Semua Bab Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?: Bab 31 - Bab 40
74 Bab
Eps. 31 – Mulai Jatuh Cinta?
(Sekar)            Sudah hampir tiga hari, aku tinggal di rumah orang tua Mahesa. Tidak pernah keluar kamar bahkan berbicara dengan kedua orang tuanya. Mungkin kedua orang tuanya sibuk sekali. Ada yang berbeda hari ini. Mahesa betul-betul tidak mengabariku akan pulang jam berapa dan ketika aku melihat layar ponselku, tiba-tiba pintu kamarku diketuk satu kali dan langsung dibuka tanpa aku izinkan untuk masuk.          “Aku dengar kamu sudah tinggal di sini beberapa hari dan sedang sakit?” Farel masuk. Tampangnya kusut. Beberapa kancing kemeja putihnya terbuka. Farel melihatku dari atas sampai bawah. Kebetulan aku sudah memakai piyama dan siap tidur. Piyama berlengan pendek. Aku tidak tahu harus memakai piyama yang seperti apa, tetapi beberapa baju yang ada di koper adalah pilihan Lina.  
Baca selengkapnya
Eps. 32 – Berpikir
(Sekar)            Aku membuka mataku. Seseorang mengelus pipiku dengan lembut. Ternyata Mahesa.          “Ayo bangun, Sleeping beauty.” ujarnya. “Aku harus kerja. Ini udah jam setengah delapan.”          Karena aku yang masih belum sadar memeluknya dan menjadikan lengannya sebagai bantal, langsung saja terduduk.          “Jam setengah delapan?!” Aku terkejut. Langsung saja aku turun dari tempat tidur, tentunya sambil meringis. Aku lupa karena kakiku masih sakit. Walaupun tidak sesakit beberapa hari yang lalu. Aku sempat berhenti berjalan.          “Kamu ini, selalu lupa kalau kakimu sakit. Pelan-pelan sedikit
Baca selengkapnya
Eps. 33 – Hilang
(Brian)            Aku menghisap rokokku cepat-cepat. Rasa kekesalan memuncak setelah tahu kemarin Farel dipukul oleh Mahesa. Kurang ajar sekali anak haram itu.          “Jadi apa yang lo lakukan?” tanya Farel. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi bar yang keras.          “Gue akan menghancurkannya.”          “Perusahaannya?”          “Nggak bisa. Karena hampir semua sahamnya atas nama Papa. Kalau perusahaan Mahesa terjadi apa-apa, Papa akan turun tangan dan akan menyelidiki langsung.” terangku pada Farel.          “Pinter juga taktik Mahesa. Trus gimana ca
Baca selengkapnya
Eps. 34 – Bersujud
(Kiano)            Semenjak aku mengenal Mahesa dan mengklaim bahwa dia adalah penyelamatku sewaktu dulu aku di masa sulit dan dia juga sahabatku, aku tidak pernah melihat Mahesa sekacau ini. Dia seperti kehilangan arah. Tidak tahu apa yang harus diperbuat sejak Sekar, istrinya menghilang. Kali ini aku yang berpikir keras. Mengerahkan semua koneksi dan kemampuan dengan membawa nama Mahesa Elangga Putera anak dari pemilik Langga Perdana Grup.          Aku sibuk sekali mengangkat telepon yang masuk ke ponsel Mahesa. Dia sama sekali tidak bisa berbicara apalagi berpikir jernih.          “Oke, oke. Saya tunggu. Apapun yang terjadi Pak Mahesa berharap banyak.” kataku tegas. Mahesa hanya menatap nanar ke sebuah ponsel. Ponsel milik Sekar.  
Baca selengkapnya
Eps. 35 – Hamil
(Sekar)            Badanku lemas sekali. Seperti habis mengikuti lomba lari atau mendaki gunung. Kelihatannya aku butuh istirahat yang lama. Tapi mataku memaksa untuk terbuka perlahan-lahan. Sebuah lampu yang terang di sebelah kepalaku dan atap yang putih bersih menjadi pemandanganku. Aku bisa merasakan oksigen mengalir di hidungku. Aku ingat, waktu itu aku sempat tidak bisa bernapas ketika rombongan orang memapahku ke dalam sebuah mobil yang kupikir itu adalah ambulans. Tubuhku terbungkus selimut dan tanganku terasa hangat sekali. Ternyata Mahesa tertidur di kursi dengan kepalanya berada di bangsal tempat tidur sambil menggenggam tanganku.          Aku menggerak-gerakkan tanganku. Mahesa terbangun dengan mendadak.          “Sekar!” Dia setengah berter
Baca selengkapnya
Eps. 36 – Dilema
(Sekar)            Hari ini,          Aku menatap kosong laptop di depanku. Seseorang dengan suara berat berbicara dan aku benar-benar mengabaikannya.          “Jadi… ruangan ini nanti wadrobe ya? Agak memanjang.” jelasnya.          Aku memikirkan sesuatu. Sesuatu yang tidak kuduga sebelumnya. Bukan karena aku tidak menerimanya. Tetapi lebih kepada aku tidak percaya bahwa aku hamil. Ya hamil, dengan pria yang baru aku sukai. Bukan. Lebih tepatnya aku mulai mencintainya. Apa mungkin karena bawaan bayi bahwa aku hamil? Bukan. Bukan. Aku menghela napasku panjang sekali. Mungkin seperti naga yang akan mengeluarkan api.          “A
Baca selengkapnya
Eps. 37 – Rencana Dimulai
(Sekar)            “Kamu mau yang mana?” tanyaku. Kedua tanganku menunjukkan dua kemeja berbeda warna dan dua jas berbeda warna.          “Terserah.” ketus Mahesa. Dia baru selesai mandi dan memakan sarapannya dengan diam. Dia tidak banyak bicara, mungkin karena aku tidak mau memeriksakan kandunganku ke dokter. Hanya dikarenakan aku belum percaya bahwa aku hamil.          “Kalau begitu ini aja ya?” Aku mengeliminasi salah satu kemeja dan jas. Aku memberikannya padanya. Dia memakai pakaiannya dengan cepat kemudian memasang dasinya sendiri. Di saat dia memasang dasi di depan kaca, aku hanya memperhatikannya karena aku tidak bisa memasang dasi untuknya. “Aku akan belajar memasang dasi untukmu.” ujarku. &nbs
Baca selengkapnya
Eps. 38 – Nyaris
(Mahesa)            Aku datang pagi-pagi ke kantor dan berjanji pada Marcel untuk melanjutkan permainanku di sebuah game yang baru diluncurkan kemarin. Aku terlalu sibuk mengurusi segala sesuatu semenjak peluncuran dua game baru bersamaan. Jadi, aku akan menaikkan level permainanku.          “HAH!!” Aku berteriak. Menghentakkan kakiku lalu meregangkan semua tangan dan jemariku yang pegal ke udara. Aku sudah berada di level yang sama dengan Marcel. Aku berdiri dan juga meregangkan pinggangku karena terlalu lama duduk.          “Bos, ada yang mau ketemu.” Kiano muncul di balik pintu ruangan Marcel.          “Siapa?”      &n
Baca selengkapnya
Eps. 39 – Fakta Terungkap
(Brian)            Dua hari kemudian,          Amarahku sedang meliputi diriku. Hingga ke ubun-ubun. Tidak terbendung. Aku melempar seluruh barang yang ada di meja kecilku dekat jendela. Beberapa benda yang berbahan keramik pecah berantakan. Farel tiba-tiba masuk ke ruanganku dan aku nyaris melemparnya dengan stick golf-ku yang berat.          “Heh STOP! ELO KENAPA!??” teriak Farel. “Ini kantor bukan rumah!” Farel memperingatkan.          “Mahesa sialan itu! Berani-beraninya menolak kita.” Aku setengah berteriak. Aku tahu dan sadar bahwa semua karyawan di luar pasti mendengar keributan dari ruangan ini.       
Baca selengkapnya
Episode 40 – Maaf yang Telat   
(POV)            Sekar mendatangi rumah Darius dengan perasaan takut dan cemas. Dia melihat ke halaman dan menghitung mobil yang terparkir di situ. Biasanya beberapa mobil terparkir di halaman ini. Semoga saja Farel tidak ada di rumah. Orang yang paling ditakuti Sekar adalah Farel. Dia menyapa beberapa asisten yang bekerja di rumah dan munculah Mama Rosa dari tangga ketika dirinya sedang turun.          “Wah Sekar.” Wajahnya terlalu berseri-seri untuk ukuran seseorang yang tidak terlalu dekat dengannya. “Sama siapa?” Matanya mencari-cari seseorang yang akan muncul di belakang Sekar.          “Sendiri, Ma.” jawab Sekar.          “Mama dengar kamu hamil?”&nbs
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status