk Hari Pertunangan Suamiku: Bab 51 - Bab 60
107 Bab
Mengikuti Arus
"Untuk membebaskan Chandra dari penjara, ibu tak tega melihatnya, apa lagi dia kini 'kan sedang sakit. Satu permintaan ibu yang harus kamu kabulkan Dit. Tolong jangan halangi niatku ini. Masalah kamu dan Chandra sudah seleaaikan? Jadi tolong biarkan kami membebaskan anak kami," ucap mantan ibu mertuaku itu mantap. "Apa Ibu yakin dengan keputusan itu? Apa tidak lebih baik jika Mas Chandra dibiarkan sebentar dipenjara, siapa tahu hal itu bisa menjadikannya pribadi yang lebih baik Bu," usulku. "Tolong ya Dit, kamu sekarang itu bukan bagian dari keluarga kami, jadi kamu jangan menganggu Chandra lagi. Biarkan dia dan istrinya memulai hidup baru, setelah kau permalukan habis-habisan seperti kemarin," ucap Ibu dengan nada tinggi. Selama tiga tahun berumah tangga dengan Mas Chandra tak pernah sekalipun aku mendengar Ibu berkata kasar. Apakah memang selama ini beliau menutupi sifat kasarnya ini.
Baca selengkapnya
Pasti Ada Pelangi Setelah Hujan
   Ku lihat jam yang tertanyang di dinding menunjukkan pukul sepuluh pagi, masih ada waktu untuk istirahat sebelum nanti keluar untuk menemui klien seperti yang di ucapkan Anton tadi. Saat ku cek ternyata berkas yang ku mintapun telah dikirim, dan segera harus ku pelajari segera. "Pak Ali, aku masuk kedalam dulu ya. Nitip salam buat Hakim ya Pak." Aku pun kemudian masuk ke dalam kamar, dan mulai mempelajari berkas tersebut. Sekitar setengah jam aku pun selesai mempelajarinya.Hemmm benar-benar proyek besar ini. Wajib bagiku untuk mendpatkan kontrak dengan nilai puluhan triliun itu. Setelah itu aku mulai mengecek kamera yang berada di ruang tamu Raisa, rasanya hal ini akan menjadi wajib bagiku, menggingat rencana jahat yang akan mereka lakukan untukku. Dan karena hanya inilah satu-satunya pusat informasiku saat ini.
Baca selengkapnya
Rencana Pembebasan Chandra
Lelaki itupun kemudian turun dari motornya, tanpa membuka terlebih dahulu helm full face-nya. Saat itu aku sudah siap-siap akan mengeluarkan jurus seperti yang diajarkan di tempat latihan taekwondoku. Kemudian dia berjalan mendekat ke arahku, dan setelah jarak diantara kami semakin dekat, barulah dia membuka helmya. "Kamu Dita 'kan?" ujar lelaki berhidung mancung tersebut. Aku yang masih sedikit takut hanya membalas perkataanya tersebut dengan anggukan kepala, sambil masih tetap waspada. "Hemmm kamu nggak banyak berubah ya Dit. Ngapain sih wajah kamu kok tegang banget gitu?" katanya lagi sambil tersenyum. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala saja, sambil terus mengingat siapa lelaki yang ada di hadapanku ini. Karena kalau dari cara bicaranya, sepertinya kami sudah saling mengenal sebelumnya. "Kenapa kamu mendekati saya?!" Pertanyaan itu
Baca selengkapnya
Takdir
********* *********  "Yes, pelanggan pertama nih. Hemmm langsung dua puluh juta loh hebat. Semoga saja uang yang dibawa ibu itu kurang, jadi Wisnu bisa lebih lama lagi di penjara, dan aku bisa mengumpulkan  pundi-pundi rupiah." Senyum mengembang di wajah cantik Raisa. "Semoga saja nanti pelangganku hanya orang-orang yang sudah tua. Jadi mereka tak akan menularkan penyakit ini pada terlalu banyak orang, karena sebentar lagi mereka juga akan mati." Kemudian Raisa masuk kedala, dan sekitar satu jam dia sudah keluar lagi, dan pakaian yang digunakan sama persis dengan saat kutemui dia di restoran tadi.Kemudian Raisa pun langsung berangkat menemui pelanggannya itu. Keadaan ruang tamu kemudian kembali hening, hingga pukul dua siang, duo Ibu tadi akhirnya sampai juga.
Baca selengkapnya
Dita Cerdik?
"Ini tadi pinjam ponsel temanku di sawah. Bapak mau minta tolong bisakah kamu meminjamkan uang lima puluh juta pada kami? Dengan jaminan sertifikat rumah? Bapak nggak mau sertifikat itu nantinya jatuh ke tangan orangblain saat kami tak bisa mengembalikan uangnya. Bapak lebih suka kalau kamu yang memilikinya nanti." "Mohon maaf Pak, kemarin Dita sudah berjanji pada Ibu untuk tak mencampuri urusan ini. Dan saya pribadi pun sesungguhnya sudah tak ingin tahu apapun tentang Mas Chandra, kecuali jika itu membahayakan nyawa saya." "Iya aku tahu Nduk. Maksudku begini, nanti kamu suruh orang lain untuk pura-pura jadi rentenir, dan meminjamkan uang pada istriku, bisa 'kan? Jadi Sari nggak bakal tahu kalau yang  minjemin uang itu kamu. Soalnya aku ini pesimis, kayaknya nggak mungkin lagi bisa membayar hutang itu, uang dari mana lagi, aku kini sudah tidak punya apa-apa ya tinggal rumah itu saja. Jadi jika nanti Sari tak bisa memba
Baca selengkapnya
Itu Bukan Chandra?
"Hari ini juga kalian sudah bisa mulai bekerja. Nanti aku akan memberikan seragam untuk kalian. Jangan lupa ajak juga keluarga kalian nanti bekerja di sini ya," ucapku sambil tersenyum. "Terima kasih banyak, Bu. Kami akan pulang sebentar sekalian membawa satu orang teman kami untuk menghadap pada Ibu di sini. Ini dengan Bu siapa?" tanya si gondrong. "Aku Dita, Pak. Ini uang buat kalian potong rambut dan merapikan sedikit penampilan, aku nggak mau punya satpam kayak preman, he-he. Ok!?" ucapku sambil menyerahkan empat lembar uang pecahan warna merah pada mereka. "Siap Bos! Kami akan bekerja dengan baik di sini, dan kami bisa diandalkan, Bu." ucap yang lainnya. "Iya-iya aku percaya kok. Mangkanya itu aku menjadikan kalian petugas keamanan di sini. Sudah sana buruan pulang dulu dan cepat balik ke sini." Mereka pun akhirnya pamit, lega rasany
Baca selengkapnya
Pekerjaan Baru Chandra?
Tunggu, jika sejak  pukul dua belas hingga pukul satu siang ini, mereka semua ada di ruang tamu dan tanpa ada yang bermain ponsel, lalu siapa gerangan yang mengirimkan chat berisi ancaman pada pukul setengah satu siang tadi?   Berarti benar dugaanku tadi masih banyak musuh yang ada di sekitarku. 'Jangan pernah lengah Dit, bahaya masih mengancammu dan juga usahamu'. Kini aku harus waspada tidak hanya pada orang luar melainkan pada orang dalam juga. Semua memiliki kemungkinan menjadi tersangkanya. Namun aku harus tetap slow dan tak boleh panik, Dita harus tetap kuat di depan orang lain.   Akhirnya aku pun sampai di cafe ku. Alhamdulillah renovasinya sudah lima puluh persen selesai, kemungkinan seminggu ke depan sudah siap opening.   Konsep cafe ini nantinya akan bernuansa alam namun tetap menunjukkan sedikit kemewahan tanpa mengesampingkan kenyamanan pengunjungnya. Pastiny
Baca selengkapnya
Gudang Utama Kebakaran
"Apa ada yang bisa saya bantu, Bu? Sepertinya Bu Dita sedang banyak masalah dan juga banyak yang meneror," perkataan Leo tadi segera membuyarkanku dari lamunan. "Ah itu sudah biasa kok Le, cukup dengan kamu dan Felix selalu siap siaga menjagaku, itu saja sudah cukup." "Bu Dita ini memang wanita yang sangat tangguh. Jika wanita lain yang mengalaminya, saya tak yakin akan tetap bisa bertahan sendirian seperti ini. Saya sangat salut pada Bu Dita." "Wah terima kasih ya Le. Sebenarnya aku ini adalah wanita yang rapuh, namun sebisa mungkin tak ada yang melihat ketika aku sedang menangis atau down. Dan aku ingin menunjukkan pada semua lawanku, bahwa seorang wanita juga bisa berubah menjadi kuat jika di sakiti." "Benar sekali Bu. Semoga kedepannya nanti kehidupan Bu Dita akan lebih baik dan mendapatkan pria yang baik pula." "Amiiin terima kasih d
Baca selengkapnya
Anton Dan Komplotannya
Masih ada waktu untuk melihat pergerakan Anton, sebelum aku sampai ke kantor, ku lihat ruangannya lima belas menit yang lalu.Tampak Anton baru saja masuk ke dalam ruangannya. "Kenapa para pekerja itu begitu sigap sih? Hingga api itu tak bisa menyentuh area kantor!" Tentunya Anton kecewa karena misinya tak berhasil seratus persen. Lalu terlihat dia sedang menghubungi seseorang. "Gimana sih kerjaanmu nggak bisa beres gini?" ucap Anton marah pada seseorang di seberang sana. "Tak apa deh, yang penting gudang itu ludes terbakar. Tapi tadi kerjamu rapi 'kan?" "Oke masalah itu bisa diatur!" Serapi apapun pekerjaan kalian, tetap saja akan terbongkar nantinya. Setelah menelepon orang dalam yang membantunya, terlihat Anton pun kembali menelepon, pasti itu adalah bosnya. "Maaf Pak
Baca selengkapnya
Penangkapan
Sesampainya di kantor polisi, kami langsung menunjukkan bukti yang baru saja kami dapat. Tentunya tanpa perlu melapor lagi, dan bersama dengan para penyidik yang menangani tentang kebakaran gudangku, kami pun segera menuju kediaman tersengka, menggunakan dua mobil. Kami harus menempuh perjalanan sekitar setengah jam untuk sampai ke sana.  "Tetap awasi Ris, dan jangan sampai kita kehilangan jejak. Tolong kamu juga sekarang telepon Leo, tanyakan perkembanganya di kantor. Bilang padanya sekitar satu jam lagi kita akan sampai  di kantor," ucapku pada Riska sembari menyetir. Riska mengangguk dan kemusian segera menelepon Leo.  "Keadaan di kantor masih aman Bu menurut Leo." Satu jam lagi berarti sekitar pukul dua belas di sana, aku harus mengantisipasi agar ketiga tersangka itu tak keluar kantor duluan. Sebuah ide terlintas di fi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status