All Chapters of Marriage Proposal : Kenapa Aku Harus Menikahimu?: Chapter 41 - Chapter 50
74 Chapters
Eps. 41 – For the Memories
(Mahesa)            Aku melihat Sekar terhimpit antara dashboard mobil dan pintu yang ringsek. Dia menatapku sendu. Tangannya yang bebas meraihku walaupun jemari panjangnya tidak dapat meraihku dari himpitan bagian mobil yang ringsek. Aku bisa merasakan cairan mengalir ke seluruh dahiku. Dan…          Tiba-tiba aku terbangun. Aku hampir saja melepas selang infusku yang sengaja dipasang di tangan kiriku. Jantungku berdebar kencang, pusing, dan mataku agak kabur. Aku meraba kepalaku yang dibalut perban. Pusing sekali.          “Mahesa!” Derry memelukku.          Aku melihat Kiano juga dibelakangnya.          “Sekar dimana?&rdquo
Read more
Eps. 42 – Melihatmu Kembali
(Sekar)             Aku mendengar suara ombak yang berdesir indah di telingaku. Anginnya menerpa wajahku dan rambutku hingga berkibar indah. Ombaknya juga bergulung dengan sempurna. Aku berjalan menjauh meninggalkan pantai sambil menoleh ke belakang beberapa kali. Di sana aku melihat seorang laki-laki menatap gulungan ombak. Bahunya terlihat sendu dan kepalanya agak tertunduk menatap kakinya yang tersapu ombak. Kemudian aku terbangun. Alarm ponselku berbunyi nyaring. Aku meraih ponselku di meja kecil samping tempat tidur dengan malas dan mematikan alarm-nya.          Dia lagi. Laki-laki itu yang selalu muncul di setiap mimpiku. Sudah hampir empat bulan ini aku bermimpi tentangnya. Aku selalu melihat tampak belakangnya. Perasaanku mengatakan dia merasakan kesedihan yang mendalam. Apakah itu hanya sebuah mimpi atau memori yang t
Read more
Eps. 43 – Hanya Ingatan di Bali
(Sekar)            Aku membuka laptop dan mengecek beberapa file. Tidak ada sama sekali sesuatu di dalam laptopku yang mendukung memoriku muncul kembali. Sebetulnya kenapa sih suamiku menyuruh orang untuk melakukan hal-hal ini? Menghapus semua foto dan nomor telepon suamiku di ponsel, membersihkan semua barang-barang suamiku, dan bahkan mengambil semua album foto dan video pernikahanku. Yang paling parah, almarhum suamiku pun sampai membungkam seluruh keluargaku untuk tidak berbicara sedikit pun tentang dirinya. Aku menikahi siapa!? Kepalaku terasa ingin meledak memikirkannya.          “Bu, aku nggak nikahin anak Presiden kan?” celetukku.          “Kamu ini ada-ada aja. Ya enggaklah.”      &nbs
Read more
Eps. 44 – Sabotase Terungkap
(Mahesa)            Hari-hariku seperti biasa. Main game, menonton film, tidur, kadang kalau ingat mungkin aku akan makan. Tidak ada asupan yang bergizi yang masuk ke tubuhku. Bisa dibilang tubuhku kurus sekarang. Aku hanya melakukan sit up, di pagi dan malam hari ratusan kali untuk menghilangkan pikiranku yang aneh-aneh. Ya, rasa bersalahku kepada Sekar. Hal inilah yang membuatku memutuskan untuk meninggalkan Sekar untuk waktu yang tidak ditentukan. Karena Sekar pun tidak mengingatku, jadi itu adalah momen yang pas untuk membuat cerita bahwa Sekar memiliki suami yang sudah meninggal, agar Sekar tidak berusaha mengingat siapa aku.          Beberapa hari setelah aku melihat Sekar secara tidak sengaja, nafsu makanku semakin berkurang. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan tubuhku. Aku hanya tergeletak saja di tempat
Read more
Eps. 45 – Pertemuan I
(Sekar)            Mimpi itu. Aku bermimpi pria itu lagi, menatap gulungan ombak dengan punggung yang sendu. Aku selalu penasaran kenapa aku meninggalkannya dan tidak menemaninya. Aku yakin, pria itu sedang butuh seorang teman. Aku membuka mataku tiba-tiba. Ponselku berbunyi. Alarm selalu membuatku bangun tepat waktu setiap pagi. Walaupun aku tidak melakukan apa pun. Bekerja pun tidak. Sebetulnya aku ingin sekali bekerja. Beberapa minggu yang lalu aku sempat melihat-lihat beberapa lowongan pekerjaan yang sesuai dengan keahlianku. Aku bangun dari tidurku dan duduk di pinggiran tempat tidur. Aku menatap kedua kakiku yang menapak lantai berkarpet. Aku mendengar suara-suara samar di kepalaku.          “Sekar, kemejaku yang warna biru dimana?”          Aku menoleh
Read more
Eps. 46 – Mengambil Alih Kembali
(POV)            Pagi ini tidak begitu cerah. Tidak secerah wajah Mahesa yang berjalan pelan dengan tumpuan tongkat sikunya yang hanya sebelah. Dia memang belum lancar berjalan. Ketika dia tidak memakai tongkatnya, kakinya terasa ngilu dan tertusuk-tusuk. Penyebabnya mungkin karena Mahesa tidak melakukan terapi setelah pemasangan pen pada kakinya yang patah pasca operasi beberapa bulan yang lalu. Semua karyawannya yang melihatnya masuk kembali terpana. Tampangnya kali ini terlihat berbeda. Selain kurus, rambut Mahesa agak panjang menjuntai di setengah telinganya, dan tumbuh jambang tipis di sekitar rahang dan dagunya. Banyak yang menyapa dengan sebuah senyuman senang karena Mahesa kembali lagi ke perusahaan.          Ada juga yang sangat bersimpati padanya karena kisahnya yang sedih. Hanya mendengar desas-d
Read more
Eps. 47 – Pertemuan II
(Mahesa) Satu minggu sebelumnya,           Beberapa minggu ini aku sibuk dan fokus mengurus perusahaanku pasca kekacauan yang dibuat oleh Brian dan Farel. Kelanjutannya, Brian ditahan dan menyusul Farel. Mama Rosa akhir-akhir ini sedang tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Sempat aku mendengar Mama Rosa dan Darius bertengkar hebat karena Mama Rosa beranggapan bahwa Darius terlalu tega kepada anak-anak kandungnya daripada aku, yang entahlah dianggap anak angkat bukan, anak tiri juga bukan.          “Malam ini kamu akan malam sama Pak Ari.” ucap Kiano melihat tab-nya.          “Pak Ari? Siapa?” Aku menengadahkan kepalaku pada Kiano yang sedang berdiri.          “D
Read more
Eps. 48 – Dejavu
(Mahesa)            Kiano melihatku pulang dengan tatapan yang ingin menerkam tubuhku.          “Kenapa tanganmu?” Dia melihat tanganku yang diperban.          “Nggak sengaja.”          “Bos, jangan cari masalah. Kamu sudah susah berjalan saja aku khawatir kalau kamu keluar sendirian. Sekarang pulang-pulang, tanganmu diperban.”          “Sekar nggak sengaja menabrak aku dan memecahkan guci.”          Kiano membetulkan posisi duduknya menjadi tegak. Dia siap mendengarkan dengan seksama ketika aku menyeut nama Sekar. Dia tidak jadi kutinggalkan di Jakarta. Dia be
Read more
Eps. 49 - Mulai Bercerita
(Sekar)            Aku terbangun dengan deringan ponselku yang kencang. Kevin. Sembari aku merogoh tasku untuk mencari ponselku, aku melihat Mahesa tertidur di sebelahku, dengan kedua tangannya sebagai tumpuan kepalanya. Aku berdiri dan agak menjauh dari pondok kami tidur.          KEVIN.          “Halo.” jawabku.          “Sekar kamu dimana? Aku baru aja landing.”          “Landing? Ke mana?” Aku mengerutkan dahiku.          “Denpasar.”          Aku terdiam.    &
Read more
Eps. 50 – Memalukan
(Sekar)            Aku menemui Kevin yang tidak berhenti meneleponku. Malamnya, ketika aku baru saja merebahkan tubuhku ke kasur. Aku benar-benar merasa terganggu. Seharusnya dari awal aku harus bersikap tegas dengannya agar dia benar-benar tidak mendekatiku lagi.          “Sekar!” Kevin memelukku kencang. Dia mencium leherku. Aku melepaskan pelukannya dengan cepat. Dia menentukan bar dimana kami harus bertemu. Banyak sekali asap rokok dan barnya terlalu ramai. Aku tidak suka. “Kamu sengaja menghindar dariku ya?”          “Iya. Aku sibuk sekali dan nggak mau diganggu.” Aku duduk disebelahnya. Kevin menyodorkan segelas bir besar padaku yang sudah ada di situ.          “Ak
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status